Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Tanjungrejo Malang Kampung Kumuh Sarang Copet dan Pengemis Sejak 1969, Kini Menjelma Kampung Tenteram Berkat Terapkan 4 Hal

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
8 Agustus 2024
A A
Kabupaten Semarang Dianggap Tertinggal dari Kota Semarang, padahal Lebih Nyaman untuk Ditinggali.MOJOK.CO

Ilustrasi - Kabupaten Semarang Dianggap Tertinggal dari Kota Semarang, padahal Lebih Nyaman untuk Ditinggali (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kelurahan Tanjungrejo RW 07 dulu menjadi wajah kusut di balik Malang yang bergeliat dan gemerlap. Kelurahan yang kini lebih dikenal dengan nama Qoryah Sakinah tersebut dulu berisi kehidupan yang mungkin tak pernah ingin dijalani oleh banyak orang: hidup di kampung kumuh dan suram. Tapi itu dulu. Sekarang Tanjungrejo RW 07 menjadi kampung yang berbeda sama sekali.

***

Sudah satu bulan Atho’ (23), mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Jogja, menjalani KKN di sebuah kampung berjuluk Qoryah Sakinah. Itu nama dari bahasa Arab, artinya desa atau kampung yang tenteram. Kurang lebih begitu.

“Itu kampung urban, Mas. Ya khas perkampungan di perkotaan: padat penduduk, banyak gang sempit,” ujarnya saat bercerita lewat sambungan telepon, Kamis (1/8/2024) pagi WIB.

Sebagai orang yang pernah tinggal tujuh tahun di sebuah kampung urban di Surabaya, kepala saya langsung memvisualisasikan: sebuah kampung kumuh, selokan-selokan berwarna hitam dan berbau kurang sedap (kebak sampah pula), semrawut, dan kental dengan kultur jalanan yang keras.

“Nah, uniknya, kampung Qoryah Sakinah di Malang ini nggak gitu-gitu amat. Bukan kampung yang kumuh banget. Baru aku tahu kemudian kalau ternyata kampung ini punya perjalanan panjang,” sambung Atho’.

Iklan

Saat mendengar Qoryah Sakinah, awalnya Atho’ agak heran: ada ya sebuah kampung dengan nama seperti itu? Lalu setelah “belajar”—sebagai istilah lain untuk KKN—di sana, ia akhirnya tahu kalau nama aslinya adalah Tanjungrejo RW 07.

Tanjungrejo Malang, rumah gelandangan sejak 1969

Lewat Atho’ dan teman-teman mahasiswa KKN UIN Sunan Kalijaga, saya akhirnya mendapat akses cerita dari Puriadi, Ketua RW 07 Tanjungrejo, Malang.

Tanjungreojo—yang saat ini punya sebutan Qoryah Sakinah—dulunya adalah rawa-rawa. Jalannya pun masih bebatuan. Saat itu masih belum ada perkampungan.

Kira-kira pada 1969, banyak gelandangan (tunawisma) di banyak sudut jalanan di Malang. Mayoritas dari kalangan pendatang. Hal itu tentu memicu keprihatinan tersendiri.

“Lalu IKABRA (Ikatan Keluarga Brawijaya) mengorganisir para tunawisma agar tidak tidur di jalan-jalan tengah kota. Lalu ditawarkan lah agar mereka tinggal di sebagian Kecamatan Sukun, Malang. Persisnya ya di Tanjungrejo RW 07,” jelas Puriadi, Selasa (5/8/2024) malam WIB.

Di situlah kemudian para gelandangan itu mendirikan hunian dari kardus, plastik, dan bahan-bahan non permanen lain. Itulah kenapa Tanjungrejo RW 07 dulu juga pernah berjuluk Kampung Kardus hingga Kampung Plastik.

Bertahan hidup dari “pekerjaan kotor”

Kondisi hidup seperti itu tentu tak pernah ingin banyak orang alami. Karena selain harus tinggal dengan hunian yang sangat tidak layak, para penghuni Tanjungrejo RW 07 di tahun-tahun tersebut terpaksa bertahan hidup dengan menjalani “pekerjaan kotor”.

“Masyarakatnya bekerja di jalanan. Laki-laki ada yang menjadi pencuri, pencopet. Kalau perempuan bahkan ada yang jadi pelacur. Orang-orang dewasa ada yang mengemis. Anak-anak, remaja, jadi pengamen,” beber Puriadi.

Ketika warga Tanjungrejo RW 07 mulai mengenal industri daur ulang, banyak dari mereka yang kemudian meninggalkan pekerjaan-pekerjaan kotor di atas: memilih menjadi pemulung untuk menyambung hidup.

“Tapi ada juga karena keadaan (tak cukup dari memulung) memilih kembali ke jalanan (untuk pekerjaan kotor lagi),” terangnya.

Jangan tanya soal pendidikan. Jenjang pendidikan di Tanjungrejo RW 07 Malang paling tinggi adalah lulusan SD. Itu berlangsung selama bertahun-tahun. Hanya hitungan jari yang bisa menyentuh pendidikan di jenjang SMP.

Baca halaman selanjutnya…

Gara-gara 4 hal, berubah drastis jadi kampung tenteram

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 9 Agustus 2024 oleh

Tags: kampung kumuhkampung kumuh malangkemenagMalangqoryah sakinahtanjungrejotanjungrejo malang
Iklan
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Jadi ojol di Malang disuruh nyekar ke Makam Londo Sukun. MOJOK.CO
Liputan

Driver Ojol di Malang Pertama Kali Dapat Pesanan Bersihin Makam dan Nyekar di Pusara Orang Kristen, Doa Pakai Al-Fatihah

16 November 2025
Kerja keras bawa Annes kuliah di Universitas Brawijaya (UB) Malang gratis hingga kerja sebelum wisuda MOJOK.CO
Kampus

Universitas Brawijaya (UB) Bawa Saya Kuliah Tanpa Biaya, Bisa Kerja Sebelum Wisuda buat Tebus Masa-masa Berat Sekolah Sambil Kerja Sejak Remaja

15 Oktober 2025
Pilih kos murah di Malang karena gaji nggak UMR. MOJOK.CO
Ragam

Cara Bertahan Hidup Anak Kos di Malang dengan Gaji Rp2 Juta setelah Orang Tua Tiada, Tersiksa tapi “Kudu Legawa”

8 Oktober 2025
Derita Mahasiswa Kota Malang Nekat Kumpul Kebo demi Perhatian MOJOK.CO
Esai

Mahasiswa Kota Malang Nekat Kumpul Kebo karena Haus Kasih Sayang tapi Berakhir Jadi Korban Kekerasan Pacarnya, Ada yang Hamil di Luar Pernikahan

24 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pameran buku anak termasuk komik. MOJOK.CO

Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak

15 November 2025
Menemukan kedamaian batin dari rebahan karpet masjid MOJOK.CO

Rebahan di Karpet Masjid: Sepele tapi Beri Kedamaian Batin dari Dunia yang Penuh Standar, Tuntutan, dan Mengasingkan

12 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Gaji pertama membuat beberapa orang menangis MOJOK.CO

Momen Terima Gaji Pertama bikin Nangis dan Nyesek di Antara Perasaan Lega

14 November 2025
Suzuki Satria Pro: Bukti Suzuki Selalu Berhasil Bikin Produk Gagal MOJOK.CO

Suzuki Satria Pro Si Buruk Rupa: Bukti Suzuki Tidak Pernah Gagal Menciptakan Produk Gagal dan Entah Kenapa Mereka Masih Bangga dengan Kegagalan

12 November 2025
Jadi ojol di Malang disuruh nyekar ke Makam Londo Sukun. MOJOK.CO

Driver Ojol di Malang Pertama Kali Dapat Pesanan Bersihin Makam dan Nyekar di Pusara Orang Kristen, Doa Pakai Al-Fatihah

16 November 2025
Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.