Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Gen Z Nggak Akan Relate Sama Seramnya ‘Dunia Lain’, Malah Kini Cuma Jadi Olok-Olok karena Cringe

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
10 Januari 2025
A A
Acara TV Dunia Lain.MOJOK.CO

Ilustrasi - Gen Z Nggak Akan Relate Sama Seramnya ‘Dunia Lain’, Malah Kini Cuma Jadi Olok-Olok karena Cringe (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

“Apa itu ‘Dunia Lain’?,” tanya Fani (19) kepada saya, ketika kami tengah membahas acara TV populer yang kini sudah tidak tayang. Dia merupakan seorang Gen Z yang kini sedang menimba ilmu di salah satu PTS Jogja.

Sebagai seorang Gen Z, Fani kurang relate dengan acara-acara TV yang tayang pada medio 2015-an. Sebab, mereka hidup di zaman “Youtube lebih dari TV” dan medsos adalah “eksistensi”. 

Sehingga, cuma dua kanal itulah sumber hiburan dan informasi mereka.

“Oh, kalau acara uji nyali tahu. Tapi nggak tahu kalau nama acaranya itu ‘Dunia Lain’,” sambungnya, angguk-angguk.

‘Dunia Lain’ dan tayangan uka-uka kesenangan milenial

Orang seperti Fani tidak tunggal. Gen Z lain, yang saya diperkirakan kini berusia 14-26 tahun, banyak yang tidak tahu nama acara Dunia Lain. Memang, tak sedikit dari mereka yang tahu acara uji nyali.

Namun, tidak banyak yang ngeh kalau nama tayangannya Dunia Lain.

“Aku tahu ada uji nyali karena masih sering muncul di FYP TikTok. Di tempat-tempat seram begitu, kan,” jelas Fani.

Dunia Lain sendiri merupakan reality show yang pertama kali mengudara di Trans TV pada 2002. Ketika pertama kali tayang, ia langsung menyita atensi. Format acara uji nyali berhadiah di tempat-tempat angker, adalah hal baru di pertelevisian Indonesia kala itu.

dunia lain, acara tv.MOJOK.CO
Potongan cuplikan peserta uji nyali Dunia Lain (tangkapan layar Youtube (Masih) Dunia Lain)

Apalagi, host-nya sangat ikonik: Harry Pantja. Rambut botaknya, jubah hitamnya, dan cara bicaranya yang dramatis menambah nuansa seram.

Heri (35), milenial beranak satu yang kini tinggal di Jogja, adalah penikmat setia Dunia Lain. Bahkan, saat itu, di kalangan kawan-kawan SMP-nya, sampai ada desas-desus kalau Harry Pantja adalah “raja iblis”.

“Saking seramnya dia, sampai ada anggapan kalau setan-setan di ‘Dunia Lain’ itu peliharaannya. Haha,” ungkap Heri kepada Mojok, Jumat (10/1/2025).

Saking besarnya animo penonton, rating acara ini selalu tinggi. Terbukti dengan penambahan jam tayang, dari yang semula sekali seminggu menjadi dua kali.

Acara TV uka-uka lain pun mulai bermunculan. Misalnya, Ekspedisi Alam Gaib (TV7; sekarang Trans 7), Pemburu Hantu (Lativi; sekarang tvOne), Gentayangan (TPI; sekarang MNCTV), dan Percaya Ga Percaya (ANTV).

Dunia Lain sendiri sempat vakum pada 2004. Namun, pada 2010 mereka kembali tayang di Trans 7 dengan rebranding (Masih) Dunia Lain. Format sama, cuma host yang ganti. Dari Harry Pantja menjadi Rudi Kawilarang.

Iklan

 

View this post on Instagram

 

A post shared by TRANS7 (@officialtrans7)


“Bagi generasi kita-kita, seramnya masih sama. Mau yang ‘Dunia Lain’ atau yang ‘(Masih) Dunia Lain’,” jelas Heri.

‘Dokter kesurupan di Laut Selatan’ sampai isu peserta uji nyali meninggal

Saya bertanya kepada Heri, episode Dunia Lain mana yang paling berkesan. Entah itu yang paling seram maupun yang memorable–susah buat dilupakan. Dia menyebut ada dua: episode dokter kesurupan di Laut Selatan dan pemandian angker di Bali.

Pertama, bagi Heri itu menarik karena peserta uji nyali adalah dokter yang tak percaya hantu. Pada sesi perkenalan, dokter itu dengan angkuhnya menantang eksistensi demit yang tak dia percayai. 

Acara Dunia Lain pun, bagi sang dokter, pada akhirnya jadi ajang pembuktian: apakah demit itu ada atau memang cuma bohongan.

“Nah, ngerinya waktu uji nyali di sebuah goa Laut Selatan, ada banyak gangguan tuh. Suara aneh, selendang gerak, saya yang nonton aja ngeri sendiri,” ujar Heri, mengingat episode itu.

“Tapi si dokter denial terus, menganggap itu tipuan. Sampai akhirnya dia kesurupan dan menyerah,” sambungnya.

Sementara kedua, episode pemandian di Bali amat memorable bukan karena penampakannya, tapi kisah belakang layarnya. Heri berkisah, di malam pertama peserta uji nyali Dunia Lain memang mendapat gangguan, tapi masih bertahan.

Tiba-tiba pada uji nyali hari kedua, peserta tidak datang. Kala itu host Harry Pantja bilang kalau sang peserta menyerah. Namun, ada konspirasi yang dia ingat di kalangan kawan-kawannya: peserta meninggal dunia.

“Benar apa enggak ceritanya, tapi di saat itu, kami-kami yang dengar rasanya traumatis banget.”

Acara TV yang dulu seram, sekarang cringe

2016 adalah tahun terakhir (Masih) Dunia Lain tayang. Itu sekaligus mengakhiri eksistensi tayangan uka-uka tersebut.

Jujur, ketika hari ini menonton ulang, bukan kesan seram yang saya dapat, tapi malah cringe. Gestur para peserta, kelihatan dibuat-dibuat, sangat tidak natural. Maka tak heran kalau ada tuduhan acara ini sebenarnya tipu-tipu.

Fani, yang saya minta untuk menyaksikan satu episode Dunia Lain berjudul “Lawang Sewu Misteri Gedung Seribu Pintu Semarang” juga mengaku tak ada seram-seramnya. Padahal, ini menjadi salah satu episode paling seram di acara tersebut.

“Mungkin karena nggak relate dan udah beda zaman aja ya, makanya kurang bisa menikmati. Ya, kalau dalam bahasa Gen Z, sih, kami lebih takut di-ghosting daripada ketemu ghost. Hahaha,” guraunya.

Sementara Heri juga menangkap ada kesan berbeda hari ini tentang acara Dunia Lain. Dia mengaku beberapa kali mencoba bernostalgia dengan menonton ulang beberapa episode. Hasilnya, nggak ada seram-seramnya.

“Zaman berubah kali, ya. Dulu itu seram banget karena pertama, kita nontonnya malam-malam, sendiri pula. Masyarakat juga lagi gandrung banget sama yang horor-hororan,” ujar Heri, menduga.

“Sekarang banyak orang skeptis. Bahasanya udah open minded. Mau seseram apapun, jatuhnya cringe, sih.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Misteri Suara Drum Band di Jogja, Ulah Manusia atau Lain Dunia? atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 10 Januari 2025 oleh

Tags: acara TVdunia lainGen Zmasih dunia lainmilenialTrans 7trans tv
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
anak muda.MOJOK.CO
Mendalam

Anak Muda Tidak Lemah, Masa Depan yang Tak Terlalu Ramah

20 November 2025
Pameran buku anak termasuk komik. MOJOK.CO
Ragam

Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak

15 November 2025
Lulus SMA dirundung karena jualan toge di pasar tradisional Tuban. Dianggap kurang usaha padahal masih muda alias gen Z. MOJOK.CO
Ragam

Lulusan SMA Dihina: Masih Muda tapi Cuman Jadi Pedagang Pasar. Tak Peduli yang Penting Bukan Beban Keluarga

6 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.