UMR di Jogja memang rendah. Per 2025, nominalnya hanya kisaran Rp2,4 juta. Naasnya lagi, masih ada banyak pekerja di Jogja yang bahkan mendapatkan upah jauh dari standard minimum tersebut.
Asti (25), demikian namanya minta ditulis, adalah salah satunya. Selama setahun, ia bekerja dengan upah Rp500 ribu sebulan. Artinya, seperempat UMR saja tidak.
Lulusan sarjana, tapi kesulitan cari kerja di Jogja
Asti lulus kuliah di salah satu PTS Jogja pada awal 2023 lalu. Ia lulus dengan gelar cumlaude–pencapaian yang membuatnya bernafas lega karena yakin bisa jadi jaminan gampang cari kerja.
Sayangnya, life after graduate tak semudah yang dibayangkan. Dulu ketika ia menemui kesulitan, masih ada orang tua yang mau bantu. Setelah lulus, perempuan asal Jogja ini harus bisa menangani semua urusannya sendiri.
“Paling sederhana soal duit aja. Dulu kalau mau jajan tinggal minta. Kuota habis tinggal minta isi. Sekarang kudu ngusahain sendiri,” ungkapnya, bercerita pada Mojok, Senin (17/3/2025).
Tak terkecuali dalam hal mencari pekerjaan. Datang dari keluarga underprivilege, ia kudu mengusahakannya sendiri.
“Nggak ada bantuan orang tua. Pun, koneksi ortuku juga ke siapa, orang cuma buruh biasa. Jadi ya kudu cari kerja sendiri,” ujarnya.
Ia pun menyadari bahwa mencari pekerjaan memang sesulit itu, apalagi di Jogja. Ada keinginan buat merantau. Namun, niat itu untuk saat ini harus dia tahan atas beberapa alasan yang menyangkut keluarga.
Sebar puluhan CV di Jogja, tapi tak ada yang nyangkut
Asti pun melakukan berbagai untuk cepat-cepat dapat pekerjaan. Salah satunya adalah menyebar CV ke banyak perusahaan di Jogja yang membuka lowongan. Harapannya, sih, paling tidak ada salah satu yang nyangkut.
Sialnya, tak ada satupun email balasan yang dia terima. Dari yang awalnya menarget sebelum bulan puasa 2023 sudah dapat pekerjaan, ternyata hingga tahun akan berakhir pun masih menganggur.
“Awalnya narget, paling nggak sebelum lebaran udah dapat kerja, biar kalau ditanya nggak malu-malu banget,” jelas buruh Jogja ini.
Ia pun sangat frustrasi. Selama setahun tersebut, ia nyaris tak punya penghasilan. Ada kalanya, orang tuanya masih memberinya uang buat jajan. Tapi, ia jujur bahwa ada perasaan malu.
Rasa malu pun juga ia alami ketika bertemu dengan teman-temannya yang sudah dapat kerja. Bahkan, rasa iri juga kerap menghinggapinya.
“Rasanya depresi banget tiap lihat story teman-teman lagi kerja, nongkrong pakai uang sendiri. Sedangkan aku saat itu masih nganggur.”
Terpaksa menerima pekerjaan yang upahnya sangat kecil
Awal 2024 lalu, salah seorang temannya menawarinya kerja sebagai admin sebuah toko. Sejak awal, ia sudah dikasih tahu kalau gajinya di bawah UMR. Namun, Asti tetap akan diberi bonus sesuai kinerjanya.
“Itu, waktu teman ngasih kerjaan nggak mikir dua kali langsung kuterima,” jelasnya.
Asti menerima tawaran itu karena sudah lelah menjadi pengangguran. Toh, ia juga berpikir kalau kerjanya masih di Jogja, yang berarti ia tak perlu keluar uang ekstra buat ngekos.
“Aku berpikir yaudah lah gaji di bawah UMR, toh tiap hari pulang ke rumah nggak perlu ngekos kayak di luar kota. Jadi pikirku ya aman aja pasti,” sambungnya.
Yang bikin dia syok adalah, ternyata dia cuma akan menerima gaji pokok Rp500 ribu. Total bonus yang bisa dia dapatkan tiap bulan pun juga tak diberitahu nominalnya. Hal inilah yang akhirnya menempatkannya dalam situasi sulit setahun ke depan.
Jobdesk banyak, gaji sedikit
Yang tambah bikin Asti kaget, ternyata jobdesk-nya sangat banyak. Meskipun dia diupah sebagai admin, hal-hal lain yang harusnya di luar jobdesk-nya juga dibebankan padanya.
“Di awal, penawarannya ya admin. Udah itu. Aku cuma punya tanggung jawab mengelola Instagram dan TikTok,” jelasnya.
Namun, nyatanya buruh Jogja juga mengerjakan urusan lain. Seperti menjadi talent live TikTok, edit dan upload konten, sampai urusan packing serta kirim barang.
“Alasannya karena kekurangan karyawan. Jadi tiap orang punya tanggung jawab banyak,” kata Asti. Menurutnya, toko tersebut memang cuma punya empat karyawan yang dibagi menjadi dua shift.
Jam kerja sampai tengah malam, tetap tak ada bonus
Bagi Asti, yang lebih menyedihkan lagi adalah jam kerjanya. Terutama ketika kejatah shift malam, ia kerap bekerja sampai dini hari..
“Mulai shift dua jam tiga sore. Harusnya jam 10-11 selesai. Tapi kudu live TikTok berjam-jam, sampai jam 1 atau 2 pagi,” ungkap buruh Jogja ini.
Masalahnya, live TikTok sangat melelahkan. Ia dituntut berdiri di depan kamera sambil bicara menawarkan produknya tanpa berhenti. Baginya, rasa ngantuk dan lelah adalah perpaduan yang amat mematikan.
Sialnya, tak ada uang lembur. Dia pernah bertanya kepada teman sekaligus bosnya soal hak uang lembur ketika ia harus live TikTok sampai dini hari.
Hasilnya nihil. Jawaban yang dia dapatkan, “uang bonus cuma bisa diberikan kalau selama live TikTok, target penjualan yang ditentukan terlampaui.”
“Aku nggak pernah tembus target penjualan di TikTok. Tapi kan itu bukan pure kesalahanku. Rasanya kita melek sampai pagi itu tak ada harganya,” ungkapnya.
Bersyukur bisa keluar dari lingkungan kerja toksik
Sejak bekerja di toko tersebut, Asti mengaku “kehilangan sedikit kewarasan”. Ia merasa selama ini dieksploitasi. Namun, ketika mau resign, ada perasaan tak enak karena bos toko itu adalah temannya sendiri.
Ketika menanyakan soal kemungkinan naik gaji atau bonus pun, jawabannya selalu sama: bonus cuma bisa diberikan kalau penjualan dari live TikTok terpenuhi.
“Seumur-umur nggak pernah dapat bonus. Bahkan waktu lebaran, cuma dapat hampers sama amplop yang isinya nggak seberapa, nggak ada THR,” ungkapnya.
Karena lelah dengan situasi yang dialaminya, buruh Jogja ini pun memantapkan diri buat resign. Namun, sekali lagi, ia tak tahu bagaimana cara menyampaikannya.
Awal Desember 2024, Asti jatuh sakit. Tipesnya kambuh. Nyaris dua minggu dia tak masuk kerja. Setelah sembuh, ia pun punya momentum buat menyatakan resign.
Sejak sembuh, Asti mengaku tak pernah masuk kerja lagi. Uniknya, bos toko sama sekali tak menghubunginya sampai tahun baru. Usut punya usut, ternyata sudah ada karyawan baru di toko tersebut, entah sejak kapan mulai bekerja.
“Sebelum aku officially nyatain resign, ternyata dia [bos toko] udah rekrut pegawai baru kok. Mungkin masuknya pas aku beberapa hari sakit,” kata Asti. “Setelah itu aku chat yang bersangkutan, nyatain resign. Biar nggak ada beban apa-apa.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Keluh Kesah Pekerja di Bandung Punya Bos Banyak Drama, Dipecat H-2 Gajian Gara-gara Abaikan WA Bos yang Tak Masuk Akal atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.