Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

22 Tahun Jadi Guru Honorer Bergaji Kecil di Surabaya, Kini Pilih Jadi Tukang Pijat demi Keluarga

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
6 November 2024
A A
22 Tahun Jadi Guru Honorer Bergaji Kecil di Surabaya, Kini Pilih Jadi Tukang Pijat demi Keluarga. MOJOK.CO

ilustrasi tukang pijat di Tunjungan Surabaya, rupanya adalah guru honorer yang sudah mengabdi selama 22 tahun. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Irfan (56) telah mengabdikan hidupnya sebagai guru honorer di sekolah swasta selama 22 tahun. Gajinya yang tak seberapa, membuatnya harus bekerja tambahan sebagai tukang pijat panggilan di Tunjungan Surabaya.

***

Pandemi Covid-19 membuat kondisi Indonesia kalang kabut, termasuk sekolah-sekolah yang harus menerapkan work from home (WFH). Sebagai guru honorer, pendapatan Irfan mulai menurun. Di masa itu, dia harus berjuang untuk menghidupi tiga anaknya yang masih sekolah.

Secara bersamaan, anak pertama dan kedua Irfan masuk ke jenjang SMP dan SMA. Dia pun mencari penghasilan tambahan sebagai tukang pijat di malam hari, sembari menjalani profesinya sebagai guru dari pagi.

Bertaruh hidup ke Surabaya

Irfan tak pernah menyangka bisa menjadi guru, meski hanya lulusan SMA. Ketika lulus, dia ikut pamannya sebagai kuli proyek di Surabaya. 

Setelah proyek usai, pemuda asal Jember itu memutuskan untuk menetap di Surabaya dan mencari pekerjaan lain. Dia tidak pernah terpikir menjadi guru honorer sebelumnya.

“Daripada saya nganggur di desa, saya coba cari-cari kerja lain selama satu minggu. Mau gimananya ya lihat nanti, yang penting kerja dulu cari pengalaman,” katanya kepada Mojok pada Selasa (5/11/2024).

Setelah melamar sana-sini, Irfan akhirnya diterima menjadi waiters di restoran. Pekerjaan itu dijalaninya selama tiga tahun. 

Dia keluar dari restoran karena lebih memilih membantu sanggar seni di sekitar kos-kosannya di Pelampitan, Surabaya. Mulai dari menyiapkan busana tari, alat musik, dekorasi panggung, dan lain-lain.

Menemukan minat mengajar sampai menjadi guru honorer

Berinteraksi dengan anak-anak sanggar membuat Irfan berpikir untuk membuka les-lesan. Selain mengasah bakat di bidang tari, Irfan ingin mereka tidak meninggalkan pelajaran akademik. 

Meski hanya lulusan SMA, Irfan masih paham pelajaran dasar. Dia pun tidak mematok harga untuk anak-anak yang ingin les di tempatnya. Dia tahu, harga sekolah formal saja sudah mahal. Jadi, orang tua anak-anak itu biasanya akan bayar seikhlasnya.

“Orang tua saya hanya tukang batu, saya sendiri dulu harus membantu kerja orang tua saya untuk bisa melanjutkan SMA,” ujar Irfan. 

Namun memang, ada saja orang tua yang berbaik hati membayar lebih. Biasanya dia bisa dapat sampai Rp150 ribu dalam sehari.

Kinerja Irfan dalam mengajar rupanya dikenal baik oleh warga sekitar. Kabar itu tersebar dari mulut ke mulut. Alhasil, salah seorang warga menawarkannya untuk mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebagai guru honorer di sekitar Jembatan Merah. 

Iklan

Tanpa pikir panjang, Irfan langsung menerimanya. Setiap berangkat ke sekolah, Irfan biasanya menggunakan bemo karena waktu itu dia tidak memiliki kendaraan sendiri.

Saat mengajar di MI tersebut, Irfan ndilalah bertemu dengan seorang perempuan setempat yang kemudian menjadi istrinya. Pernikahan antara Irfan dan perempuan itu berlangsung di tahun ketiga dia mengajar. 

Mengabdi sebagai guru honorer selama 22 tahun

Tahun 1997, Irfan pindah mengajar ke sekolah dasar swasta di Peneleh. Saat itu, sekolah swasta tersebut sedang mencari guru olahraga.

Irfan merasa tertarik karena sesuai dengan minatnya. Dia pun mengirim berkas lamaran langsung ke kepala sekolah dan diterima. 

Dalam prosesnya, Irfan pun akhirnya harus belajar lagi perihal materi dan praktik dalam mata pelajaran olahraga. Sebab, ada berbagai jenis olahraga yang detail jenisnya belum dia pahami.  Misalnya, olahraga lari saja ada beberapa jenis, meliputi lari cepat, lari jauh, dan lari estafet.

Upah pertamanya saat menjadi guru olahraga itu sebesar Rp500 ribu. Di tahun itu, dia merasa upahnya masih cukup untuk memenuhi kehidupannya bersama sang istri.

“Seiring berjalannya waktu, saya disuruh mengajar ekstrakurikuler tari dan hadrah. Saya juga ditunjuk sebagai wali kelas, sehingga kalau dirata-rata pendapatan saya sekitar Rp1,8 juta dalam sebulan,” ucap guru honorer itu.

Bagi Irfan, mengajar bukanlah semata karena uang. Dia senang jika ilmu yang diberikan bermanfaat bagi sekitar. 

“Pas anak-anak ketawa saat belajar, terus lihat mereka sekarang sukses itu rasanya senang,” ujarnya. 

Banting setir dari guru honorer menjadi tukang pijat panggilan

Semakin ke sini, ternyata total gaji Irfan terbilang pas-pasan dan bahkan cenderung kurang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Terlebih, dia memiliki dua anak yang biaya sekolahnya juga harus dia perhatikan.

Oleh karena itu, Irfan pun membuka jasa pijat panggilan di samping kesibukannya mengajar. Berbekal minyak yang dia peroleh dari Kalimantan, tiap malam Irfan berangkat ke Jalan Tunjungan, Surabaya, mencari pelanggan.

Biasanya dia duduk di atas pedestrian. Tubuhnya diselimuti jaket dan topi. Sambil membawa lembar kardus bertuliskan “Pijat Tangan dan Kaki, WA: 0895345544848, Jl. Peneleh-VI/7A Surabaya”. 

Kebanyakan pelanggannya merupakan orang yang sedang menginap di sekitar hotel. Dia pernah mendapatkan pelanggan yang ahli akupunktur. Pelanggan itu pun mengakui keahliannya.

“Dia dari Bali, katanya pijatan saya sudah sesuai titik-titik akupunktur tubuh. Bedanya dia pakai jarum,” kata Irfan. 

Karena bekerja terlalu keras, kondisi fisik Irfan makin hari kian menurun. Alhasil, dia memutuskan cuti selama satu tahun dari sekolah. Tak lama berselang, dia pun memutuskan untuk pensiun dini dan melanjutkan kerja sebagai tukang pijat di Tunjungan Surabaya.

Berguru pijat dari sang paman

Pijat merupakan keahlian dari dua orang paman Irfan. Sebelum terjun ke profesi itu, Irfan sudah berguru dan meminta izin kepada pamannya. Pamannya itu bahkan memberikan minyak khusus dari Kalimantan.

“Minyak itu maksudnya tidak langsung asli dari Kalimantan, hanya kita pesan dari sana. Saya kalau pakai juga dicampur dengan minyak lain biar nggak boros, karena harganya cukup mahal,” kata pensiunan guru honorer tersebut.

Selain belajar teknik, pamannya telah memberikan “doa” untuk dirapalkan Irfan sebelum memijat pelanggan. Irfan juga harus memastikan agar pelanggan yakin dengan jasa pijatnya.

“Kadang saya tanya pelanggan saya dulu, apa keluhannya? Misal dia batuk-batuk, itu ada tekniknya. Tapi saya selalu mulai dengan doa,” ucap tukang pijat Tunjungan Surabaya itu.

Irfan tak mematok harga untuk jasa pijatnya. Dalam sehari, dia bisa mendapatkan upah Rp50 ribu sampai Rp150 ribu, bahkan kadang tidak dapat sama sekali. 

“Kadang orang itu bingung mau bayar berapa, tapi saya bilang kayak panjenengan mau sedekah ke masjid, seikhlasnya kasih berapa,” ucap Irfan.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Guru Honorer Temanggung Totalitas dan Serius Ngajar meski Gaji Nggak Sampai Rp500 Ribu, Malah Dimusuhi karena Dianggap Bikin Repot Guru PNS Bergaji Lebih Besar tapi Nggak Niat Ngajar

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 6 November 2024 oleh

Tags: gaji kecilguru honorertukang pijattunjangan surabaya
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Guru tak pernah benar-benar pulang. Raga di rumah tapi pikiran dan hati tertinggal di sekolah MOJOK.CO
Ragam

Guru Tak Pernah Benar-benar Merasa Pulang, Raga di Rumah tapi Pikiran dan Hati Tertinggal di Sekolah

8 November 2025
PPPK Paruh Waktu, honorer.MOJOK.CO
Ragam

Beban Kerja PPPK Paruh Waktu Mirip ASN, tapi Standard Gaji Honorer: Nasib Guru Muda Makin Tak Jelas

13 Oktober 2025
Insentif Guru Pengurus MBG Membuktikan Ternyata Negara Bisa Menyelesaikan Masalah Kesejahteraan Guru, Cuma Nggak Mau Aja
Pojokan

Insentif Guru Pengurus MBG Membuktikan Ternyata Negara Bisa Menyelesaikan Masalah Kesejahteraan Guru, Cuma Nggak Mau Aja

2 Oktober 2025
Menderita saat menjadi guru honorer di sekolah negeri. Sejahtera saat menjadi guru di sekolah (SMP) Muhammadiyah karena gaji lebih manusiawi MOJOK.CO
Ragam

Hidup Menderita saat Jadi Guru Honorer di Sekolah Negeri, Usai Pindah ke Sekolah Muhammadiyah Berubah Drastis Jadi Sejahtera

5 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.