MOJOK.CO – Bus Handoyo adalah bus kesayangan keluarga saya. Moda transportasi inilah yang mengawal setiap tragedi dari Lumajang menuju Wonosobo.
Saya dan keluarga tinggal di Lumajang, Jawa Timur. Nah, keluarga saya ini mempunyai kebiasaan untuk sambang atau mengunjungi kerabat di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dan, Bus Handoyo menjadi favorit keluarga saya untuk menjalankan tradisi ini. Sebuah kondisi yang selalu membuat saya gelisah.
Kami sering berkunjung ke Jawa Tengah karena anak tertua dari pihak nenek kini tinggal di Kecamatan Kaliwiro, Wonosobo. Bisa dibilang beliau sudah resmi menjadi warga sana sejak beberapa puluh tahun yang lalu.
Masalahnya adalah, saya itu nggak bisa banget naik bus. Namun, celakanya, keluarga saya berbanding terbalik. Mereka sangat suka naik bus, dan Bus Handoyo adalah andalan. Iya, jadi bukan masalah Bus Handoyo-nya ya, tapi saya sendiri yang kurang bersahabat dengan kendaraan raksasa itu.
Bus Handoyo dan dilema di dalam diri saya
Saya pribadi, sih, nggak masalah dengan acara sambang ke Wonosobo. Namun, sekali lagi, acara kudu naik bus itu yang membuat perut mulas dan dilema. Seakan-akan ada malaikat di sisi kanan kepala saya memberi semangat. Sementara itu, di sisi kiri, ada setan yang nggak berhenti bilang, “Hari mabuk perjalanan bersama Bus Handoyo semakin dekat, kawan!”
Dilema itu bahkan sudah terjadi sejak keluarga saya memberi informasi perihal kapan kami akan berangkat ke Wonosobo. Ini “baru akan” loh. Belum juga keluarga membeli tiket Bus Handoyo dan menyerahkan ke tangan saya. Wah, baru segitu saja saya sudah gelisah.
Dari Lumajang ke Malang, baru Wonosobo
Selain kudu naik bus, sambang ke Wonosobo dari Lumajang itu memang isinya perjuangan. Jadi, kalau mau naik Bus Handoyo jurusan Jawa Tengah, kami harus ke Malang. Lantaran saat itu sedang musim hujan, keluarga saya memutuskan untuk menyewa mobil untuk “boyongan” Lumajang ke Malang.
Kembali, masalah buat saya tersaji. Entah kenapa, kayaknya saya memang mendapatkan kutukan sebagai “anak paling mabukan” yang pernah ada. Betul, saya juga mabuk naik mobil. Bau pewangi mobil saja lambung saya sudah gentar. Makanya, kakak yang tidak ikut sambang mengantar saya ke Malang naik motor.
Saya sendiri mudah mual karena lambung yang memang kurang kokoh. Bahkan saya juga punya GERD. Jadi ya, memang serba salah kalau mau sambang ke Wonosobo. Oleh sebab itu, saya dan kakak menyempatkan diri mengisi perut di warung makan Tegal Ombo. Tepat saat itu, kami mendapat kabar bahwa sepupu dan anaknya yang menemani saya berangkat duluan ke Wonosobo sudah mendapatkan tiket Bus Handoyo.
Yah, inilah dia. Hari di mana mabuk perjalanan jadi sangat menyiksa.
Baca halaman selanjutnya….