Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Malam Jumat

Misteri Pondokan Keluarga Pengabdi Kuntilanak

Redaksi oleh Redaksi
3 Januari 2019
0
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

­­MOJOK.CO – Aku membuka mataku, dan di situlah dia: sosok lain yang diperingatkan si anak ketiga tempo hari—kuntilanak.

Dua atau tiga tahun yang lalu, aku masih bekerja sebagai peneliti yang bekerja dalam tim. Tugas kami berkeliling Indonesia, tergantung situs sejarah mana yang akan kami lengkapi datanya. Hingga suatu hari, aku dan teman-teman mendapatkan kesempatan untuk datang ke Bojonegoro dan bertugas mengunjungi Khayangan Api.

Rombongan kami berjumlah 5 orang, semuanya laki-laki. Di Bojonegoro, kami tinggal menumpang sebuah keluarga yang rumahnya tergolong besar—malah memang besar sekali, hampir seperti istana. Pondokan yang merupakan rumah keluarga ini ditempati 5 orang lain: pemilik rumah, Pak Broto, istrinya, serta tiga orang anaknya yang perempuan semua.

Sejak hari itu, kami tinggal bersepuluh dalam rumah.

Di hari pertama, Pak Broto berpesan, “Nak, jangan lupa pintu dapur yang menuju ke kebun itu ditutup, ya, kalau sudah malam. Tolong ya, Nak, jangan lupa.” Aku mengiyakan permintaannya, walaupun dalam hati aku bergumam bahwa tentu saja kami akan menutup pintunya tiap malam (kamar kami memang tepat di sebelah dapur). Itu memang harus dilakukan, bukan? Kenapa Pak Broto tampak sangat memohon?

Sehari, dua hari berlalu. Tidak ada yang aneh kecuali bulu kudukku yang merinding. Aku tidak pernah membuka mata batin, tapi sejak masuk ke Bojonegoro, aku sering kali melihat bayangan-bayangan aneh yang tak pernah aku pahami.

Sampai suatu hari, terjadilah: ada seseorang di sudut ruang televisi depan kamar kami. Eh, atau aku harus bilang: bukan orang. Sosoknya anak-anak, seorang laki-laki.

Entah bagaimana caranya, aku mendengar sosok ini. Dia berkisah soal dirinya. Katanya, ia anak ketiga dari Pak Broto yang sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Sejak hari itu, komunikasi kami cukup intens—tentu saja aku sedikit ketakutan mendengarnya, tapi juga exciting karena ini pengalaman pertamaku.

Sosok laki-laki ini bercerita pula padaku bahwa ia harus meninggal demi kesejahteraan keluarganya. Aku tidak begitu mengerti apa maksudnya, tapi aku dengarkan saja. Ia bilang juga padaku, selain dirinya, ada sosok lain di rumah ini: kuntilanak.

“Tapi tolong jangan kasih tahu orang-orang bahwa dia-lah sebenarnya sosok yang jahat,” pesannya padaku.

Dengan kisah yang kudengar langsung dari narasumber terpercaya, aku tak tahan berbagi dengan teman-teman. Tiap kali berkomunikasi dengan anak ketiga, aku menyambungkannya ke teman-temanku, meminta mereka untuk tidak sembarangan bersikap karena kami diawasi olehnya.

Tapi tentu saja, aku tidak menyebut soal sosok lain yang disebut-sebut si anak ketiga. Aku hanya berkata, “Ada yang lain juga di sini, tapi aku nggak bisa cerita.” Agak bangga juga aku melihat decak kagum teman-temanku karena aku bisa berkomunikasi dengan dia yang tak terlihat.

Suatu malam, aku tertidur cepat selagi teman-temanku mengobrol di depan televisi. Mendadak, sekitar jam dua pagi, aku merasa badanku tertindih. Pengap.

Aku membuka mataku, dan di situlah dia: sosok lain yang diperingatkan si anak ketiga tempo hari—kuntilanak.

Matanya merah, sementara rambut hitamnya panjang. Wajahnya tepat di hadapanku—aku tak bisa lagi mengisahkan bagaimana rupanya karena itu begitu mengerikan padaku. Wajah kami yang berhadapan cukup membuatku takut dan ingin berteriak. Sayangnya, tidak bisa—lidahku kelu dan badanku kaku.

Pelan-pelan, aku merasakannya: sosok ini juga mencoba berkomunikasi padaku.

“Jangan,” katanya padaku, “cerita-cerita lebih banyak pada orang lain kalau kau tahu sesuatu.”

Lalu dia pergi—atau melayang. Keluar kamar, aku langsung bangkit mengikutinya. Sosok kuntilanak ini pergi melewati area televisi (teman-temanku tidur dengan pulas di sana), melewati dapur, hingga keluar ke area kebun. Kulihat jelas, pintu keluar dari dapur ke kebun masih terbuka lebar. Jelas sudah teman-temanku tadi lupa menutup pintu. Dalam hati, aku akhirnya mengerti mengapa Pak Broto meminta kami untuk tak lupa menutup pintu.

Selepas kejadian tadi, aku tak lagi bercerita pada teman-temanku setiap kali aku mendapat informasi soal penunggu rumah Pak Broto. Namun, rasa penasaranku kembali terusik setiap kali sosok si anak ketiga muncul di hadapanku. Terakhir dia berkata padaku bahwa alasan dia bertahan di rumah itu—meski dalam wujud makhluk halus—adalah untuk melindungi adik bungsunya dari sosok kuntilanak tadi.

Hingga pada akhirnya, pelan-pelan, aku bisa menyusun kisahnya di kepalaku. Ditambah lagi, aku mendengar juga desas-desus yang beredar di perkampungan kami.

Kuntilanak itu—sosok yang menhantuiku malam hari—adalah kepada siapa mereka mengabdi selama bertahun-tahun. Aku tidak tahu alasannya, tapi sepertinya ada hubungannya dengan aji-aji untuk kekayaan. Pak Broto bukang pengusaha besar, pegawai BUMN, atau PNS. Dagangan kausnya kadang sepi dan menumpuk di gudang, tapi rumahnya besar sekali.

Aku teringat pula kisah si anak ketiga. Katanya, ia terpaksa pergi demi kesejahteraan keluarga. Kali ini aku mengerti maksudnya: ia meninggalkan dunia sebagai tumbal!

Dan mengerti pulalah aku soal alasannya bertahan di sini: untuk melindungi adik bungsunya.

Pantas saja Pak Broto mengingatkan kami untuk mengunci pintu hampir setiap malam, sementara aku melihat beliau tak pernah sekalipun pergi tanpa menggandeng lengan anak bungsunya. (A/K)

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: aji-ajikomunikasi dengan makhluk haluskuntilanakmata batinpesugihanpondokanrumah horor
Iklan
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja MOJOK.CO
Malam Jumat

Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja: Tentang Sosok Hantu Perempuan yang Muncul dari Tempat yang Tidak Terduga

22 Mei 2025
Film Qodrat 2: Ketika Perempuan Buruh Pabrik Dieksploitasi Kapital sekaligus Jadi Tumbal.MOJOK.CO
Seni

Film Qodrat 2: Ketika Perempuan Buruh Pabrik Dieksploitasi Kapital sekaligus Jadi Tumbal

23 Maret 2025
Nasib Orang Wedi Kerja di Luar Negeri: Orang Tua di Klaten Malah Dianggap Punya Tuyul MOJOK.CO
Ragam

Nasib Orang Wedi Kerja di Luar Negeri: Orang Tua di Klaten Malah Dianggap Punya Tuyul

16 Februari 2024
Cerita Saksi Hidup tentang Kematian Misterius Satu Keluarga di Rembang MOJOK.CO
Liputan

Cerita Saksi Hidup tentang Kematian Misterius Satu Keluarga di Rembang

28 September 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Vega R 2007 tak cocok untuk pergi dari Surabaya ke Mojokerto. MOJOK.CO

Nekat Motoran dari Surabaya ke Mojokerto dengan Vega R 2007 Milik Ayah, Nyaris Terjebak di Area Hutan karena Awam Berkendara

7 Juli 2025
jurusan pariwisata. mojok.co

Kuliah di Jurusan Pariwisata Tak Semenyenangkan Kelihatannya, Niat Santai Malah Terbantai

3 Juli 2025
Smartfren luncurkan Sarah, yakni AI untuk layani pelanggan 24 jam setiap hari MOJOK.CO

Smartfren Luncurkan “Sarah”: Asisten Virtual AI yang Siap Layani Pelanggan 24 Jam Setiap Hari, Bukan Sekadar Chatbot

9 Juli 2025
Pakuwon Mall Surabaya tarif parkir mahal bagi orang Jakarta. MOJOK.CO

Syok Saat Pertama Kali ke Pakuwon Mall Surabaya, Tarif Parkirnya Lebih Mahal daripada di Jakarta padahal Cuman Ingin Nongki

3 Juli 2025
12 Tahun Menyeduh Rasa di Klink Kopi, Menjadi Usaha Kecil yang Diam-diam Mengubah Hidup

Klink Kopi: 12 Tahun Usaha Kecil yang Diam-diam Mengubah Hidup

5 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.