Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Rasanya Jadi Perempuan yang Nggak Bisa Naik Motor

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
21 Februari 2019
A A
Nggak-bisa-naik-motor
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setengah dari penduduk Indonesia bisa naik motor, sisanya, yang nggak bisa naik motor adalah kakek-nenek, bayi, balita, dan saya.

Menurut data dari BPS, tercatat ada 113,030,793 motor di Indonesia. Itu data per 2017, kalau dihitung sampai tahun ini, dengan menggunakan rata-rata pertambahan 8 juta motor per tahun, artinya ada 120 juta motor di Indonesia. Itu berarti setengah penduduk Indonesia punya motor. Dan karena punya motor, sudah pasti bisa naik motor. Sisa setengahnya yang nggak bisa paling ya kakek-nenek, bayi, balita, dan saya…

Iya… Saya nggak bisa naik motor.

Iya… Saya tahu anak SD jaman sekarang sudah jago naik motor. *nangis di pojokan*

Karena saya adalah golongan yang nggak bisa naik motor, pertama-tama saya harus mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang sudah menciptakan teknologi. Juga tidak lupa memanjatkan puji dan syukur kepada Nadiem Makarim karena sudah menciptakan gojek yang bikin saya bisa mobile ke mana-mana meskipun saya nggak punya pacar yang bisa antar-jemput.

Sebenarnya, nggak bisa naik motor bukan suatu hal yang malu-maluin banget kayak jadi mafia bola atau  koruptor uang negara. Tapi, gara-gara ini, saya jadi agak sungkan kalau mau mendaku sebagai seorang feminist karena hidup saya belum mandiri dan harus bergantung sama laki-laki he he he.

Apakah saya malu karena kalah sama anak SD yang sudah pada jago naik motor?

Malu sih nggak, cuman ya saya heran aja sama anak-anak SD yang sudah pada jago naik motor itu. Ibuk-bapaknya kok ngebiarin anaknya belajar naik motor padahal masih di bawah umur, ya?

Mon maap nih Bu, Pak, itu anak sampeyan bukan kucing yang nyawanya 9, lho. Kalau *amit-amit* kecelakaan dan kenapa-kenapa gimana? Kok bisa-bisanya dibiarin berkeliaran motor-motoran hadehh.

Oh iya, alasan saya nggak bisa naik motor bukan karena nggak mampu beli motor lho ya. Gini-gini juga saya cukup kaya untuk sekadar (((kredit))) motor. Tapi entah kenapa saya selalu merasa nderegdeg setiap kali mau belajar naik motor.

Setelah saya (((renungkan))) dalam-dalam, ternyata ada sembilan alasan yang membuat saya nggak kepengin-pengin amat bisa naik motor.

Pertama, motor itu berat. Beda sama sepeda yang kalo oleng dikit bisa ditahan pakai kaki. Saya nggak yakin badan saya yang imut kayak semut ini bisa menahan beratnya beban hidup motor kalau tiba-tiba oleng.

Kedua, jalan raya itu seram, Bruh. Banyak orang yang menjalankan kendaraannya secara brutal. Ada yang suka ngebut, ada yang suka nyalip, dan ada yang suka sein kanan belok kiri. Belum lagi kalo di jalan, orang-orang itu nggak sabaran. Dikit-dikit klakson, dikit-dikit sayang sebagai manusia yang dikagetin aja nangisan, saya nggak yakin kuat mental menghadapi kerasnya jalanan.

Ketiga, saya nggak bisa baca rambu lalu lintas. Saya nggak pernah ngerti rambu penunjuk jalan di jalan raja. Saya ingat ada rambu yang menunjukan panah yang arahnya ke atas, saya mikir keras, itu nyuruh jalan ke langit apa gimana hadehh.

Iklan

Keempat, saya buta arah dan nggak bisa baca peta jadinya sering nyasar-nyasar. Iya ada google maps iya, tapi kan tetep aja bingung kalo mapsnya udah nyuruh belok padahal nggak ada belokan. Gimana hayo??

Kelima, saya takut nggak bisa ngisi bensin. Yhaaa ini mungkin terdengar konyol. Tapi pernah nggak sih kalian merhatiin kalo ngisi bensin itu awkward banget?

Kita harus dorong motor yang berat, buka tangki, lalu ada jeda beberapa detik yang membuat kita bingung mau ngapain sambil nunggu tangkinya penuh. Mau ngajak ngobrol petugas SPBU tapi kok takut nyaman, eh. Dan terakhir, kebingungan ketika harus nyimpen kembalian dan nutup tangki bensin dulu tapi udah disuruh langsung dorong motornya karena udah dilihatin banyak pengendara motor lain yang antri di belakang kita. Sebagai introvert sejati, ngebayanginnya aja bikin saya gerogi hiii.

Keenam, saya orangnya pelupa. Saya takut nggak bisa menemukan saya parkir motor saya di mana… Selain pelupa, saya juga nggak enakan, akhirnya saya nggak berani nanya ke bapak parkir karena takut ngerepotin. Mau nggak mau saya ngebayangin kalau saya ngeliatin motor di parkiran satu-satu sampai ketemu motor saya yang mana. Hadehh, tuh kan malah jadi kayak mau maling motor orang.

Ketujuh, saya orangnya ngantukan jadinya takut pas lagi naik motor eh saya ngantuk, kan bahaya.

Kedelapan, menimbang kekonyolan tujuh alasan sebelumnya, saya nggak yakin kalau bakal lulus tes untuk dapet SIM wqwqwq.

Dan kesembilan (sebenernya ini harusnya ditempatkan sebagai nomor satu sih) saya takut kena kecelakaan lalu lintas.

Sembilan alasan yang membahayakan diri saya (dan orang lain) ini yang membuat saya mantap untuk tidak mencoba belajar naik motor.

Yha sebenarnya sih kalau lihat Sembilan alasan tadi, saya seharusnya bikin kesimpulan yang lebih bijaksana—bukan dengan menghindari naik motor—tapi dengan tetap belajar naik motor tapi dengan cara yang baik, benar, dan bertanggung jawab. Tapi saya terlalu malas untuk itu.

Lagian juga lebih enak dibonceng!1!

Lebih aman, nggak akan nyasar, dan nggak harus ngafalin jalan kalau kemana-mana. Apalagiiii kalo dibonceng sama Masnya~ Bisa modus deket-deketin kepala dengan dalih suara masnya nggak kedengeran. Atau sengaja jeduk-jedukin helm biar… Biar apa ya? Biar nggak ngantuk kalau di jalan! Hahaha.

Ya emang sih kalau nggak bisa naik motor, mobilitas jadi terhambat dan jadi mager kemana-mana kalau kejauhan—yang kadang bikin kepikiran untuk belajar motor. Kayaknya enak gitu bisa kemana-mana sendirian dan nggak sedih ketika di-PHP orang kalo diajak jalan tapi dianya kelupaan (maafin curhat). Dan yang paling penting bisa ngerasa aman tanpa khawatir takut diculik Bapak Gojek ketika lewat jalan antah berantah yang nggak pernah kita lewatin sebelumnya.

Tapi ya perasaan aman itu fana ketika keingetan lagi Sembilan alasan sebelumnya hahaha. Emang paling bener sih nggak usah kemana-mana, tidur di kost aja enaaaaa~

Untuk sobat nggak bisa naik motor naik motor club yang merasakan hal yang sama, mari sama-sama berdoa agar kita bisa kaya sehingga nggak masalah kemana-mana harus mengandalkan Bapak Gojek. Kalau perlu, berdoa supaya jadi orang yang sangat kaya yang bisa beli Tesla! Naik Tesla kan enak, dia bisa mengendarai dirinya sendiri!

Terakhir diperbarui pada 22 Februari 2019 oleh

Tags: motornggak bisa naik motorperempuan naik motor
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

knalpot.MOJOK.CO
Ragam

Mendengar Alasan Anak Muda Memakai Knalpot Brong yang Kerap Dimaki Bukan Dipuji

30 Januari 2025
honda ADV 160 150 yamaha nmax yamaha aerox motor matik MOJOK.CO
Transportasi

3 Alasan Orang Beli Honda ADV 160 Meski Harganya Mahal

24 Juni 2024
Laki-laki Surabaya 26 tahun Tak Bisa Naik Motor MOJOK.CO
Ragam

26 Tahun Tak Bisa Naik Motor, Awalnya Tolak Belajar tapi Akhirnya Sadar Harus Bisa karena Malu Pacaran Jalan Kaki dan Takut Tak Bisa Boncengin Istri

22 Mei 2024
Kenangan Pahit Bersama Jupiter MX Komeng, Ditolak Sebelum Menembak MOJOK.CO
Ragam

Kenangan Pahit Bersama Jupiter MX Komeng, Ditolak Sebelum Menembak  

17 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.