ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Jatah Beasiswa LPDP Luar Negeri Ndak Cukup atau Kamu yang Banyakan Gaya?

Bachtiar W. Mutaqin oleh Bachtiar W. Mutaqin
11 Maret 2021
0
A A
Jatah Beasiswa LPDP Ndak Cukup atau Kamu yang Banyakan Gaya?

Jatah Beasiswa LPDP Ndak Cukup atau Kamu yang Banyakan Gaya?

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Sebagai penerima beasiswa LPDP luar negeri, gemas rasanya saya tahu permintaan oknum awardee yang curhat duitnya kurang.

Malam itu seorang teman yang bekerja ngurusi dana abadi buat mbayarin sekolah putra putri terbaik bangsa Indonesia membagikan status melalui platform Whatsapp.

Jadi ada perwakilan penerima beasiswa LPDP luar negeri yang merasa bahwa biaya hidup yang diberikan oleh LPDP di negara tertentu –nama negaranya disensor oleh teman saya– perlu “penyesuaian untuk kebaikan bersama“.

Yaelah gayamu cah, tinggal bilang minta ditambahi wae kok ndadak mbulet kayak tahu, gitu batin saya.

Tanpa pikir panjang saya pun membalas status beliau, “Dari dulu kok masalahé gini terus,” plus emot ketawa. Lantas dibalas beberapa saat kemudian dengan kata, “Ho oh ki.“

FYI, saya juga dulu penerima beasiswa LPDP luar negeri, jadi lumayan tahu tentang permintaan-permintaan oknum awardee yang terkadang sungguh membagongkan sekali. Membuat saya ingin njempalik rasanya.

Saya masih ingat dulu pernah ada oknum yang mengusulkan jalur seleksi khusus bagi alumni beasiswa LPDP untuk mengisi pos-pos tertentu, misalnya dalam seleksi CPNS.

Alasannya, ada kemungkinan para alumni akan kesulitan untuk “berkontribusi“ dan jika negara tidak memiliki rencana strategis dan praktis terhadap penerima beasiswa LPDP, maka mereka akan berpotensi pulang sebagai masalah/gelombang pengangguran intelek. Bhaaa… Lah kok penak?

Terkait dengan biaya hidup tadi, saya jadi ingat permintaan template beberapa kenalan saat mereka tahu kalau saya sekolah di Prancis. “Bach, betul ya produk apel kroak alias Apple lebih murah di Prancis? Nitip dong satu kalau pas pulang?“

Lantas saya jawab, “Ya di sini memang semuanya lebih murah, dengan catatan, pendapatanmu sama dengan warga lokal Prancis.“

Lagian mahal atau murah kok cuma dipahami secara tekstual, lha yo ndak mashoook.

Sebagai gambaran, upah bersih minimum di Prancis pada tahun 2021 adalah 1.231 euro per bulan. Kalau dikonversi ke rupiah dengan kurs 17 ribu, maka upah minimum di Prancis sebulan setara dengan 3 gelas susu 11 kali UMR Kabupaten Sleman, alias senilai 20,9 juta.

Kalau cuma buat beli iPhone 12 Pro yang harga paling murahnya itu 1.159 euro atau 19,7 juta sih, gaji buruh Prancis satu bulan juga masih dapat uang kembalian. Sepele.

Nggak usah dibandingin sama UMR Sleman deh, terlalu njomplang. Dicoba pakai UMR DKI Jakarta yang notabene paling tinggi se-Indonesia, yaitu 4,4 juta, kita pun masih butuh nabung, seenggaknya 5 bulan, buat beli iPhone 12 Pro cash keras.

Itu pun dengan catatan 5 bulan harus nginep di kantor. Lha gajinya kan dah habis? Njuk gak bisa bayar kontrakan dan gak makan. Ngaaaaa.

Padahal kalau melihat jatah biaya hidup dari duit beasiswa LPDP luar negeri, di Prancis misalnya, itu sudah di atas upah minimum Prancis lho. Tahun 2019 tercatat 1.300 euro per bulan untuk satu gundul.

Kalau punya suami/istri dan 1 anak, masing-masing dapat tambahan 25 persen, jadi per bulan bisa dapat 1.950 euro. Masak sih segitu masih kurang? Mari kita kulik untuk perkiraan biaya hidup layak penerima beasiswa LPDP di luar negeri, dengan contoh kasus: mahasiswa berstatus single.

Murah atau mahal, sekali lagi, harus diletakkan dalam konteks ekonomi, dan tentu saja, tidak dapat berdiri sendiri.

Di Prancis, pengeluaran terbanyak adalah untuk sewa apartemen. Per bulan saya sekeluarga harus merogoh kocek 900 euro untuk tempat tinggal, sudah termasuk internet, air, gas, dan listrik.

Jika tinggal sendirian, sewa kamar apartemen per bulan berkisar 500 sampai 700 euro. Tempat tinggal memang mahal di Prancis, bahkan beberapa kolega saya pun masih memilih untuk sewa apartemen karena pengajuan kreditnya di bank untuk nyicil rumah 20 tahun tidak disetujui. Hiks.

Pengeluaran terbanyak kedua dan paling fleksibel untuk disiasati adalah yang terkait urusan perut alias makan.

Jika memasak sendiri, dengan 250 sampai 300 euro per bulan sebenarnya kalian sudah bisa makan enak dan bergizi plus bonus untuk 3-4 kali makan di restoran. Dan yang jelas ndak usah nyari makanan yang nggak ada ya.

Tempe penyet, cah kangkung, rujak mangga, dan es degan di Indonesia memang biasa aja. Tapi kalau di luar negeri ya udah jadi makanan mewah. Kraaaaaayyyy….

Langganan tiket transportasi kalau di Paris dan karesidenan sekitarnya cukup dengan 75 euro sepuasnya. Pulsa internet sebulan sekitar 25 euro. Kebutuhan lain macam sabun, sampo, pasta gigi, dan sejenisnya taruhlah 50 euro per bulan. Sampai sini kalau semua dijumlahkan totalnya ada 1.150 euro.

Masih ada sisa 150 euro bisa buat ditabung, belanja baju pas musim diskon, atau jalan-jalan keliling Eropa. Supaya lebih afdol kalau mau pasang bio “half time student, full time traveler“.

Masalah perabotan, kalian bisa beli barang bekas di situs daring, keliling kampung pas jadwal buang sampah trus ambil yang masih bagus, nunggu warisan dari kenalan, atau aktif di situs khusus barang-barang gratis supaya tidak semakin mencemari Bumi.

Tiap desa atau asosiasi di kampung juga biasanya punya semacam jadwal rutin thrift shop gitu. Lha gimana, mereka punya empat musim dan cenderung bosenan dengan tren baju tahun lalu je. Ya harus kita manfaatkan saja dong.

Sebagai penggemar buku, beberapa koleksi buku berbahasa Prancis saya juga hasil mungut di tempat sampah, beli bekas, atau dikasih sama orang.

Jadi buat oknum awardee beasiswa LPDP luar negeri yang masih suka ribut minta kenaikan jatah biaya hidup, saya sampai sekarang masih tetap berani mengatakan: jatah beasiswa LPDP kamu itu nggak cukup untuk mencukupi biaya hidup atau mencukupi gaya hidupmu?

Muhasabah diri Anda wahai oknum awardee! Evaluasi diri!

BACA JUGA Sudah Tajir Kok Cari Beasiswa Bidikmisi, Kemaruk Amat Kayak Fir’aun dan tulisan Bachtiar W. Mutaqin lainnya.

Terakhir diperbarui pada 11 Maret 2021 oleh

Tags: beasiswabeasiswa lpdpCpnsKuliah luar negeriluar negeriprancis
Iklan
Bachtiar W. Mutaqin

Bachtiar W. Mutaqin

Bapak-bapak yang jadi guru Geografi di Bulaksumur.

Artikel Terkait

Penyebab 1.976 CPNS Mengundurkan Diri setelah Lulus Seleksi MOJOK.CO
Esai

Menelisik Lebih Tuntas Alasan 1.967 CPNS Mengundurkan Diri: Antara Harapan, Realita, dan Pilihan Hidup

30 April 2025
CPNS 2024. MOJOK.CO
Aktual

Ratusan Calon Dosen CPNS 2024 Mundur Massal, Kerjanya Tak Sesuai Ekpektasi padahal Sudah Susah Payah Lulus Seleksi

17 April 2025
Nelangsa pegawai honorer Bekasi di tengah penundaan pengangkatan CPNS dan PPPK 2024 MOJOK.CO
Ragam

Hidup Sulit Para Honorer Menanti Kejelasan PPPK: Gaji Nunggak, Dirumahkan, Terpaksa Pinjol demi Bisa Makan

17 Maret 2025
Susahnya berdebat pada ibu yang minta anaknya ikut CPNS di Jakarta, karena ekspektasi PNS hidup sejahtera MOJOK.CO
Ragam

Sulitnya Menghadapi Ekspektasi Tinggi Ibu pada PNS, Paksa Anak Daftar CPNS meski Tahu Sistemnya Tak Beres

12 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kepala Suku Mojok divaksin

Ketika Saya Divaksin

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengobatan gratis di Candi Borobudur dalam perayaan waisak. MOJOK.CO

Cerita Jemu Memboyong Ibu Usia 102 Tahun untuk Dapat Layanan Pengobatan Gratis di Candi Borobudur

11 Mei 2025
Paus Leo XIV, Sarjana Matematika Memimpin Umat Katolik MOJOK.CO

Habemus Papam! Kisah Paus Leo XIV Sarjana Matematika yang Akan Memimpin Umat Katolik di Masa Kritis

9 Mei 2025
Bersyukur jadi lulusan SMK meski diremehkan karena lebih mudah cari kerja ketimbang sarjana MOJOK.CO

Lulusan SMK Diremehkan, Tapi Bersyukur Nasib Lebih Baik ketimbang Sarjana yang Banggakan Gelar tapi Nganggur

14 Mei 2025
Calon Orang Sukses Jogja Sekolahya di Sekolah Favorit MOJOK.CO

Calon Orang Sukses di Jogja Biasanya Pernah Belajar di Sekolah Favorit

10 Mei 2025
Senyum Lebar Petani Kopi Gunung Puntang dan Kaghomasa Bajawa di World of Coffee MOJOK.Co

Senyum Lebar Petani Kopi Gunung Puntang dan Kaghomasa Bajawa di World of Coffee 2025

15 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.