Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Ngerjain Proyek Rumah Subsidi: Cuan Tak Seberapa, Ribet di Birokrasi, Dinyinyiri Calon Pembeli

Bangun rumah subsidi juga nggak bisa seperti developer rumah non-subsidi yang bisa netapin harga seenak udel mereka. Ada batas harga maksimalnya, Bwosque.

Arief Sabkli Pribadi oleh Arief Sabkli Pribadi
1 November 2021
A A
Rumah Subsidi Jogja.MOJOK.CO

Ilustrasi - Aku Si Rumah Kecil Seharga 150 Juta yang Selalu Diremehkan, Tapi Jadi Tempat Keluarga Muda Membangun Mimpi (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pengalaman ngurus rumah subsidi sebagai developer properti: duit tak seberapa, birokrasi ruwet, dan harus siap-siap dinyinyirin pembeli.

Ini adalah beberapa hal yang bakal terlintas pertama kali di kepalamu begitu mendengar “rumah subsidi”.

Harga murah di bawah pasaran, kualitas apa adanya (kadang ada apa-apanya), sama satu lagi; muncul komentar beginian, “Oalah, pantes aja harga rumahnya murah, wong lokasinya jauuuh bener gitu, tempat jin buang anak itu mah.”

Well saya nggak menafikan kalau rata-rata rumah subsidi memang jauh, terutama bagi kamu yang tinggal di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ya, biar gimana juga developer properti itu bukan lembaga sosial yang membangun rumah cuma-cuma untuk masyarakat berkantong pas-pasan tapi berjiwa sosialita.

Developer properti kan juga harus ngejar profit margin, cuan atau keuntungan, mau nggak mau mereka memang harus mencari tanah di pinggir kota yang harganya relatif murah, agar batas harga jual yang sudah ditetapkan oleh pemerintah bisa direalisasikan.

Selain itu, bangun rumah subsidi juga nggak bisa seperti developer rumah non-subsidi yang bisa netapin harga seenak udel mereka. Harga rumah subsidi sudah ditetapin dulu sama pemerintah. Yah, kamu perhatiin aja semua harga rumah subsidi di pinggiran Jakarta, pasti harganya sama semua dan saya jamin lokasinya juga sama jauhnya.

Mau itu di Barat, di Timur, atau Selatannya. Jangan tanya di Utara ya karena nanti kamu malah nyemplung di laut lepas, yang bedain paling cuma kualitas bangunan dan uang muka yang harus kamu bayar. Itu aja.

Nah, setelah dapat harga tanah yang sudah sesuai target mereka, nggak ujug-ujug mereka bisa bangun rumah subsidi. Ingat ini bukan legenda Roro Jonggrang, yang mana konon Bandung Bondowoso bisa bangun candi hanya dalam waktu semalam. Duh, duh, tidak semudah itu, Sulaiman.

Developer wajib mengurusi segala macam perizinan hingga mereka bisa membangun rumahnya, yah kira-kira ada 12 tahap lah. Mulai dari izin lingkungan, ngurus IMB, izin prinsip, tata ruang, pemakaman, dan masih banyak detail-detail lainnya.

Hal-hal yang nggak perlu saya jelasin semua karena kalau disebutin semua, bisa sepanjang masa tidurnya Ashabul Kahfi ini.

Meski begitu, masih aja saya sering dengar omongan sinis dari mereka yang nggak terjun langsung di industri ini. Sudah lah kami developer properti penuh risiko ngerjain proyek kayak gini, masih disindir-sindir pula.

“Gileee gimana nggak cuan banyak jadi developer properti ini! Beli tanah berapa, modal bangun rumah berapa, dijual berapa!”

Walah, walah. Serius, rasanya saya ingin nyentil amandelnya. Soalnya gini, Bwosque. Realitasnya nggak semudah dan semenguntungkan itu juga, Bwosque.

Iklan

Yah, seperti yang sudah saya tulis di atas tadi. Jadi gini, setelah kami bisa membeli tanah, ada 12 izin yang harus diurus, dan yang namanya ngurus perizinan ya itu artinya kita bakal ketemu sama apa yang namanya birokrasi Republik Indonesia. Salah satu birokrasi paling rumit sejak era mamalia bisa memamah biak.

Selain soal ruwetnya, pengurusan birokrasi tadi itu juga nggak ada yang gratis. Bahkan sekalipun itu adalah proses yang sudah dikoar-koarkan dan dikampanyekan kepala daerah setempat kalau pengurusannya bisa gratis bla-bla-bla. Pada kenyataannya kan ya nggak gitu juga.

Jangankan soal ngurus izin untuk bangun rumah subsidi, dari yang paling simple aja kayak sehari-hari kamu ngurus KTP, surat nikah, KK, atau apapun itu. Di beberapa titik lokasi memang sudah ada yang beneran gratis, tapi di beberapa tempat terpencil praktik harus ada “sesuatu” agar prosesnya lebih cepat.

Nah, asal situ tahu aja ya, di proses perizinan atau birokrasi inilah yang sebenarnya ngambil porsi terbesar dalam komponen modal seorang developer ketika mereka memutuskan membangun sebuah properti—tak terkecuali kalau mau bangun proyek rumah subsidi beginian.

Nggak seperti komponen lainnya, misalnya harga tanah atau biaya bahan bangunan yang dengan mudah bisa diprediksi, porsi ngurus birokrasi ini harganya beneran fluktuatif. Kadang-kadang bisa ditebak, kadang tidak. Udah kayak main judi saham  aja.

Ibarat kata, kalau kamu nyari semen di satu toko bahan bangunan, kalau harganya nggak masuk kan ya kamu tinggal ganti merek atau cari toko bahan bangunan lainnya. Lah, kalau birokrasi mana bisa kamu tawar-tawar?

Sekarang bisa kamu bayangkan bukan apabila kamu seorang developer properti datang ke sebuah instansi untuk meminta izin sambil bilang, “Pak, saya mau ngurus izin pembangunan proyek rumah subsidi.”

Ya nggak mungkin dong, petugasnya menyambut dengan ramah dan bilang, “Oh, iya. Sini saya uruskan semua prosesnya. Bapak tunggu saja di rumah. Kami akan selesaikan semuanya. Tentunya, ini semua gratis tis! Karena kami sudah digaji oleh pajak negara untuk melayani Anda semua.”

Sependek pengalaman saya dalam pengerjaan rumah subsidi ini, selalu saja ada beberapa deal khusus agar instansi tersebut bisa mengeluarkan izin untuk proyek rumah subsidi beginian dengan lancar sentosa dan mulus kayak jalan tol.

Celakanya, itu baru satu pintu, Bwosque. Ingat, masih ada 11 perizinan sisanya yang mesti kamu urus juga. Artinya masih dalem pula kamu ngerogoh kocek modal usahamu. Rumah subsidi sih rumah subsidi, tapi tidak dengan perizinannya dong. Mana ada perizinan bangun proyek dikasih subsidi.

Pada tahap ini kondisinya benar-benar ruwet plus rumit. Seperti buah simalakama. Tanah yang kamu beli udah dibayar atau kamu punya utang sama bank, dan kamu tak bisa mundur lagi. Artinya, ya harus ikut apa kata birokrasi terooos.

Itu segala proses tadi masih di tahap awal-awal lho, baru mulai, belum ada jaminan bakal laku—bangun pondasi apa lagi. Artinya cuan belum kelihatan, tapi udah banyak yang harus dikeluarin buat ngurus segala macam.

Mangkanya itu kalo kamu berpikir jadi developer properti untuk rumah subsidi itu untungnya banyak, saya cuma mau bilang… “Bangun woy, banguuun!”

Ongkos birokrasi inilah yang jadi estimasi terbesar dan jadi komponen paling menyedot modal. Intinya, biaya bangun rumah subsidi, yang kerap dikeluhkan lokasinya jauh dan kualitas bangunannya tak seberapa itu, yang mewujud jadi bangunan itu sebenarnya adalah “sisa” dari uang pengurusan izin birokrasi tadi. 

Dan karena sisa, ya pantas lah kalau banyak calon pembeli rumah subsidi merasa kecewa.

Lagian toh rumah subsidi kan emang gitu konsepnya dari dahulu kala. Bukan negara yang akhirnya kasih rumah subsidi ke rakyatnya, tapi emang malah rakyatnya yang kasih subsidi ke penyelenggara negara.

Oknum sih. Cuma banyak.

BACA JUGA Pengorbanan yang Perlu Kamu Lakukan untuk Dapat Rumah Murah di Jogja dan ESAI lainnya.

Terakhir diperbarui pada 2 November 2021 oleh

Tags: cuandeveloperharga tanahpropertirumah subsidi
Arief Sabkli Pribadi

Arief Sabkli Pribadi

Sales properti spesialis rumah subsidi yang suka membaca dan baru belajar nulis.

Artikel Terkait

Rumah Subsidi Jogja.MOJOK.CO
Ragam

Aku Si Rumah Kecil Seharga 150 Juta yang Selalu Diremehkan, Tapi Jadi Tempat Keluarga Muda Membangun Mimpi

20 Oktober 2025
dana film animasi Merah Putih: One for All lebih baik untuk guru honorer. MOJOK.CO
Aktual

Daripada Dipakai untuk Produksi Film Animasi “Merah Putih: One for All”, Uang Rp6,7 Miliar Bisa Dipakai untuk Menyejahterakan Guru dan Rumah Subsidi

14 Agustus 2025
Tips Cuan dari Kebun Mini: Lahan Sempit Bisa Jadi Duit!
Video

Tips Cuan dari Kebun Mini: Ubah Lahan Sempit Jadi Duit!

24 April 2025
Jurnalis tolak rumah subsidi dari pemerintah karena warga dengan profesi lain juga butuh MOJOK.CO
Aktual

Jurnalis Tolak Rumah Subsidi dari Pemerintah: Warga Lain Juga Butuh, Kalau Mau Sejahterakan Jurnalis Bukan Gitu Caranya

16 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.