Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
15 November 2025
A A
Pameran buku anak termasuk komik. MOJOK.CO

Suasana Pameran Arsip dan Ilustrasi “Petak Umpet Sastra Anak”. (Humas Penerbit KPG)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebagai komikus asal Indonesia, Toni Masdiono menyadari bahwa perkembangan sastra anak karya penulis Indonesia masih tertinggal, bahkan sempat mandek selama hampir dua dekade pada tahun 80-an. Apalagi di masa itu, buku anak terjemahan seperti komik Jepang maupun Eropa membanjiri pasar Indonesia, hingga menyaingi karya populer seperti “Gundala Putra Petir” dari Harya Suraminata (Hasmi). 

Terlebih, kata Toni, akses untuk membeli komik masih sulit baik dari segi jarak maupun biaya. Pemuda asal Malang itu bahkan harus pergi ke Surabaya untuk berburu komik.

“Setelah 1980 (buku anak karya penulis Indonesia) nggak ada yang benar-benar jelas karena sisa-sisa semua. Bahkan, saat saya masih kuliah pembahasan soal ini masih dianggap sepele,” kata Toni saat menjadi pembicara dalam Pameran Arsip dan Ilustrasi Putek Umpet Sastra Anak, Jogja, Minggu (9/11/2025).

Sampai kemudian pertanyaan tentang buku anak terus berkembang, salah satunya “apa yang membedakan buku anak Indonesia dengan buku anak karya luar negeri?” 

Buku anak Indonesia vs karya dari luar negeri

Toni berujar justru yang menjadi pembeda utama buku anak Indonesia dengan karya luar negeri, khususnya komik bukanlah dari sisi gambar, melainkan dari alur cerita yang dibangun.

Anak-anak ikut pameran sastra anak tahun 70an di Jogja. MOJOK.CO
Tersedia permainan anak dan seni pertunjukan anak. (Humas Penerbit KPG)

“Sebetulnya yang membedakan semua itu adalah mindset, yakni cara berpikir dan tindak tanduk. Kalau di Jawa ada unggah-ungguh. Artinya, cerita bisa dibangun lewat bagaimana keseharian hidup orang Indonesia dalam berperilaku dan berpikir,” ucap Toni.

Toni menjelaskan, baik seorang kreator, komikus, maupun penulis buku anak tentu memiliki sesuatu yang unik–hanya ada dalam dirinya. Misalnya, gestur tubuh yang berbeda dengan orang selainnya. Sementara itu, mindset berbicara soal cara orang Indonesia dalam menyelesaikan masalah. 

“Beberapa cerita anak di Hongkong misalnya, menunjukkan bahwa penyelesaian masalah harus dengan bertengkar, sedangkan di Indonesia lebih banyak dialog. Beda lagi dengan komik Eropa yang selalu menggambarkan petualangan tokoh keliling dunia,” ucap Toni. 

Meski begitu, kata Toni, ide cerita untuk membuat sebuah buku anak maupun komik bisa diambil dari mana saja. Sebab, kata dia, cerita di sekitar masyarakat sebetulnya tak banyak berubah. Misalnya, soal bullying, diskriminasi, dan sebagainya.

Cerita anak harus mengakar dengan bumi Indonesia

Selain Toni, Djokoleono selaku sastrawan sekaligus penulis buku anak asal Indonesia juga turut membagikan tipsnya dalam diskusi. Ia berujar bahwa buku anak Indonesia harus berpijak pada cerita yang mengakar dengan bumi Indonesia.

Toni Masdiono (ujung kiri memakai topi). MOJOK.CO
Toni Masdiono (ujung kiri memakai topi) dalam Pameran Arsip dan Ilustrasi “Putek Umpet Sastra Anak”. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

“Bukan hanya situasi atau lingkungannya, tapi orang-orangnya. Jadi kalau kita mau cerita soal kehidupan orang desa misalnya, sampaikan kalau ada ayam berkokok dan suara beduk subuh,” ucapnya.

Joko menjelaskan penulis juga bisa memberikan sentuhan-sentuhan kejadian yang hanya ada di Indonesia. Misalnya, seorang ibu yang mengendarai sepeda motor, lalu memberi tanda lampu sein kanan padahal belok kiri. Atau fenomena “bus telolet” yang hanya terjadi di Indonesia.

Kedua, penulis harus bisa menunjukkan karaker orang Indonesia dalam penokohan. Misalnya, sifat gotong royong, saling peduli, atau korupsi. Ketiga, menyajikan kearifan lokal dalam cerita. 

“Kalau di Jawa, budayanya kental dengan ‘unggah-ungguh’. Ada juga istilahnya ‘tepo seliro’, ‘nguwongke uwong’, ‘gugon tuhon’, atau kalau lagi hujan ada nasihan untuk meletakkan celana dalam di luar agar hujannya berhenti,” kata Djoko.

Iklan

Keempat, menunjukkan keberagaman suku yang tidak perlu didramatisir, sehingga terjadi secara alamiah. Kelima, menggunakan bahasa yang tidak terlalu baku tapi bisa menghidupkan cerita.

Tantangan kreator dalam membuat karya di zaman sekarang

Pengunjung melihat pameran. MOJOK.CO
Pengunjung melihat sejarah perjalanan DS Group melawan banjir buku anak terjemahan. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Joko pun tak menampik jika tantangan mengembangkan buku anak Indonesia semakin kompleks, terutama di era Gen Z. Sebab, kata Joko, Gen Z saat ini jauh lebih mandiri dan pintar dalam memperoleh informasi. 

“Kalau ngomong soal Gen Z itu benar-benar di luar pikiran saya juga, karena mereka sudah terpapar dengan kemajuan teknologi yang makin pesat, sehingga hampir segala macamnya mereka tahu,” ucapnya.

“Karena itu, sejujurnya pertanyaan ini mengerikan bagi pengarang-pengarang besar.” Lanjutnya.

Sementara itu, sebagai orang yang lahir di tahun 1961, Toni pun masih harus mengikuti perkembangan zaman jika ingin membuat suatu karya. Salah satunya dengan menonton drama korea (drakor). Baru-baru ini, lulusan seni grafis Institut Teknologi Bandung (ITB) itu tertarik dengan drakor berjudul “Bon Appetit, Your Majesty”.

Drakor itu bercerita soal tokoh perempuan yang berperan sebagai chef Prancis. Ia tidak sengaja melakukan perjalanan waktu ke masa lalu dan harus memasak untuk raja yang kejam di era Joseon. 

“Jadi dari cerita itu, meskipun terasa dicampur-campur semuanya, tapi ternyata ceritanya tetap menarik,” ucap Toni.

Toni pun pernah diminta membuat suatu proyek yang mengadopsi cerita anak dari cerita-cerita lawas. Namun, kebanyakan cerita itu sudah tidak relevan dengan anak-anak zaman sekarang. Oleh karena itu, ia menegaskan agar penulis buku anak harus tegas dalam menentukan sasaran pembaca.

“Jadi memang, membuat sesuatu yang relevan itu adalah jawaban yang paling pas. Kalau kita buat ke anak-anak sekarang, ya kita mesti berbicara dengan anak-anak sekarang.” Ujar Toni.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Mentor Animasi Hizaro, Pemuda Sederhana dari Jogja yang Merawat Industri Animasi di Indonesia seperti “Anak Sendiri” atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 15 November 2025 oleh

Tags: buku anakGen Zkomikkomik indonesiakomik jepangkomikussastra anak
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
anak muda.MOJOK.CO
Mendalam

Anak Muda Tidak Lemah, Masa Depan yang Tak Terlalu Ramah

20 November 2025
Anak-anak ikut pameran sastra anak tahun 70an di Jogja. MOJOK.CO
Kilas

Pameran “Petak Umpet Sastra Anak” Mengumpulkan Orang Dewasa yang Rindu dengan Novel Anak Karya Penulis Indonesia

9 November 2025
Lulus SMA dirundung karena jualan toge di pasar tradisional Tuban. Dianggap kurang usaha padahal masih muda alias gen Z. MOJOK.CO
Ragam

Lulusan SMA Dihina: Masih Muda tapi Cuman Jadi Pedagang Pasar. Tak Peduli yang Penting Bukan Beban Keluarga

6 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.