Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Tak Cuma Untuk Belanja, Circle K Juga Jadi Penolong Orang-Orang Kere di Tanggal Tua

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
20 Januari 2025
A A
Tak Cuma Untuk Belanja, Circle K Juga Jadi Penolong Orang-Orang Kere di Tanggal Tua.MOJOK.CO

Ilustrasi - Tak Cuma Untuk Belanja, Circle K Juga Jadi Penolong Orang-Orang Kere di Tanggal Tua (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kalau mau adu popularitas, Circle K jelas masih kalah unggul kalau dibanding Indomaret atau Alfamart. Bagaimana tidak, dua minimarket dengan corak toko yang khas itu sudah masuk dalam top of mind warga Indonesia kalau ingin berbelanja.

Namun, jangan salah. Bagi sebagian orang, Circle K punya makna tak ternilai. Tak sekadar sebagai tempat belanja kebutuhan; toko retail itu sekaligus jadi penolong.

Sebagai misal, saya mau berangkat dari pengalaman pribadi.

Bagi saya, Circle K adalah penyelamat. Terutama sekali, ia menemani perjalanan saya di masa-masa kere hingga saat ini berhasil mentas dari “ke-kere-an” (meski belum mapan, masih di tahap “mendingan”).

Cara orang kere menghasilkan uang dari Circle K

Bagi saya, dulu, Circle K menjadi tempat menghasilkan uang tanpa mengeluarkan uang. Ia masih menjadi yang terbaik. Setidaknya begitu yang saya rasakan.

Pertanyaannya: Lah, kok bisa?

Iklan

Awal 2019, tahun kedua saya kuliah, mungkin menjadi titik rendah dalam kehidupan. Atas beberapa alasan, saya harus hidup sendiri: bayar kuliah sendiri, bayar kos sendiri, bertahan hidup pun harus sendiri. 

Atas suatu alasan, saya memutuskan berhenti menerima uang transferan dari orang tua.

Semua cara pun saya lakukan untuk bertahan hidup. Kerja sampingan di ekspedisi, ikut proyek riset dari dosen, sampai menulis di media. Pekerjaan terakhir duitnya amat lumayan, meski datangnya tak pasti.

Namanya juga nulis di media, bisa dimuat bisa juga ditolak. Kalau lagi beruntung alias tulisan diterima, duitnya cukup untuk mentraktir tiga kawan baik. Kalau tidak, ya, tingga puasa saja. Gampang.

Masalahnya adalah, proses produksi buat nulis ‘kan butuh biaya. Paling tidak harus ada WiFi. Kalau sekarang, sih, saya mungkin bisa santai nulis di kafe sambil pesan kopi kesukaan. Dulu? Boro-boro pesan kopi, buat makan sehari dua kali saja harus berhitung matang-matang.

Nah, dalam kesulitan itu, untungnya saya “dipertemukan” dengan Circle K Gejayan. Di tempat itu, setidaknya, orang-orang kere seperti saya bisa menghasilkan uang tanpa harus membuang uang.

Soal WiFi, minimarket ini sangat dermawan

Pada 2019, saya mulai menghafal tempat-tempat yang menyediakan WiFi gratis di Jogja dan terbuka selama 24 jam. Misalnya, ada kampus, McD Jakal, hingga pendopo-pendopo kantor kelurahan.

Belakangan, kampus mulai eksklusif, tak terbuka lagi 24 jam. Satpam McD Jakal juga mulai rese dengan saya. Pendopo Kelurahan? Mereka mulai menutup rapat-rapat pagarnya. Alhasil, saya pun kudu menemukan tempat lain.

Kebetulan pada suatu malam, di tengah hujan lebat, saya melihat Circle K Gejayan tengah menyiarkan tayangan sepakbola di TV yang dipajang di area luar. Saya pun memutuskan membuang rasa penat dengan membeli kopi kemasan dan lanjut menonton bola.

Di nota pembayaran, ada password WiFi bagi pembeli. Waktu saya coba, “wah, kenceng juga!”. Saya kemudian mengeluarkan laptop dan menyambungkannya ke WiFi Circle K.

Setelah tersambung, saya melupakan tayangan sepakbola dan mulai menulis. Tak terasa, hujan sudah berhenti entah sejak kapan. Azan Subuh pun juga telah terdengar berkumandang. Bersamaan dengan itu, tulisan saya rampung dan langsung saja saya kirim ke sebuah media.

Besoknya, saya mengulangi hal yang sama. Membeli kopi kemasan murah seharga Rp5.500 dan lanjut menulis sampai pagi. 

Setelah beberapa hari berjalan, saya baru menyadari: password WiFi ternyata tak berganti. Barulah, di hari-hari berikutnya, saya makin tak tahu diri: datang tanpa membeli, kemudian duduk dan menulis sampai pagi.

Sampai di titik, hampir semua pegawai yang bekerja shift malam hafal dengan saya.

Akrab dengan pegawai Circle K adalah kunci

“Gabung ya, Mas,” ucap salah satu pegawai saat dini hari. Saya pun mempersilakannya duduk di sebelah saya (karena secara teknis, itu memang kursi milik tempatnya bekerja).

“Pinjam korek ya, Mas,” imbuhnya, sambil mengambil korek saya di meja dan langsung membakar sebatang kretek di sela-sela jarinya. “Bosen di dalam terus, AC-nya juga bikin nggigil, Mas.”

Awalnya, saya mengira kalau pegawai Circle K ini bakal mengusir saya. Sebab, ada banyak alasan yang membuatnya berhak menyuruh saya angkat kaki dari tempat tersebut.

Kalau mengutip terminologi yang ngetren hari ini, saya mungkin tak ada bedanya dengan rojali di coffe shop. Malah saya lebih parah: datang tanpa membeli, tapi bertahan sampai pagi.

Karena merasa tak enak, saya pun menjelaskan semua situasi. Saya juga minta maaf kalau keberadaan saya di sana mengganggu para pegawai.

“Halah, Mas, nggak usah dipikir. Ada WiFi ya pakai aja, mau nonton TV yang tinggal nonton. Nggak bakal bikin toko rugi juga. Kita sama-sama orang susah kudu solid,” tawa kita pecah malam itu.

Sejak kejadian tersebut, kami makin akrab. Begitu juga dengan pegawai yang lain. Bahkan, kami makin tak canggung buat berbagi rokok. Kalau sedang ada rezeki, saya mentraktirnya kopi. Begitu juga dengan mereka.

Baca halaman selanjutnya…

Circle K masih sama. Tapi kini malah asing bagi saya.

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 21 Januari 2025 oleh

Tags: Alfamartcircle kIndomaretminimarketnostalgiapilihan redaksitoko retail
Iklan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Hormat dan patuh sama orang tua jadi kunci nafas panjang STARCROSS sebagai brand clothing legend Jogja MOJOK.CO
Ragam

Hormat dan Patuh pada “Orang Tua”, Kunci Nafas Panjang STARCROSS sebagai Brand Legend Jogja

13 November 2025
Menemukan kedamaian batin dari rebahan karpet masjid MOJOK.CO
Catatan

Rebahan di Karpet Masjid: Sepele tapi Beri Kedamaian Batin dari Dunia yang Penuh Standar, Tuntutan, dan Mengasingkan

12 November 2025
Dari Indomaret Point Jakal km 9, menguak fakta orang-orang yang merasa iri hati pada standar orang lain MOJOK.CO
Ragam

Duduk di Kursi Indomaret Ternyata Juga bikin Orang Makin Nelangsa dan Iri Hati karena Standar Orang Lain

11 November 2025
Rahasia di balik kasah sayang nenek ke cucu yang lebih besar dari anak sendiri MOJOK.CO
Ragam

Rahasia Nenek Lebih Sayang Cucu ketimbang ke Anak Sendiri: Menebus Lubang Masa Lalu meski Lewat Uang Saku Rp10 Ribu

10 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

rekomendasi indomaret di Jogja yang cocok untuk melamun. MOJOK.CO

3 Indomaret Unik di Jogja yang Cocok Disinggahi untuk Meromantisasi Hidup, Dijamin bikin Kamu Betah Melamun

10 November 2025
Tembok Kokoh dari Bukit Tidar Itu Bernama Orin, Bawa Timnya (futsal Untidar) Melaju Jauh Meski Main dengan Dua Lutut Cedera MOJOK.CO

Tembok Kokoh dari Bukit Tidar Itu Bernama Orin, Bawa Timnya Melaju Jauh Meski Main dengan Dua Lutut Cedera

10 November 2025
Aksi kapten tim futsal putri Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rinjani, di event Campus League 2025 Regional Jogja MOJOK.CO

Mimpi Setinggi “Rinjani”: Dari Cap “Cewek kayak Laki” hingga Mencatat Prestasi dan Sejarah di Tim Futsal Putri

13 November 2025
Anak-anak ikut pameran sastra anak tahun 70an di Jogja. MOJOK.CO

Pameran “Petak Umpet Sastra Anak” Mengumpulkan Orang Dewasa yang Rindu dengan Novel Anak Karya Penulis Indonesia

9 November 2025
Derita Pakai QRIS: Minimal Order Gak Ngotak Bikin Sengsara MOJOK.CO

Pengalaman Buruk ketika Memakai QRIS: Jadi Boros karena Minimal Order yang Nggak Masuk Akal dari Pemilik Minimarket

11 November 2025
Lapangan futsal untuk kompetisi antar kampus atau mahasiswa penuh emosi dan tensi tinggi MOJOK.CO

Batu Sandungan di Lapangan Futsal: Emosi Tak Terkendali kala Tensi Tinggi, Bisa Hambat Karier Sendiri

10 November 2025
Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.