Gembar-gembor pembangunan jalan tol dan alun-alun, tapi Pemkab mengabaikan jalan rusak
Kepanjen memang sedang bersolek, menata, dan memperbaiki citranya. Sebagai “ibu kota” Kabupaten Malang, mereka harus melakukannya.
Bagaimanapun juga, kecamatan ini adalah wajah, sekaligus representasi pertama dari kabupaten, terutama bagi warga luar. Sayangnya, dalam bersolek dan mempercantik diri, mereka masih belum paham prioritas, belum paham mana yang harus didahulukan.
Pemkab sedang berusaha membangun 2 infrastruktur yang nggak main-main: jalan tol dan alun-alun. Dua proyek yang sebenarnya masuk akal, sebab Kepanjen ini memang macet, dan jalan tol baru mungkin bisa mengurai kemacetan itu.
Selain itu, Kabupaten Malang juga nggak punya ikon kota kayak alun-alun. Sebagai pusat, alun-alun baru memang terdengar masuk akal.
Sayangnya, gembar-gembor ini malah bikin Kepanjen seakan keblinger. Mereka seakan nggak tahu masalah mendasar di wilayahnya. Kemacetan dan ketiadaan ikon kota mungkin merupakan masalah. Tapi ada satu masalah yang lebih besar, yaitu soal jalanan yang rusak dan terabaikan.
Ini yang seharusnya dapat perhatian lebih ketimbang buru-buru membangun jalan tol atau alun-alun. Punya tol dan alun-alun baru tapi jalanan tetap rusak ya percuma.
Soal jalan rusak ini nggak hanya di Jalibar (Jalur Lintas Barat) Kepanjen saja. Ada banyak jalan-jalan lain, baik di pelosok maupun jalanan utama. Warga Kepanjen sudah kerap mengeluhkan soal jalan rusak ini. Bahkan sudah ada beberapa korban, tapi pihak pemerintah malah terkesan abai. Kabupaten Malang kayak nggak paham prioritas dalam urusan memperbaiki diri.
Semua ingin Kepanjen jadi lebih baik
“Kamu ini bukan orang sana kok sok-sokan nulis ini dan itu soal Kepanjen.”
Kalimat ini mungkin akan menyasar saya ketika orang-orang membaca tulisan ini. Kalimat yang tidak salah, tuduhan yang boleh jadi benar.
Betul, saya memang bukan orang Kepanjen. Saya juga tidak pernah tinggal di sana. Tapi, pembangunan yang ngaco, pengabaian jalan yang rusak, serta pembiaran hal-hal buruk dan berbahaya, sedikit-banyak akan berpengaruh ke wilayah-wilayah lain.
Tidak hanya di Kabupaten Malang, juga di Kota Malang dan Kota Batu. Citra Kepanjen yang buruk juga bisa bikin citra Malang Raya ikut buruk.
Saya memang bukan orang sana, tapi sebagai “saudara dan tetangga yang baik”, saya ingin Kepanjen menjadi lebih baik. Kalau kecamatan ini bisa lebih baik, wilayah-wilayah lain di Kabupaten Malang akan menyusul jadi baik.
Dan kalau sudah baik, nggak akan ada lagi anggapan bahwa Kepanjen dan Kabupaten Malang ini tertinggal. Warga pasti senang. Kan gitu mainnya.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Meninggalkan Surabaya yang Sumpek, Pilih Hidup Jadi Petani Stroberi di Kabupaten Malang dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.