Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Gen Z Bukannya Tak Mau Kerja Keras, tapi Upah Murah dan Lingkungan Toxic Itu Memang Masalah

Sara Salim oleh Sara Salim
25 November 2023
A A
Gen Z Bukannya Tak Mau Kerja Keras, tapi Upah Murah dan Lingkungan Toxic Itu Memang Masalah MOJOK.CO

Ilustrasi Gen Z Bukannya Tak Mau Kerja Keras, tapi Upah Murah dan Lingkungan Toxic Itu Memang Masalah (Ega Fansuri/MOJOK.CO)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Salah satu tantangan anak muda masa kini ialah upah murah saat kerja. Boro-boro beli rumah, cukup untuk biaya kebutuhan sehari-hari saja sudah syukur. 

Mojok ngobrol dengan tiga anak muda yang menceritakan bagaimana kerja keras mereka tak sebanding dengan upah murah yang mereka terima. Bukan hanya upah Yogyakarta yang katanya rendah, para anak muda dari kota lain pun banyak yang gajinya masih berada di bawah garis UMR.

***

Upah murah yang tak masuk akal

Caca (nama samaran, 23) adalah seorang broadcaster di Kota Malang. Ia bekerja 6 hari dengan upah kurang dari setengahnya UMR Kota Malang.

Ia sudah bekerja selama 10 bulan di salah satu perusahaan. Ini adalah pengalaman pertamanya sebagai profesional pasca-lulus kuliah. Sebelumnya hanya sekadar magang dan relawan campaign tanpa dibayar. Ia juga coba peruntungan di UMKM milik saudara, yang ini Caca dapat bayaran.

Di tempat sekarang, Caca berstatus pekerja lepas. Ia sempat mikir-mikir sebelum menerima, tapi akhirnya memilih lanjut karena saat itu belum ada tawaran lain. Sejak awal kontraknya, tak ada negosiasi. Perusahaan mengatakan, kalau tak berkenan dengan penawaran bayaran Rp12.500 per jam, perusahaan akan memilih kandidat lain. 

“Benar-benar kontraknya tidak menjurus, general bgt. Pihak satu bersedia menjadi pengisi acara dalam semua kegiatan dalam perusahaan. Nggak ada detail. Isinya gitu aja, kalau misal cuti harus cari ganti. Jam kerja bagi rata sama yang lain. Ada peraturan tapping. Kalau pengajuan resign minimal 1 bulan sebelum keluar, jadi gitu isi kontrak. Nggak bisa dinego karena kita freelance,” terangnya kepada Mojok, akhir September lalu.

Caca ditawari minimal tiga jam kerja atau menyesuaikan freelance lain, jam siarannya akan dibagi rata. Saat masa training, ia mendapat jatah lima jam dengan lima hari kerja. Upah yang diterima berkisar 1,2 juta sampai 1,5 juta. 

“Selesai training jam kerja udah dibagi rata, gajiku ga pernah angka 1 juta. 700, 800, 900 ribu itu kayak udah buanyak banget. Itu jam kerja dengan empat freelance termasuk aku,” ujarnya. 

Beban kerja sejak training sudah tak masuk akal. Perusahaan seolah-olah mengandalkan keinginannya untuk belajar sebagai tameng. “Ya udah kamu kan pengen belajar, kamu dapat ilmu,” begitu penuturan Caca soal tanggapan perusahaannya.

Caca menyadari ilmu memang tak bisa dinilai dengan uang tetapi dirinya bekerja secara profesional, sehingga menurut Caca harusnya ada harga yang dibayar. 

Kerja keras bagai kuda tapi upah tak seberapa

Broadcaster di perusahaan tersebut tidak ada yang berstatus tetap, semuanya freelance. Namun, satu-persatu gugur karena berbagai alasan. 

Jatah siarannya menjadi 7 jam sehari dengan waktu kerja 6 hari. Akan tetapi, dirinya di kantor bisa sampai 12 jam dari jam 6 pagi ke jam 6 sore. Kalau ada event off air, waktunya tersisa lima jam lebih banyak. Hal ini tidak dihitung lembur karena perusahaan menyebutnya all in include.

“Beban kerjaku semakin ditambah karena harusnya beban 4 orang. Gaji kita nggak signifikan nambahnya. Sebelnya mereka sempat bilang, sistem kerja kita kayak borongan. Tukang rumah aja hitungannya per hari 85-90 ribu, kita nggak ada segitu. Bayangin aja 12,5 x 7 tapi di tujuh jam itu ga langsungan terus. Ada kerja waktunya. Capek banget di kantor 12 jam-an,” keluhnya.

Iklan

Dari jam siaran satu ke jam siaran lainnya, Caca mau tak mau menunggu salah satu alasannya karena rumahnya cukup jauh di Kabupaten Malang. Ia pun tak bisa beristirahat di sela-sela waktu tersebut karena atasannya sering menyuruh ini itu.

“Seenak-enaknya istirahat di tempat kerja pasti nggak seenak istirahat di rumah.  Jelasnya bukan ini aja yang aku kerjain. Loading barang juga, prepare lah intinya. Nah, orang-orang di kantor tuh cuma duduk-duduk aja sambil nyuruh,” kata Caca.  

Disuruh sabar dan malah adu nasib

Caca bukan tak pernah protes, sayangnya tiap protes atasannya malah adu nasib. Ia disuruh sabar saja. Apalagi setelah broadcaster tersisa dua orang, ia pernah menyampaikan keluhan dari cara halus sampai agak kasar.

“Mereka malah adu nasib, ‘Sama, aku juga gitu, capek’. Ya, kamu juga capek tapi bayaranmu dua  kali UMR. Bayaranku muentok itu 1,8 itu pun sekali seumur hidupku. Bulan September nggak sampai 1,8,” kata Caca geram. 

Bulan depan kontraknya habis, Caca berencana resign karena merasa sudah tak sanggup menghadapi beban pekerjaannya. Terlebih lagi dirinya sangat sulit izin. Caca menyadari pekerjaannya dengan upah tak masuk akal ini juga menyebabkan sulit bertemu teman dan keluarga.

Upah murah, beban kerja berlapis, dan perilaku buruk atasan

Fafa (22) mencoba mencari pengalaman di salah satu coffee shop di Jakarta saat masih kuliah daring. Kebetulan tempat kerjanya jadi satu dengan restoran makanan jepang pula. Bisa dibilang ia mengurusi dua tempat sekaligus.

Selain mencari pengalaman, Fafa ingin punya pemasukan di waktunya yang masih fleksibel karena kuliah daring. Alasan lain karena ia merasa finansial menjadi tekanan tersendiri. Ia adalah penerima beasiswa di SMA, tak enak hati kalau sepenuhnya bergantung pada orang tua.

“Mereka itu punya 2 manajemen berbeda tapi running bareng-bareng. Saya satu-satunya waiter yang dipekerjakan, skalanya nggak terlalu besar jadi nggak masalah buat saya,” katanya. 

kerja dengan upah murah dialami gen z
Kerja dengan upah murah dan jam kerja berlebih dihadapi oleh anak muda atau Gen Z. (Ilustrasi Photo by Kate Townsend on Unsplash)

Ia mengakui, beban kerja tak sesuai menyulitkan aktivitasnya. Ia tak pernah dapat kontrak kerja, hanya mendapat penjelasan. Penjelasan soal tupoksi yang kelak saat ia sudah bekerja malah ganda.

“Briefing pertama, beban kerja hanya waiter yang menyajikan makanan ke pelanggan dan ramah tamah, hospitality. Seiring berjalannya waktu, saya harus siapkan makanan walaupun nggak masuk kitchen tapi menyiapkan sendok, garpu, jadi kasir. Dan sebenarnya saya sangat nggak sreg atas job desk baru atas kebersihan dining, termasuk kamar mandi dan mushola,” terangnya.

Sejujurnya Fafa tak menyetujui karena alasan kebersihan. Penyajian makanan sesudah bersih-bersih membuat pelanggan biasanya kurang berkenan.

Baca halaman selanjutnya…
Dipermalukan di depan pelanggan

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 27 November 2023 oleh

Tags: Gen Zkerjaupah murah
Sara Salim

Sara Salim

Lagi belajar nulis biar ga bikin judul Ngeri! Seram! Terungkap!

Artikel Terkait

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
anak muda.MOJOK.CO
Mendalam

Anak Muda Tidak Lemah, Masa Depan yang Tak Terlalu Ramah

20 November 2025
Pameran buku anak termasuk komik. MOJOK.CO
Ragam

Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak

15 November 2025
Lulus SMA dirundung karena jualan toge di pasar tradisional Tuban. Dianggap kurang usaha padahal masih muda alias gen Z. MOJOK.CO
Ragam

Lulusan SMA Dihina: Masih Muda tapi Cuman Jadi Pedagang Pasar. Tak Peduli yang Penting Bukan Beban Keluarga

6 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.