ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kata Orang UGM, Jogja Darurat Sampah karena Warga Jogja Sendiri Nggak Sadar-Sadar Bab Ngolah Sampah

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
31 Mei 2024
0
A A
Sampah Jogja, Darurat Sampah Jogja.MOJOK.CO

Ilustrasi Sampah Jogja Bikin Air dan Udara Tercemar, Tapi Pemerintah Tak Punya Solusi Buat Mengatasinya (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Masalah sampah di Jogja tak beres-beres adalah karena masyarakat Jogja sendiri tak kunjung memiliki kesadaran tentang pengelolaan sampah. Kurang lebih begitulah kata pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogja.

***

Selain UMR rendah, satu masalah yang tak bisa lepas dari Jogja adalah sampah. Di media sosial, banyak video bertebaran yang memperlihatkan plastik-plastik sampah yang berserakan di jalanan. Bahkan baru-baru ini beredar video yang menunjukkan aktivitas membuang sampah masyarakat Jogja yang sudah di tahap memprihatinkan.

Mojok sendiri juga beberapa kali meliput perihal betapa daruratnya sampah di Jogja. Misalnya, Hammam Izzuddin, yang sempat menyisir Ringroad Jogja dan mendapati beberapa titik yang menjadi tempat pembuangan sampah illegal.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh YOGYAKARTA (@areajogja)

Saya pun sempat berbincang dengan salah satu aktivis lingkungan di Jogja, Ardha Kesuma (32) pada Jumat (24/05/2025).

Perempuan asal Parangkusumo, Bantul, tersebut sehari-hari harus berhadapan dengan sampah-sampah pariwisata. Itulah kenapa ia sampai membuat gerakan kecil untuk mengedukasi masyarakat setempat perihal pengolahan sampah.

Namun, ia masih menyayangkan respons pemangku kebijakan yang tak memberi solusi konkret untuk mengatasi darurat sampah di Jogja. Padahal baginya, sampah bukan hanya persoalan bau dan merusak pemandangan belaka. Melainkan lebih dari itu, sampah menjadi salah satu variabel yang bisa merusak atmosfer.

“Sayangnya, isu tersebut tidak memperoleh ruang di depan para pemangku kebijakan. Mereka yang memengang peran kunci malah lebih senang bergerak seperti gerakan masyarakat sipil. Seperti membawa tumbler, bersih pantai, atau menanam pohon,” keluh Ardha Kesuma.

“Padahal yang dibutuhkan, mereka mengambil langkah yang berpengaruh besar. Menangkap mafia sampah, implementasi kebijakan publik agar masyarakat mudah mengelola sampah,” sambung perempuan berkacamata itu.

Selain itu, Ardha Kesuma juga berharap agar pemangku kebijakan mengeluarkan regulasi untuk menghentikan aktivitas industri yang merusak alam sekaligus memastikan setiap indistri digerakkan dengan ramah terhadap alam.

Masyarakat Jogja belum optimalkan fasilitas

Sementara di lain sisi, Prof. Chandra Wahyu Purnomo selaku dosen Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM menyebut bahwa masyarakat Jogja sendiri sebenarnya belum optimal dalam memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan pemerintah, misalnya TPS3R dan Bank Sampah.

Hal tersebut, kata Chandra, terbukti dengan 90 persen sampah di Jogja yang masih terbuang di TPA.

sampah tercecer di ringroad.MOJOK.CO
Sampah tercecer di badan jalan Ringroad Jogja (Hammam/Mojok.co)

“Dari 30 TPS3R yang ada di Sleman yang semuanya dibangun oleh Kementerian PUPR, hanya 10 saja yang beroperasi, sisanya mangkrak,” ujar Chandra dalam sesi Sekolah Wartawan yang berlangsung di Ruang Fortakgama UGM, Rabu (25/05/2024).

“Bayangkan kalau semua TPS3R di Sleman, Kota Jogja, dan Bantul diaktifkan, pastinya akan berdampak pada semakin cepatnya proses pemilahan sampah,” kata pria yang juga merupakan koordinator Indonesia Solid Waste Forum (ISWF) tersebut.

Kesadaran masyarakat Jogja soal sampah masih kurang

Pada 2021 lalu, Chandra melakukan riset independent terkait kondisi sampah di Kota Jogja. Dari riset itu, ia mencatat bahwa volume sampah di Jogja mencapai 300 ton per hari. Angka tersebut, kata Chandara, ia duga bahkan terus meningkat hingga tahun 2024 ini.

“Statusnya sudah darurat, tapi masyarakat belum juga tumbuh kesadaran untuk minimal memilah sampah,” kata Chandara

“Jadinya malah muncul masalah baru seperti tiba-tiba ada titik baru yang dijadikan tempat pembuangan sampah ilegal,” tambah dosen UGM itu.

Kata Pakar UGM Masalah Sampah Jogja Gara-Gara Masyarakat Jogja Sendiri MOJOK.CO
Prof. Chandra Wahyu Purnomo, dosen Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM. (Dok. UGM)

Lebih lanjut, ia menyebut pada dasarnya peraturan terkait sampah sudah cukup banyak. Mulai dari Undang-Undang hingga Peraturan Daerah (Perda). Hanya saja, dalam hal sistem pengolahan sampah, Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain. Karena sejauh ini masih bertumpu dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Dalam konteks Jogja tidak lain tidak bukan ya TPA Piyungan.

Atas hal tersebut, Chandara tak luput menyoroti kesadaran masyarakat yang masih belum terbentuk. Padahal, dalam persoalan sampah ini, posisi masyarakat adalah sebagai hulu.

“Harusnya sampah sudah terpilah di hulu, mulai dari rumah tangga, kantor, pabrik atau industri, dan kampus. Karena di hulu saja sudah tercampur, proses pengolahannya akan menjadi berat,” beber Chandra.

Chandra berharap partisipasi publik untuk mengelola sampahnya sendiri setidaknya mencapai 30 persen. Sedangkan 70 persen sisanya ditangani oleh fasilitas-fasilitas yang ada di pemerintahan.

Masyarakat Jogja harus diedukasi soal sampah

Karena persoalannya ada di hulu, menurut Chandra akan lebih baik jika persoalan sampah di level hulu jadi prioritas untuk diperbaiki lebih dulu.

“Kita harus terus mengedukasi masyarakat agar memiliki komitmen untuk memilah sampah. Kalau perlu ada sanksi sosial seperti di negara maju,” saran Chandra.

Tidak kalah penting, setelah pemilahan, adalah penjadwalan pengumpulan dan pengangkutan dari sumber langsung ke unit pengolahan seperti TPS3R dan TPST. Penjadwalan tersebut harus terinci dan sistematis agar tidak terjadi konflik kepentingan di dalamnya.

“Pengelolaan sampah mandiri (PSM) juga harus diatur oleh Pemda/Pemdes sehingga bisa menghindari perselisihan dengan Bumdes, yang memang sekarang ada yang ditugaskan untuk mengelola sampah juga,” pesannya.

Kemudian, lanjut Chandra,  agaknya patut memperhitungkan juga teknologi pengelolaan sampah berbasis Refuse Derived Fuel (RDF) sebagai solusi untuk menghasilkan bahan bakar yang bisa digunakan untuk meminimalkan pengiriman sampah ke luar Jogja.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Tak Menemukan Ketenangan di Pantai Parangkusumo Jogja, Ingin Dengar Deru Ombak Malah Terganggu Deru Mobil Jeep, Mau Nikmati Tepi Pantai Takut Tertabrak

kuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 31 Mei 2024 oleh

Tags: Jogjajogja darurat sampahpilihan redaksisampah jogjaUGMugm jogja
Iklan
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

naik pesawat, pengalaman pertama naik pesawat.co
Ragam

Pengalaman Pertama Naik Pesawat: Sok Berani padahal Takut Ketinggian, Berujung Malu dan Jadi Aib Tongkrongan

16 Juni 2025
Tukang parkir (jukir) liar di Surabaya bikin repot, tak seperti di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Jukir di Surabaya Bisa Ngajak Ribut dan Bikin Repot karena Uang Rp2 Ribu, Tukang Parkir Jogja Lain Cerita

15 Juni 2025
pengalaman pertama naik krl jogja-solo, klaten.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Pertama Orang Klaten Naik KRL Jogja-Solo, Sok-sokan Berujung Malu karena Tak Paham Kursi Prioritas dan Salah Turun Stasiun

13 Juni 2025
ngopi di jogja, coffee shop jogja, mahasiswa baru.MOJOK.CO
Ragam

Mahasiswa Baru Kaget Pertama Kali Ngopi di Coffee Shop Jogja, Niat Nugas Malah Boncos dan Malu karena Nggak Tahu Espresso

12 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

cikarang.MOJOK.CO

Ironi Cikarang, Favorit Perantau Cari Kerja tapi Banyak Warganya Susah Dapat Kerja: “Nganggur di Negeri 1.001 Pabrik”

10 Juni 2025
Bukan Janji, Tapi Jalan : 100 Hari Pertama Masa Kepemimpinaan Wali Kota Solo

PutCast Live on Stage Spesial 100 Hari Pertama Masa Kepemimpinan Pasangan Wali Kota Solo Respati Ardi dan Astrid Widayani

13 Juni 2025
Universitas Brawijaya (UB) Malang.MOJOK.CO

Ditolak UB dan Terpaksa Kuliah di Kampus Tak Terkenal, Kini Malah Sukses: Dapat Kerja Gaji Dua Digit setelah Ratusan Lamaran Ditolak

11 Juni 2025
Bus Harapan Jaya Surabaya Jawa Timuran hanya untuk orang-orang tangguh MOJOK.CO

Bus Harapan Jaya Jawa Timuran Busnya Orang-orang Tak Punya Pilihan: Jauh dari Kemewahan, “Menyiksa” Sepanjang Perjalanan

10 Juni 2025
Lulusan SMA-SMK awalnya malu karena tak kuliah dan jadi karyawan Alfamart-Indomaret. Tapi merasa terhormat karena bisa kerja sendiri MOJOK.CO

Lulusan SMA-SMK Awalnya Malu Tak Kuliah dan Kerja di Alfamart-Indomaret, Direndahkan Guru Sendiri tapi Kini Merasa Lebih Terhormat

12 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.