Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Mereka yang Mendapat Berkah dari Produksi Upanat, Sandal Khusus untuk Naik ke Candi Borobudur

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
13 Mei 2025
A A
Sandal upanat produksi perajin Borobudur di Magelang. MOJOK.CO

ilustrasi - sandal upanat yang diproduksi oleh perajin. (Sumber: Laman resmi Desa Borobudur)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Untuk naik ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pengunjung harus menggunakan alas kaki khusus seperti upanat. Bukan tanpa alasan, dengan menggunakan upanat, artinya masyarakat juga ikut melestarikan candi sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat desa setempat.

***

Muh Zamzami (42) sudah tampak siap menyambut kunjungan dari belasan media internasional di rumah produksi sandal upanat pada Sabtu (10/5/2025). Tepatnya di Omah Sandal and Handi Craft, Kecamatan Borobudur, Magelang. 

“Masuk, masuk. Maaf, tempatnya kecil,” kata Zamzami, mempersilahkan awak media masuk ke ruangan produksi sandal upanat yang dikelolanya.

Setidaknya, setengah ruangannya cukup untuk sekitar 15 orang yang meliput. Ditambah mesin-mesin jahit yang berjejer di samping tembok, serta lantai yang penuh dengan anyaman pandan, alat cetak, busa ati, lem, serta bahan-bahan lain untuk pembuatan upanat.

Sedangkan, proses pengukuran dan pemotongan alas sandal upanat persis dilakukan di teras. Menurut pantauan Mojok, ada dua alat pemotong berwarna hijau dekat pintu dan seorang pemuda yang sedang bekerja.

Zamzami sendiri adalah ketua paguyuban perajin sandal khas upanat yang memiliki tujuh orang karyawan di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Magelang. Sudah empat tahun ini ia menjalani profesi sebagai perajin anyaman pandan. 

Upanat sebagai usaha kolektif membangun ekonomi desa

Pemuda asal Borobudur, Magelang itu mengaku mulai menjual berbagai macam produk bambu sejak 2021. Namun, saat Covid-19 melanda, penghasilannya ikut menurun seiring dengan berkurangnya jumlah pengunjung di Candi Borobudur. 

Di sisi lain, Zami, sapaan akrabnya, tak berhenti berdagang. Suatu hari, Balai Konservasi Borobudur mengadakan program pelatihan untuk pembuatan sandal upanat ke sejumlah perajin. Zami pun mengikutinya. 

ketua paguyuban perajin sandal. MOJOK.CO
Ketua paguyuban perajin sandal, Muh Zamzami. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

“Alhamdulillah saya kemudian diamanahi sebagai ketua paguyuban perajin sandal upanat, dan memiliki karyawan sebanyak tujuh orang di Desa Tuksongo,” kata Zami saat ditemui di Omah Sandal and Handi Craft, Kecamatan Borobudur, Magelang pada Sabtu (10/5/2025).

Zami sendiri tak muluk-muluk memilih karyawan. Yang penting mereka rajin, tekun, dan mau belajar. Sebab, kata dia, produksi upanat merupakan bisnis kolektif yang sejatinya ada untuk mendorong perekonomian masyarakat lokal.

“Usaha ini membantu sekali, terutama saat Covid, karena industri yang sebelumnya redup bahkan tidak beroperasi, kini pelan-pelan bisa beroperasi kembali,” ujar Zami.

“Mulai dari perajin lokalnya, petani, petugas quality cek (QC), perajin yang menyetor ke BUMDes, lalu petugas yang mengirim ke TWC Borobudur. Akhirnya dari situ kami bisa sama-sama membangun perekonomian,” lanjutnya.

Membuka lapangan kerja bagi warga lokal Borobudur

Salah satu petugas pengecek kualitas upanat adalah Rizki Aji (27). Bagi dia, upanat adalah berkah. Pemuda asal Borobudur, Magelang itu berujar, sempat bertahun-tahun menganggur di masa Covid-19.

Iklan

“Dulu aku sempat kerja sebelum kuliah di Jogja. Setelah lulus, aku nganggur dan balik lagi ke Magelang. Alhamdulillah dapat kerja dekat rumah dengan jam yang tertata,” kata staf gudang produksi upanat itu kepada Mojok di Kantor Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma), Sabtu (10/5/2025).

salah satu karyawan QC upanat. MOJOK.CO
Seorang QC berdiri di pintu masuk gudang. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Kini, Rizki sudah bekerja selama dua tahun. Ia mengaku pekerjaannya tak terlalu sulit, tapi harus benar-benar teliti. Misalnya, mengecek warna pandan yang masih terlalu hijau, jahitan yang kurang kuat, dan bahan yang belum sesuai standar. 

Karena tugasnya tersebut, ia jadi terkesan cerewet ke perajin sehingga kurang disukai. Namun, itu bukan menjadi masalah serius baginya. Karena lagi-lagi, pekerjaan itu sifatnya kolektif dan harus diterima apapun konsekuensinya.

“Hehehe, namanya risiko pekerjaan QC jadi nggak ada yang terlalu sulit,” kekeh Rizki sambil mengecek satu plastik upanat yang siap kirim.

Filosofi produksi dan penggunaan upanat di Candi Borobudur

Perajin upanat sekaligus seniman, Ki Ajar Singodikoro berujar Candi Borobudur dibangun leluhur sebagai bukti adanya peradaban. Sementara, manusia yang diwarisinya berhak untuk melakukan pemberdayaan. Ia juga ingin warga lokal lebih merawat peradaban tersebut. 

“Kita orang Jawa ini kan diajarkan asah, asih, asuh, sebab apa yang kita terima ada hak orang lain,” ucap laki-laki yang akrab dipanggil Mas Nur itu saat ditemui di Omah Mbudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Sabtu (10/5/2025).

Sementara itu, sebagai alas kaki, upanat mengajarkan manusia untuk memiliki dasar dalam menepaki sebuah perjalanan. Maka, kata Nur, naik candi pun harus dengan benar. Dipelajari dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Upanat. MOJOK.CO
Produksi sandal khusus upanat. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

“Tapi secara umum juga bisa dimaknai sebagai alas untuk melindungi kaki, misalnya dari duri, cuaca panas, agar tidak kotor, dan sebagai upaya kita untuk menghargai sesuatu,” jelasnya.

Pada tahun 2023, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memang mewajibkan pengunjung yang naik Candi Borobudur menggunakan sandal upanat.

Sebelumnya, Balai Konservasi Borobudur telah melakukan penelitian dan menemukan cara untuk “memperpanjang” usia candi. Salah satunya dengan mewajibkan pengunjung menggunakan sandal khusus yang mampu mengurangi pengikisan terhadap permukaan batuan candi. Sandal itulah yang kemudian dinamai upanat.

Upanat sendiri memiliki arti alas kaki. Bahannya terbuat dari bahan-bahan alami seperti daun pandan, batok kelapa, dan busa ati. Ide itu mulanya terinspirasi dari salah satu pelaku industri kreatif lokal di sekitar Candi Borobudur, Basiyo. 

Basiyo sudah membuat kerajinan anyaman sejak tahun 1997 dan mulai dikembangkan oleh Balai Konservasi Borobudur sejak Januari 2022. Selanjutnya, mereka memberi pelatihan kepada warga lokal untuk memproduksi upanat.

Warga lokal bisa dapat untung miliaran dari produksi upanat

Perajin upanat sekaligus seniman, Ki Ajar Singodikoro. MOJOK.CO
Perajin sekaligus seniman, Ki Ajar Singodikoro alias Nur. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Nur yang juga ketua Bumdesma berujar pengelolaan upanat membutuhkan dana sebesar Rp50 juta untuk tiap desa per tahun. Hingga hari ini, ada kisaran 50 perajin di 20 desa se-Kabupaten Magelang, plus 5 perajin dari lima kecamatan pendukung yang tergabung dalam Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda).

Ia menegaskan, hasilnya tersebut akan dikembalikan lagi kepada perajin upanat. Jika ditotal pembayaran kepada perajin upanat dapat mencapai Rp13 miliar selama setahun.

“Kami juga bisa memberikan pajak, PPN, PPH, dan lain-lain, untuk negara per tahunnya 2,1 miliar,” ujarnya.

Di sisi lain, ketua paguyuban perajin upanat, Muh Zamzami berharap kuota pengunjung yang naik ke Candi Borobudur ditambah, sehingga warga sekitar bisa lebih sejahtera ekonominya.

“Semoga ada kebijakan baru dari pemerintah agar segera menambah kuota pengunjung yang naik ke candi, sehingga pelaku UMKM di bidang pariwisata dan masyarakat sekitar Borobudur bisa lebih mapan,” ujarnya. 

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Kisah Mbah Hamid, Menyambung Hidup dari Rangkaian Bambu atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 13 Mei 2025 oleh

Tags: bisnis pariwisatacandi borobudurKecamatan Borobudurmagelangperajin upanatupanat
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO
Hiburan

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO
Hiburan

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
5 Hal yang Lumrah di Bekasi tapi Nggak Bisa Ditemukan di Muntilan Magelang
Pojokan

5 Hal yang Lumrah di Bekasi tapi Nggak Bisa Ditemukan di Muntilan Magelang

20 Oktober 2025
Pengunjung menikmati Borobudur Sunrise di Magelang. (Doc. InJourney)
Kilas

Pengalaman Wisatawan Menikmati Borobudur Sunrise, Datang dari Subuh untuk Melihat Rona Matahari Jingga

20 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.