Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Getirnya Menjadi Buruh Pabrik di Tengah Keluarga PNS, Diremehkan Meski Gaji Lebih Besar dan Jadi Tulang Punggung Keluarga

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
18 April 2024
A A
Getirnya Gen Z Jogja Jadi OB Rumah Sakit Cuma Digaji Rp800 Ribu: Jangankan Punya Rumah, Buat Ngopi Aja Mikir-Mikir.MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Momen kumpul keluarga besar pada lebaran 2024 kemarin menjadi waktu paling menyebalkan bagi Ristiawan (23). Meski sudah punya pekerjaan tetap dan hidup mandiri, nyinyiran terhadapanya tak bisa dihindari. Ia tetap dibanding-bandingke karena menjadi buruh pabrik di tengah keluarga PNS. Padahal, kalau boleh jujur, gajinya paling besar ketimbang anggota keluarga lain.

Alhasil, pada acara yang harusnya jadi momen bahagia itu, perasaannya justru dongkol. Ristiawan hemat omongan. Ia memilih melipir ke pojokan ketimbang mendengarkan omongan tak mengenakkan dari sanak familinya.

“Rasanya mending kerja aja, sih, ketimbang libur tapi energi habis buat denger nyinyiran yang nyakitin hati. Masih lebih enek didengar omelan atasan,” kata lelaki asal Wonogiri ini, Sabtu (13/4/2024).

Dianggap jadi anak paling bodoh gara-gara cuma lulusan SMA

Awan, sapaannya di tongkrongan, berasal dari keluarga PNS. Bapak dan ibunya merupakan PNS guru. Bapaknya mengajar salah satu SMP negeri di Wonogiri kota, sementara ibunya mengajar sebuah sekolah dasar di Kecamatan Eromoko, tempat asalnya.

Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, ia dibebani harapan bisa melanjutkan jalan orang tuanya sebagainya guru.

“Kalau enggak jadi guru, minimal kerja jadi pegawai [PNS] lah, karena itu dianggap paling menjanjikan buat masa depan. Jadi buruh pabrik jelas nggak ada di bayangan mereka,” jelasnya.

Sayangnya, sejak masih sekolah, jalan Awan tampaknya tak mengarah sesuai ekspektasi orang tua. Ia jadi siswa yang biasa-biasa saja. Jangankan berprestasi di sekolah, masuk ranking 10 besar kelas saja tak pernah.

Ibarat kata, modalnya buat menjadi guru tak pernah dia kantongi. Awan memang mengaku tak pernah punya niat atau angan-angan buat menjadi guru. Bagi dia, mengajar itu ribet. Buat paham pelajaran saja sulit, apalagi mengajari orang lain.

Hal tersebut jelas berbeda dengan dua adiknya, yang kalau kata orang-orang, “lebih mirip orang tuanya”. Mereka selalu ranking di sekolah dan punya banyak prestasi akademik, baik sejak SD sampai SMA sekalipun.

“Makanya kalau guyonan tetangga-tetangga, aku ini anak paling goblok. Ya emang bercanda tapi kadang sakit hati juga,” kata Awan.

Sadar akan kemampuannya, ia pun mantap mengambil jalan lain yang sudah pasti mendapat pertentangan dari orang tua.

“Makanya aku bilang ke orang tua pas selesai sekolah nanti mau langsung kerja saja, nggak mau kuliah-kuliah,” ujarnya, menjelaskan “jalan lain” yang ditentang habis-habisan oleh orang tuanya itu.

Pernah dipaksa kuliah tapi tetap tidak mau

Awan, sang buruh pabrik di keluarga PNS ini, lulus SMA pada 2019 lalu. Kala itu, orang tuanya kekeuh menyuruhnya kuliah. “Aku disuruh ikut tes masuk universitas [SBMPTN]. Aku nekat bilang nggak mau, jadinya skip. Malah aku pernah juga mau didaftarin ke UMS Solo,” jelasnya.

Meski dipaksa, keputusan Awan sudah bulat: ia tak mau kuliah. Ia mengaku kepalanya sudah terlalu berat untuk mikir soal pelajaran. Kalau kata dia, “pelajaran SMA aja sudah pusing, apalagi kuliah”.

Iklan

Saat baru lulus, ia sudah menghubungi pamannya yang ada di Bogor untuk meminta pekerjaan. Tujuannya selain buat cari pengalaman, ya, aslinya biar bisa keluar dari rumah.

Kala itu, pamannya menawarinya pekerjaan merawat sapi-sapi di sekitaran kampus IPB. Kerjaannya gampang, cukup merawat sapi yang disiapkan buat hari raya kurban. Gajinya pun juga besar untuk durasi kerja cuma dua bulan.

“Tapi sudah jelas ditolak. Katanya ‘apa kata orang kalau bapak ibunya pegawai semua tapi anaknya cuma angon sapi’,” ujar lelaki yang sudah lima tahun jadi buruh pabrik ini. Awan pun tak mendapat restu merantau ke Bogor. 

Baca halaman selanjutnya…

Gaji dua kali lipat orang tua, jadi tulang punggung keluarga, tetap diremehkan karena cuma buruh pabrik.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 18 April 2024 oleh

Tags: ASNburuhburuh pabrikburuh pabrik di keluarga PNSpabrikpekerjaPNSwonogiri
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga
Pojokan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
pekerja miskin, working poor.MOJOK.CO
Mendalam

In This Economy, Kerja Lembur Bagai Kuda Meski Gaji Tak Seberapa dan Tetap Miskin

27 November 2025
tertawa karier, pekerja, emotional labor.MOJOK.CO
Mendalam

Ketawa Karier di Kantor Bikin Lelah, Tidak Tertawa Sama dengan Cari Masalah

26 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.