Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Simpang Lima Krian Sidoarjo: Titik Temu Pengendara Bernyawa Sembilan, Lampu Merah hingga Polisi Tak Ada Harga Dirinya di Sini

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
28 Februari 2024
0
A A
Orang Krian Sidoarjo Jadi Korban Akal-Akalan Orang Surabaya MOJOK.CO

Ilustrasi Simpang Lima Krian (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Simpang Lima Krian, Sidoarjo menjadi momok tersendiri bagi pengendara-pengendara di Jawa Timur. Khususnya yang dari atau hendak ke arah Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang.

Pasalnya, Simpang Lima Krian bisa dibilang menjadi titik lalu lintas paling semrawut di Sidoarjo. Lampu merah, ETLE, hingga polisi tak ada harga dirinya di sini.

Apalagi Pak Ogah (tukang penyeberang jalan). Alih-alih mendapat recehan, yang ada malah cuma dapat capeknya doang.

Simpang Lima Krian isinya orang buru-buru

2018 silam, sekira jam empat sorean, Chotim (26) memacu motornya dengan kecepatan tinggi dari arah Surabaya.

Ia baru selesai mengikuti mata kuliah di kampusnya, UINSA, pada jam setengah empat sore. Setelahnya, ia harus tancap gas agar segera sampai rumahnya di Jombang.

Sebab, setelah Isya ia harus sudah sampai rumah lantaran ada acara keluarga. Namun, petaka terjadi ketika ia memasuki Simpang Lima Krian.

Bukan hanya dirinya, ada sekian ratus pengendara yang juga tengah buru-buru untuk pulang ke rumah masing-masing. Para pengendara motor itu serobot sana, serobot sini, meski di celah paling sempit sekalipun.

Bunyi klakson—baik dari mobil maupun motor—juga bersahut-sahutan memekakkan telinga. Klakson yang kemudian direspon dengan umpatan dan teriakan-teriakan tak jelas dari pengendara lain.

“Ada yang dari arah Surabaya, ada yang dari arah Mojokerto Kota. Jam lima adalah jam pulang kerja mereka. Di kawasan sini kan banyak pabrik,” ujar Chotim menceritakan ulang pengalamannya menjadi korban di Simpang Lima Krian.

“Mereka semua buru-buru pulang,” sambungnya.

Rambu-rambu lalu lintas dari arah Surabaya untuk ke Mojokerto Kota dan Jombang menunjukkan warna hijau. Maka, ia pun lekas menancap gasnya lagi.

Hanya saja, sebagai mahasiswi baru, ia belum paham kalau percaya penuh pada rambu lalu lintas di Simpang Lima Krian adalah kesalahan besar.

Benar saja, sampai di tengah-tengah, tiba-tiba dari jalur arah Pacet, Mojokerto (arah kiri) seorang pengendara motor menyerebot dengan kecepatan tinggi menabrak motor yang Chotim kendarai.

“Aku terpelanting. Terus pingsan,” tutur Chotim.

Simpang Lima Krian sepi jadi berkah bagi Pak Ogah

Beruntungnya Chotim tak mengalami luka parah. Ia hanya mengalami luka ringan dan motornya sedikit ringsek.

Setelah itu ia benar-benar kapok. Sepanjang masa kuliah di UINSA, ia lebih sering naik kereta atau bus kalau mau pulang ke Jombang.

“Kalau sesekali harus lewat Simpang Lima Krian, biasanya aku buntut pengendara lain buat nyeberang simpang lima kematian itu. Karena di sini, lampu merah benar-benar nggak ada harga dirinya,” ungkapnya.

Pada Sabtu, (10/2/2024) lalu, saya sempat melintas di Simpang Lima Krian.

Setelah melakukan perjalanan bus dari Jogja ke Surabaya sehari sebelumnya, saya kemudian pergi ke Jombang pakai motor pacar.

Saya memang berniat untuk memotret betapa semrawutnya lalu lintas di sana. Lebih-lebih malam Minggu. Biasanya kepadatan di Simpang Lima Krian bakal berkali-kali lipat dari hari kerja biasa.

Karena malam Minggu adalah perpaduan antara orang-orang pulang kampung, muda-mudi malam Mingguan di Sidoarjo atau Surabaya, dan mereka yang hendak berlibur ke Pacet, Mojokerto.

Sayangnya, saya tiba di Simpang Lima Krian saat hari masih cerah. Sekira jam setengah empat sore. Jadi lalu lintas masih terpantau ramai lancar.

Simpang Lima Krian Semrawut MOJOK.CO
Potret Simpang Lima Krian saat sepi. (Aly Reza/Mojok.co)

Tapi tak soal. Saya pun mencoba menepikan motor di warung kopi tak jauh dari Simpang Lima Krian.

Awalnya saya hendak mengajak ngobrol dengan salah satu Pak Ogah yang tengah mengatur lalu lintas. Namun, ia tak berkenan.

“Mumpung belum semrawut, Mas. Kalau semrawut nanti dia (Pak Ogah) nggak dapat duit. Orang-orang mesti was wes wos kalau sudah ramai nanti,” ujar Kijo (36), warga setempat yang berprofesi sebagai driver ojek online.

“Kalau ramai cuma dapet emosi dan capeknya doang,” sambungnya.

Baca halaman selanjutnya…

Lampu merah dan polisi putus asa

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 29 Februari 2024 oleh

Tags: krianpilihan redaksiSidoarjosimpang lima krian
Iklan
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

SD Kanisius Duwet Juara MilkLife Soccer Challenge 2025: Berawal dari Anak-anak yang Takut Bola MOJOK.CO
Ragam

SD Kanisius Duwet Juara MilkLife Soccer Challenge 2025: Berawal dari Anak-anak yang Takut Bola

23 Juni 2025
open house wali kota jogja.MOJOK.CO
Ragam

Open House, Cara Wali Kota Jogja Mendengarkan Keluhan Warga Secara Langsung: Tinggal Ambil Nomor Antrean dan Tunggu Giliran

23 Juni 2025
MLSC.MOJOK.CO
Ragam

Melodi Indah di Lapangan Hijau: Kisah Guru Musik di Balik Kesuksesan Tim Sepak Bola Putri di Jogja, Underdog MLSC 2025

22 Juni 2025
Gaya pernikahan anggota perguruan bela diri pencak silat seperti SH Terate kerap diolok-olok MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Anggota Pencak Silat Penuh Atraksi, Niat Ekspresikan Kebanggaan Malah Dicap Jamet

20 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Coach Timo Scheunemann: Jangan Buat Anak-anak Trauma dengan Sepak Bola. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Coach Timo Scheunemann: Jangan Buat Anak-anak Trauma dengan Sepak Bola!

22 Juni 2025
BLDF beri bantuan alat pembakaran sampah (insinerator) ramah lingkungan untuk dua desa di Kudus MOJOK.CO

Membakar Sampah Residu dengan Tetap Ramah Lingkungan Ala Kudus, Biar Tak Numpuk di TPA

24 Juni 2025
Tersesat di ISI Surakarta lalu Jatuh Cinta kepada Solo MOJOK.CO

Tersesat di ISI Surakarta dan Menjadi Dosen yang Gegar Intelektual tapi Kini Menikmati dan Jatuh Cinta kepada Solo

21 Juni 2025
Jangan Pernah Mau Diajak Menemani dari Nol, Itu Hanya Tipu Muslihat Mokondo yang Berusaha Menyeretmu ke Lubang Neraka

Jangan Pernah Mau Diajak Menemani dari Nol, Itu Hanya Tipu Muslihat Mokondo yang Berusaha Menyeretmu ke Lubang Neraka

23 Juni 2025
Duta Sheila on 7: Duta Bapak-bapak Kampung yang Sayang Anak MOJOK.CO

Kegelisahan Seorang Bapak yang Punya Anak Perempuan dan Pentingnya Aktif Ikut Ronda di Kampung seperti Duta Sheila on 7

20 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.