Kata Perencana Keuangan Boleh Hidup Boros dan Nggak Menabung Asal... - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Konsultasi Celengan

Kata Perencana Keuangan Boleh Hidup Boros dan Nggak Menabung Asal…

Haryo Setyo Wibowo oleh Haryo Setyo Wibowo
25 April 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Milenial terkenal dengan gaya hidup yang boros dan nggak suka menabung. Bagaimana caranya mereka bisa survive dengan gaya hidup seperti itu? Kiai mungkin akan bilang jangan khawatir karena rezeki sudah ada yang ngatur. Tapi, perencana keuangan bilang lakukan 3 hal ini:

Sahabat Celenger yang sudah mendeklarasikan gemar menabung tetapi rekening kerap bocor,

Hal tersulit yang harus dijawab selain pertanyaan kapan kamu menikah dan sama siapa menikahnya, “bisakah kita hidup boros dengan gaji tidak begitu besar, punya banyak waktu luang, tidak perlu menabung, dan tetap survive?”

Kalau kalian bertanyanya ke agamawan, maka jawabannya pasti bisa. Mereka akan membabarkan dalil bahwa segala hal di dunia ini milik Tuhan dan hanya atas perkenan-Nya semua hal yang bagi pikiran manusia merupakan hal mustahil dapat terwujud. Tuhan sudah menjamin rejeki manusia mengalir sepanjang hayat, sementara perusahaan bisa jadi hanya menjamin kehidupan kalian selama setengah bulan saja. Hahaha.

Itu cuma geli saja, tidak bermaksud menertawakan kesulitan orang bergaji sedang atau cukupan. Karena kalau kalian menanyakan itu ke konsultan atau perencana keuangan. Maka yang terjadi kemudian adalah mendapatkan pertanyaan balik yang semuanya bisa jadi dimulai dengan kata apakah.

Baca Juga:

Air Fryer Belum Tentu Lebih Sehat daripada Wajan Penggorengan Biasa

Bamsoet: Minelial Kurang Nasionalis, Bisa Ancam Indonesia. Milenial: Politikus Penyebabnya

Pemerintah Luncurkan Bansos ‘Rumah untuk Milenial’, Isinya Bata dan Semen


“Apakah saudara tidak menginginkan ganti gadget, sementara peralatan elektronik semakin modern justru didesain secara planned obsolescence, atau mudah usang secara model dan bahkan fungsi?”

Satu contoh kemampuan lensa menangkap citra kita saat selfie sambil bibir monyong-bikin mangkel. Kita sering merasa canggih dan sibuk membahas kelebihan kamera beresolusi tinggi tetapi lupa bahwa produsennya sebenarnya telah merancang kualitas kameranya bisa turun, mlotrok, aus dengan frekuensi penggunaan tertentu. Manusia seperti dipaksa untuk memasukkan gadget atau perangkat elektronik lain sebagai setidaknya kebutuhan terencana dalam jangka waktu tidak lebih dari 2 tahun.

Itu diluar ambyar karena jatuh atau dibanting pacar tanpa menunggu konfirmasi karena ada seseorang memanggil “sayang…” di layanan pesan instan.


“Apakah saudari tidak ingin berlibur ke Korea melihat Nami Island, lokasi shooting Winter Sonata, sebuah melodrama yang menjadi tonggak awal terjajahnya Indonesia oleh budaya Saranghaeyo?”

Tidak harus ke Korea. Kemana pun tujuan kita liburan baik lokal maupun luar negeri, hal yang harus dipersiapkan tidak akan meleset dari biaya transportasi, akomodasi, biaya pengeluaran selama di lokasi, dan belanja oleh-oleh. Bisa saja tanpa perencanaan finansial berupa menabung. Dibiayai atau ada foreign trip incentive (insentif jalan-jalan ke luar negeri) dari kantor misalnya. Tapi itu kan tidak berlaku umum.

Untuk yang berlaku umum, seorang perencana keuangan pasti akan menyarankan menabung. Setelahnya menyarankan beli tiket murah di acara semacam garuda travel fair yang biasanya akan banyak berserak tiket murah di saat tidak musim liburan (low season). Tidak ada istilah di kamus mereka menyarankan, “dah saudara yang penting banyak doa. Sholat wajib jangan lupa ditambah sholat dhuha. Untuk yang lain, rajin ke gereja, pura, wihara, dan banyak-banyaklah menebar darma.”

Itu sudah pasti saran yang bagus, tidak baik mengabaikannya. Tapi kan tidak profesional! Borobudur, Prambanan dan keajaiban dunia lainnya itu tidak dibangun hanya satu malam. Tidak cukup berbekal doa atau mantera pengerahan makhluk-makhluk gaib yang mampu menepis segala kemustahilan yang mungkin dilakukan oleh manusia. Semuanya terencana, dijalankan manusia dan perlu waktu! Tetap ada orang-orang profesional yang mengelolanya.

“Apakah saudara tidak menginginkan ganti kendaraan? Model motor atau mobil sekarang tuh bagus-bagus. Selain lebih modern, gaya, dan sporty, safetynya pun lebih dapat lho.”

Banyak orang pasti memilih jawaban, ya menginginkan. Sekarang tinggal diperiksa tujuan finansial kita. Kalau memilih cash, berarti harus ada uang sejumlah yang dapat kita pergunakan untuk menebusnya. Tetapi kalau menginginkan cara pembayaran secara cicilan, berarti ada uang yang harus disisihkan sejumlah tertentu begitu kita terima gaji. Bagaimana perawatan kendaraannya? Berarti ada pos yang harus dipersiapkan juga.

Pertanyaan pentingnya, seberapa boros kita. Apakah kalau 3 pertanyaan tersebut di atas dijawab “YA”, terlihat kalau kita memang payah dalam mengelola keuangan dan tidak mungkin mewujudkannya tanpa menabung?

Selama berabad-abad, menabung sebenarnya tidak pernah mengalami pergeseran makna. Penjelasannya tidak akan meleset jauh dari menyisihkan sebagian uang yang berfungsi untuk berjaga-jaga terhadap munculnya kebutuhan di masa depan. Selama berabad-abad pula menabung jadi kunci sukses banyak orang mewujudkan tujuan finansialnya.

Itu sebelum kemunculan teknologi internet yang membuat rekening kita serasa langsung diintip, dilucuti, dan diintimidasi oleh teknologi. Saat internet hanya berupa kemudahan bagi kita untuk mendulang informasi, rekening kita masih aman, jaya, dan sentosa. Ya setidaknya selama sebulan lah. Tapi begitu sistem pembayaran mulai terintegrasi, kita seperti berteman dengan bajingan tengik. Mau menghindar tapi lebih perlu kita dibandingkan dia.

Sahabat celenger yang boros tapi tetap optimis walau rekening setipis irisan jeruk nipis,

Tidak menabung sebenarnya tidak masalah. Karena masalah sebenarnya terjadi saat kita membutuhkan uang, ada atau tidak. Boros hanya soal persepsi, sepanjang tidak perlu menguras isi rekening kita, apa lagi hingga berakibat utang konsumtif. Jadi memang harap bedakan antara boros dan pandir, karena memang perbedaanya sangat tipis.

Tinggal sekarang implikasinya bagaimana setelah mengetahui dirinya boros. Berikut kebijakan yang harus dilakukan oleh sahabat boros agar tujuan finansialnya tidak meleset:


Jangan boros gadget

Terkait gadget, setelah mengetahui bahwa perusahaan teknologi menerapkan planned obsolescence. Gunakan dengan bijaksana agar lebih awet. Selain materialnya cenderung ringkih dan mudah rusak, jangan panggil sayang-sayangan di gadget yang tidak berpasword. Hahaha. Bukan, itu bukan ajaran sesat. Tetapi banyak ide dan informasi penting yang mendukung pekerjaan kita. Teknologi pintar memungkinkan itu semua aman.

Untuk yang hobi selfie pun demikian. Buatlah awet performa kamera depannya dengan hanya berswafoto sehari maksimal 3 jepretan saja. Hahaha. Ini serius, karena banyak foto kamera yang melorot fungsinya setelah 1.000 jepretan. Jangan kemudian nanti terlalu sering ganti gadget hanya sekadar untuk menuntaskan dahaga selfie 50 frame sehari.

Piknik

Selagi muda boroslah untuk keperluan jalan-jalan. Bepergian jauh lebih membutuhkan kesiapan fisik daripada materi. Jangan sampe ketagihan menabung sampe lupa jalan-jalan. Begitu ingat, usia sudah 60 tahun dan mudah masuk angin. Mau pose ala Winter Sonata di Nami Island pas hawanya dingin semribit. Repot, harus diblonyo minyak kayu putih dan pasang koyo sana sini dulu.

Mengorbankan kenyamanan yang menipu

Di dunia perborosan yang aman, berlaku hukum brandless, no car, no expensive restaurant. Selama itu dipatuhi kemungkinan kita akan aman. Tentu saja tidak ada jaminan. Intinya boros tapi bisa ngampet.

Kalau penghasilan belum di atas 20 juta, sebaiknya gunakan motor atau transportasi publik karena konsekuensinya banyak sejak beli hingga perawatannya. Tidak jarang kebahagiaan orang terampas oleh kendaraan dari mulai mogok hingga rajin opname di bengkel. Demikian juga barang branded kenikmatannya hanya sementara waktu saja. Punya barang branded kalau cuma satu, kemungkinannya hanya dua: nular beli lagi atau malu mengunakan karena hanya itu-itu saja.

Sebenarnya tiap orang mempunyai sisi unik dalam hidup. Itu yang tidak mampu dijelaskan oleh para perencana atau konsultan keuangan. Maka jangan buru-buru ditertawakan kalau para penganut spiritualisme memberikan nasehat untuk berdoa dan berderma, yang secara teknis kurang bisa diterima dengan akal standar.

Ada yang boros tapi selamat tanpa utang, ada yang rajin keluyuran anaknya banyak mendapat beasiswa pendidikan hingga derajat tertinggi. Eh, ada yang rajin menabung begitu terkumpul banyak, boro-boro untuk ke Korea. Uangnya malah dipinjam temannya, “Bulan depan aku balikin deh, untuk bayar anak sekolah… ”. Trenyuh kita, tapi begitu ditagih “bulan depan” selalu dijadikan jawaban. Itu ya, yang ngutangin malah jadi kaya yang salah.

Jaman semakin maju, kalau memang merasa menabung itu tidak perlu, ya tidak masalah. Jangan kemudian merasa terbebani dan kehilangan motivasi. Tabungan tidak harus berwujud harta benda saja. Waktu luang juga merupakan tabungan untuk melakukan hal bermanfaat. Skill atau keahlian juga merupakan tabungan yang dapat mendatangkan uang. Tinggal menunggu berjodoh dengan momentum.

Tapi jangan skill ngutang. Itu memang mendatangkan uang, tapi nyusahin teman. Apa lagi kalau sudah memberikan jawaban klasik, “bulan depan ya…”

Tags: Haryo setyo wibowoKonsultasi keuanganmilenial
Haryo Setyo Wibowo

Haryo Setyo Wibowo

Artikel Terkait

Air Fryer Belum Tentu Lebih Sehat daripada Wajan Penggorengan Biasa

Air Fryer Belum Tentu Lebih Sehat daripada Wajan Penggorengan Biasa

26 Januari 2022
Bamsoet: Minelial Kurang Nasionalis, Bisa Ancam Indonesia. Milenial: Politikus Penyebabnya MOJOK.CO

Bamsoet: Minelial Kurang Nasionalis, Bisa Ancam Indonesia. Milenial: Politikus Penyebabnya

8 Agustus 2021
Pemerintah Luncurkan Bansos ‘Rumah untuk Milenial’, Isinya Bata dan Semen
 satire mojok x firal mojok.co

Pemerintah Luncurkan Bansos ‘Rumah untuk Milenial’, Isinya Bata dan Semen


12 Juli 2021
Meme ‘Blok Goblok’ dalam Semesta Emak-emak Boomer dan Tanggung Jawab Generasi Milenial

Meme ‘Blok Goblok’ dalam Semesta Emak-emak Boomer dan Tanggung Jawab Generasi Milenial

17 Mei 2021

Habib Kok Gitu? Udah Nggak Pakai Jubah, Malah Aktif YouTube-an Lagi

15 April 2021
Panduan Agar Milenial Bisa Berkontribusi kepada Bangsa dan Negara Seperti Bu Megawati MOJOK.CO

Panduan Agar Milenial Bisa Berkontribusi kepada Bangsa dan Negara Seperti Bu Megawati

30 Oktober 2020
Pos Selanjutnya

Pelecehan Seksual di Kereta adalah Bukti Adanya Otak Sengklek di Antara Kita

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Kata Perencana Keuangan Boleh Hidup Boros dan Nggak Menabung Asal…

Kata Perencana Keuangan Boleh Hidup Boros dan Nggak Menabung Asal…

25 April 2019
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
Asrama mahasiswa Sumatra Selatan, Pondok Mesudji dalam sengketa di pengadilan. Mahasiswa menilai ada campur tangan mafia tanah.

Mahasiswa Sumsel di Asrama Pondok Mesudji Jogja Terancam Pergi karena Mafia Tanah

11 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
Musimin, petani di lereng Gunung Merapi yang menolak ekspor kopi ke Jepang.

Mengenal Musimin, Petani Lereng Merapi yang Menolak Pesanan Kopi dari Jepang 

5 Agustus 2022

Terbaru

Timnas U-16 Indonesia mengalahkan Vietnam di Piala AFF U-16

Gol Semata Wayang Kafiatur Rizky Bawa Timnas Indonesia U-16 Juara Piala AFF

12 Agustus 2022
tarif ojol mojok.co

Ekonom Indef: Kenaikan Tarif Ojol Bisa Picu Inflasi, Pemerintah Perlu Pertimbangkan Lagi

12 Agustus 2022
Ibu Ruswo: Pembakar Api Revolusi Dari Dapur Umum

Ibu Ruswo: Pembakar Api Revolusi dari Dapur Umum

12 Agustus 2022
meterai elektronik mojok.co

Beredar Meterai Elektronik Palsu, Waspadai Modusnya

12 Agustus 2022
kip kuliah ugm mojok.co

UGM Buka Pendaftaran Beasiswa KIP Kuliah Bagi 1.850 Mahasiswa Baru, Ini Syaratnya

12 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In