MOJOK.CO – Saya memang bukan orang Kabupaten Malang, tapi sebagai “saudara dan tetangga yang baik”, saya ingin Kecamatan Kepanjen menjadi lebih baik.
Di kalangan orang Malang Raya, ada satu anggapan atau rahasia umum yang mampu menggambarkan 3 wilayah (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu). Semua tahu kalau Kota Malang dan Batu sudah sangat maju. Sementara itu, wilayah Kabupaten, masih tertinggal.
Anggapan ini bisa saja benar, juga bisa salah. Ada banyak orang yang mengamini anggapan ini, juga nggak sedikit yang menolak keras.
Tapi, anggapan ini seakan terlihat nyata jika kita pernah mengarungi Malang Raya. Kita harus mengakui bahwa Kabupaten Malang memang seperti tertinggal jauh di banyak aspek dari 2 saudaranya.
Ada perbedaan yang cukup mencolok ketika membandingkan jalan yang ada di Kota Malang dan Kota Batu dengan Kabupaten Malang. Meskipun sama jeleknya, tapi jalanan di Kabupaten ini boleh dibilang lebih jelek.
Bahkan sampai ada satu anekdot yang berbunyi:
“Lek embong e wis mulai elek, berarti wis mlebu Kabupaten Malang.”
Artinya: “Kalau jalanannya sudah mulai jelek, berarti sudah masuk wilayah Kabupaten Malang.”
Namun, melihat kenyataan bahwa Kabupaten Malang ini masih tertinggal, kita begitu kaget. Iya, nggak kaget, lha wong pusat sekaligus wajah, yaitu Kecamatan Kepanjen, kayak bukan pusat kabupaten, kok.
Kepanjen dan identitas yang kurang terbangun dengan baik
Setiap saya pergi ke Kepanjen, ada satu perasaan yang mengganjal. Rasanya sungguh sayang. Mengapa Pemkab tidak membangun dan memoles identitas serta wajah Kepanjen?
Kepanjen, yang menyandang identitas sebagai “ibu kota” Kabupaten Malang, seakan belum mampu menjadi representasi. Kecamatan ini terlalu “sunyi” untuk ukuran pusat kota/kabupaten.
Apalagi jika kita membandingkannya dengan pusat Kota Malang (di Kecamatan Klojen) dan pusat Kota Batu (Kecamatan Batu). Rasanya Kepanjen ini belum bisa bersanding. Nggak heran kalau orang Kepanjen (terutama muda-mudi) lebih memilih main ke Kota Malang atau ke Kota Batu.
Selain itu, Kepanjen ini juga banyak masalah. Mulai dari jalanannya, hingga beberapa infrastruktur. Jadinya, pembangunan itu kayak bukan prioritas.
Padahal, kecamatan ini punya potensi yang cukup besar untuk setidaknya merepresentasikan Kabupaten Malang. Oleh sebab itu, kalau nggak diurus dengan baik, kecamatan ini nggak beda kayak anak tiri saja. Ingat, potensi ekonomi di sana sangat kuat. Yah, pada akhirnya, identitas kecamatan ini sebagai pusat kabupaten, sebagai wajah dan representasi, nggak diurus dan dibangun dengan baik.
Terlalu sunyi sebagai pusat kota/kabupaten
Sebagai pusat, sudah selayaknya Kepanjen ini punya daya tarik dan menjadi meeting point warga kabupaten. Namun, Kepanjen terlalu sunyi dan sepi untuk ukuran pusat kota/kabupaten. Seakan-akan, kecamatan ini nggak punya apa-apa.
Makanya, anak muda Kabupaten Malang memilih main ke Kota Malang atau Kota Batu. Sebagai contoh, anak-anak “skena” musik Kepanjen, banyak yang lebih memilih gabung ke anak-anak di Kota Malang. Sebab di Kota Malang lebih banyak jejaring, fasilitas, dan harus diakui, lebih asyik.
Pahit, tapi begitulah kenyataannya. Beberapa kali mengunjungi Kepanjen, saya memang nggak banyak menemukan hal-hal yang menarik. Setiap saya bilang ke teman-teman kalau saya mau main ke sana, respons mereka selalu sama, “Kate lapo? Kate golek opo ndek kono?”
Dan iya, Kepanjen, meskipun merupakan pusat Kabupaten Malang, sepertinya belum ditakdirkan menjadi tempat bersenang-senang yang paten.
Baca halaman selanjutnya: gembar-gembor tol, tapi jalan rusak diabaikan