Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Apresiasi untuk Ayah yang Antar Anak ke Sekolah Hanyalah Perayaan Simbolis, Pemerintah Belum Selesaikan Masalah Utama

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
15 Juli 2025
A A
Indonesia krisis fatherless. MOJOK.CO

ilustrasi - Indonesia krisis fatherless, pemerintah malah becanda. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Fatherless ada karena struktur kerja yang maskulin

Alih-alih disambut baik, kebijakan ini justru menuai kritik. Beragam komentar muncul karena adanya gerakan mengantar anak di hari pertama sekolah. Beberapa dari mereka tak sepakat karena tak semua ayah bisa bekerja dan tinggal serumah dengan anak mereka.

Prayogi salah satunya. Ia berujar kewajiban mengantar anak ke sekolah menyusahkan karena ia harus bekerja di luar kota. Namun, untuk mendekatkan diri secara emosional, Prayogi mengaku tak pernah berhenti video call bersama keluarganya.

“Ayah-ayah macam kami ini yang long distance mariage, cuman bisa menghela napas. Ya sudahlah, jadinya kita maksimalkan di hari libur,” ujar Prayogi saat dikonfirmasi Mojok, Selasa (15/7/2025).

Tak hanya Prayogi, sejumlah komentar juga menyatakan bahwa gerakan itu seharusnya tidak jadi gerakan simbolis semata. Sebab, nyatanya ada masalah mendasar yang seharusnya lebih diperhatikan oleh pemerintah.

“Sadar nggak sih, yang bikin fatherless adalah kebutuhan hidup meninggi yang tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai. Ditambah dengan pajak berlapis yang membebani,” tulis akun Instagram @drr***.

“Padahal masalah fatherless itu rumit. Nggak bisa pakai solusi simbolis atau seremonial saja. Kalau mau anak-anak nggak fatherless atau motherless, kasih atmosphere dunia kerja yang work life balance. Pastikan UMR/UMK besarannya merata dan sesuai dengan kebutuhan utama wilayahnya, tertibkan instansi yang ngasih gaji di bawah UMR…,” tulis akun Instagram @alt***.

Tugas seorang ayah

Senada dengan komentar-komentar di atas, dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Surabaya, Holy Ichda Wahyuni mengimbau perlu adanya upaya bersama dalam membangun kesadaran fatherless ini. Baik di ranah keluarga, institusi kerja, dan kebijakan publik. Dengan begitu, keterlibatan ayah tidak berhenti pada simbol seremonial. 

“Penghargaan memang penting, tetapi normalisasi peran ayah pengasuh jauh lebih mendasar,” ucapnya.

Ia berharap fenomena ini tidak membuat kita sekadar menguliti peran ayah semata. Atau sekadar membahas kesetaraan gender soal pembagian kerja antara suami dan istri. Lebih dari itu, ada struktur sosial yang “terpaksa” menuntut mereka hingga memunculkan fenomena fatherless tadi.

“Struktur kerja yang maskulin, budaya jam kerja panjang, hingga stereotip sosial yang mengecilkan figur ayah pengasuh, semuanya turut andil membatasi peran ayah,” kata Holy melalui keterangan tertulis yang diterima Mojok, Selasa (15/7/2025).

Menurut dia, menjadi ayah bukan hanya hadir di pagi hari untuk mengantar anak, tapi juga hadir dalam dialog batin anak, kelekatan emosi, dan penguatan karakter. 

Dengan memperluas praktik fathernitas, masyarakat tidak hanya merayakan satu momen, tetapi membangun kultur keluarga yang setara dan hangat. Di mana ayah dan ibu benar-benar setara dalam cinta dan tanggung jawab.

“Akhirnya, mari kita maknai setiap momen ayah yang terlibat sebagai awal, bukan akhir.”

Iklan

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Lulusan Universitas Jadi Sarjana Pengangguran, Langsung Dituntut Bapak Ganti Rugi Biaya Besar Semasa Kuliah sampai Hidup Kebingungan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 17 Juli 2025 oleh

Tags: ayah wajib antar anakfatherlesshari pertama sekolahkesetaraan genderparentingperan suami
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Seorang bapak di Semarang tak tega lihat anak stunting, hindari isu fatherless. MOJOK.CO
Ragam

Awalnya Tak Tega Lihat Anak Sakit hingga Dampingi Istri ke Puskesmas, Lalu Sadar Pentingnya Peran Seorang Bapak

7 November 2025
ayah, kehilangan ayah, fatherless, kasih sayang ayah.MOJOK.CO
Ragam

Saya Tidak Akrab dengan Ayah, tapi Terasa Sangat Kehilangan Saat Dia Sudah Tiada

6 November 2025
Jahatnya keluarga Bapak bikin fatherless hingga membenci rumah dan kumpul keluarga MOJOK.CO
Ragam

Betapa Jahat Keluarga Bapak: Suka Sakiti Keluarga Ibu-Lihai Berganti Wajah Tanpa Tahu Diri, Bikin Benci Kumpul Keluarga

10 Oktober 2025
Kebebasan Bersuara Direnggut Gara-gara Cap Terlalu Feminis. MOJOK.CO
Ragam

Kebebasan Bersuara Direnggut Gara-gara Cap Terlalu Feminis

11 Desember 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.