Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Klaten Koppig Adalah Wujud Jiwa Patriotisme yang Mampu Memenangkan Pasukan Diponegoro. Kami Bukan Kota Kaleng-Kaleng

Muhidin M. Dahlan oleh Muhidin M. Dahlan
27 Juli 2024
0
A A
Klaten Koppig, Bukan Kota Kaleng-Kaleng MOJOK.CO

Ilustrasi Klaten Koppig, Bukan Kota Kaleng-Kaleng. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Selamanya, Klaten itu koppig. Selamanya, Klaten itu keras kepala. Paling tidak, sebentang sejarah yang diuraikan di bawah ini. 

Klaten koppig ini tidak terbangun dalam semalam. Ada satu rantai sejarah yang panjang di mana kabupaten ini adalah laboratorium para aktivis yang disebut Orba sebagai “perintis kemerdekaan”.

Klaten memenangkan pasukan Diponegoro dalam Java Oorlog yang membikin Legiun Mangkunegaran kocar-kacir dan putar haluan pulang ke Solo? Iya.

Klaten menjadi episentrum gerakan pemogokan buruh perkebunan hasil perkawinan kapitalisme kolonialisme dan feodalisme? Iya.

Kabupaten ini menjadi gelanggang penyebaran ayat-ayat radikalisme anti feodalisme dan kapitalisme kebun oleh para mubalig keras kepala seperti Haji Misbach? Iya.

Di Jiwan, 9 Agustus 1826 atau setahun setelah genderang Java Oorlog ditabuh dari Tegalrejo-Selarong (Yogyakarta), menjadi catatan menyeramkan bagi pasukan Jenderal De Kock. 

Jangan main-main dengan orang Klaten

Jiwan, yang saat ini masuk dalam kawasan Karangnongko, menjadi Baratayudha bagi Laskar Diponegoro yang berada di Klaten dan sekitarnya. Mereka memperlihatkan perjuangan yang gigih. Bukan hanya memperlihatkan sikap bahwa jangan main-main dengan orang Klaten, tetapi juga mengirim pesan kepada Surakarta soal api Klaten. 

Dalam Java Oorlog, sebagaimana disarikan buku Legiun Mangkunegaran (1808-1942), pasukan De Kock disokong oleh Legiun Mangkunegaran yang dianggap sebagai pasukan Jawa yang terlatih di medan pertempuran.

Legiun Mangkunegaran selamanya menjadi bonding tentara kolonial. Siapa saja yang dimusuhi Belanda, itulah musuh orang-orang Mangkunegaran.

Klaten tak gentar

Pertempuran yang terkenal dengan sebutan “Pertempuran Kalasan” itu mengirim ultimatum bahwa orang Klaten bukan penjilat kolonial. Selamanya, kabupaten ini adalah batu sandungan bagi siapa saja yang melekatkan nasibnya kepada Belanda. Jiwan adalah jiwa patriotisme Klaten dalam Java Oorlog. 

Pada Perang Jawa itu, jiwa Klaten disiram oleh darah patriotisme melawan rupa-rupa seragam, termasuk “Eropa pesek” seperti pasukan Legiun Mangkunegaran bentukan Daendels 17 tahun sebelum Perang Jawa meletus. Mereka adalah bumiputra yang merasa lebih Eropa dari Eropa karena didandani ala Eropa.

Pangeran Diponegoro yang berada di Jiwan berhasil mengobarkan revolusi bagi pasukan taninya yang membuat pusat pasukan De Kock di Magelang gusar. Jiwan, dalam laporan kekalahan yang ditulis Van Geen, disebut sebagai malapetaka. 

Pimpinan tempur Mayor Sollewijn tak bisa berbuat banyak. Jiwan yang mulanya dikuasai dan dijaga 1000-an pasukan elite khusus Mangunegaran berubah menjadi aib. Legiun Mangkunegaran kebingungan dan lari kocar-kacir dengan telanjang tanpa senjata. Lebih kurang 112 orang pasukan infanteri Mangkunegaran tewas di Jiwan.

Begini cuplikan salah satu paragraf laporan Jenderal Van Geen dari Jiwan, sebagaimana dialihbahasakan Iwan Santosa (2011): 

“Pada hari yang naas ini telah gugur Letnan Ajudan Rodel dan prajurit relawan Canter Visscher yang beberapa hari sebelumnya dianugerahi penghargaan; kemudian 10 orang Eropa, 12 orang pribumi (dari pasukan kami) dan 112 orang infanteri Mangkunegara, dua orang Jayeng Sekar dan seorang kapten pasukan pionir Madura, Pandji Terdjakoesoema, yang bersama 11 anak buahnya tewas dalam pertempuran. Pihak musuh merebut sebuah meriam besi dua pon, dua mortir tangan, 20 pucuk meriam dan mortir, 1500 butir peluru senapan, sembilan ekor kuda tarik, kuda pengangkut beban dan kuda tunggang beserta kereta-keretanya; sementara senjata prajurit yang tewas oleh musuh, sejumlah prajurit Mangkunegara kembali dengan telanjang dan kehilangan senjata.”

Klaten yang dengan sadar memilih pro-Diponegoro adalah sebuah jiwa koppig 

Ini sebuah sikap yang keras kepala. Tidak main-main, Java Oorlog yang membentuk pribadi koppig seperti itu dengan Jiwan sebagai Baratayudha-nya.

Oleh karena itu, bukan sebuah kebetulan bila pada awal dekade kedua awal abad 20, Klaten yang dilambari spirit api Perang Jawa itu kembali menemukan momentum radikalnya. 

Bahwa kuburan Douwes Dekker ada di Bandung, iya. Tetapi, setelah peristiwa artikel subversif Soewardi di De Expres pada 1913, tiga serangkai itu–Dekker-Tjipto-Soewardi–membangun kembali organisasi mereka dengan nama baru Nasional Indische Partij-Sarekat Hindia (NIP-SH). 

Dan, kabupaten ini menjadi laboratorium aksi bagi Insulinde untuk membuktikan bahwa mereka ada dan selalu ada bersama para petani di perkebunan-perkebunan raya milik Kasunanan-Residen. Di Klaten pula, sebagaimana dicatat dengan narasi yang epik oleh Takashi Shiraishi, satu demi satu penggawa utama Insulinde ditangkap.

Douwes Dekker diciduk polisi di Polanharjo yang masuk dalam Distrik Ponggok, Klaten. Dia dituduh menghasut pemogokan petani dan membikin murka residen Surakarta, Harloff. Sementara, Misbach juga ditangkap karena materi dakwahnya yang seperti “menyiram” Pertalite ke jerami petani di beberapa distrik, terutama Delanggu, yang juga masuk daerah Klaten.

Gerakan anti raja dan anti kapitalisme kebun

Gerakan anti raja dan anti kapitalisme kebun milik para bangsawan biru yang menjadi abdi dari kolonialisme di Surakarta, aksi-aksinya mengambil tempat di berbagai daerah di Klaten. Ketika menyebut “Insulinde Surakarta” yang dipimpin dr. Tjipto, sejatinya massa realnya adalah kring-kring di kabupaten ini: Gawok, Karangduren, Klaseman, Polanharjo, Bintaran, Prapat, Delanggu. Ketika menyebut SI Surakarta, massa utamanya juga adalah daerah-daerah yang sama.

Kabupatan ini disebut sebagai antitesis atas Surakarta. Klaten kiri, Surakarta kanan. Klaten diisap, Surakarta pengisap. Para dokter revolusioner macam Tjipto-Soewardi dan mubalig radikal Kauman macam Misbach menjadikan kabupaten ini sebagai tanah revolusioner di mana dari bongkahan-bongkahan tanahnya bermunculan para pengerek bendera perlawanan atas kolonialisme.

Dari pengindeksan cepat yang saya lakukan, Zaman Bergerak yang dibikin dengan sangat apik oleh Takashi Shiraishi, saat berbicara tentang petani dan pemogokan, penangkapan dan penahanan para aktivis, sesungguhnya semua latar peristiwanya berada di Klaten. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1928, oleh karena itu, sesungguhnya adalah kitab kronik kaum tani dan pemundak pergerakan nasional (di) Klaten.

Pemberontakan paling berani

Puncak dari itu semua adalah saat Klaten, tepatnya (B)Prambanan, dipilih oleh PKI yang digerakkan para kiai dan aktivis-aktivis Sarekat Islam menyusun rencana pemberontakan paling berani pada dua dekade awal abad 20. (B)Prambanan dipilih bisa jadi karena ari-ari kemenangan Pangeran Diponegoro ada di kawasan ini; jiwa revolusioner tertanam di Jiwan.

Klaten dipilih karena nama-nama yang kita kenal hari ini sebagai para pahlawan nasional seperti Tjipto, Douwes Dekker, Ki Hadjar, Soerjopranoto, memang memilih kabupaten ini sebagai laboratorium aksi perubahan sosial yang digerakkan oleh mereka.

Klaten koppig, Klaten yang keras kepala ini juga mengukuhkan Misbach sebagai haji merah. Pada Klaten-lah, kita temukan banyak kutipan-kutipan tak lekang oleh waktu yang diteriakkan Misbach. Termasuk, karikatur legendaris dan subversif yang dimuat di majalahnya, Islam Bergerak. 

Karikatur yang menggambarkan bagaimana para kapitalis kebun Belanda dengan bawahannya para priyayi Kasunanan-Mangkunegaran mengisap petani dengan pajak yang mencekik. Karikatur yang menggambarkan secara telengas dan oposisi biner posisi Klaten versus Surakarta.

Klinik gerakan sosial

Pada Klaten pula, kita tahu, walau Tjipto buka praktik kedokteran di Surakarta, tetapi klinik gerakan sosial utamanya tetaplah vorstenlanden bernama Klaten.

Sampai kalender Republik datang lewat revolusi nasional, Klaten tetaplah penegak kitab ajar perlawanan Pangeran Diponegoro. Saat ibu kota revolusi bernama Yogyakarta sedang berada di atas tungku panas, kabupaten ini menjadi rumah sementara yang ramah bagi kampus UGM. 

Perguruan Tinggi Kedokteran (PTK) yang berada di bawah bendera UGM yang merupakan hasil nasionalisasi dari Djakarta Ika Daigaku yang muasalnya dari STOVIA, beroperasi di Klaten. Perguruan Tinggi Kedokteran (PTK) itu kemudian bersulih menjadi Fakultas Kedokteran UGM.

Sampai di sini, Klaten bukan kota kaleng-kaleng. Semesta Klaten koppig adalah buku tebal dari mana sumur dari gerakan sosial modern di Jawa bisa kita baca (kembali). Itu.

Penulis: Muhidin M. Dahlan

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Fakta di Balik Logo Hari Jadi Klaten ke-220, Simbol Kecantikan dan Kebijaksanaan Wilayah dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Terakhir diperbarui pada 27 Juli 2024 oleh

Tags: Fakultas Kedokteran UGMhari jadi klatenklatenklaten ulang tahunpasukan diponegoro
Iklan
Muhidin M. Dahlan

Muhidin M. Dahlan

Penulis dan kerani partikelir IBOEKOE dan Radio Buku.

Artikel Terkait

Wakil Presiden, Gibran dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin dalam kunjungan di sentra industri tenun lurik di Cawas, Klaten MOJOK.CO
Kilas

Menjawab Tantangan Regenerasi Perajin Tenun Lurik Tradisional di Klaten

10 Juli 2025
Tersesat di ISI Surakarta lalu Jatuh Cinta kepada Solo MOJOK.CO
Esai

Tersesat di ISI Surakarta dan Menjadi Dosen yang Gegar Intelektual tapi Kini Menikmati dan Jatuh Cinta kepada Solo

21 Juni 2025
Pemandangan Gunung Merapi dilihat dari Bukit Argobelah, Deles Indah. MOJOK.CO
Catatan

Bukit Argobelah: Tempat Terbaik Melihat Pemandangan Gunung Merapi dari Dekat, Tak Sampai Satu Jam dari Jogja Bisa Dapat Ketenangan Batin

5 Juni 2025
Jihad Warga Kecamatan Selo Boyolali Mempertahankan Tanah MOJOK.CO
Esai

Warga Kecamatan Selo Boyolali “Jihad” Mempertahankan Tanah, Enggan Menjualnya ke Investor Luar, Menolak Membuka Destinasi Wisata Secara Ugal-ugalan karena Bertani Adalah Prioritas

1 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pengalaman temani pacar jadi driver Shopee Food, hadapi beragam watak manusia MOJOK.CO

Pengalaman Temani Pacar Jadi Driver Shopee Food Jadi Tahu Ragam Watak Manusia: Batin Campur Aduk antara Haru, Riang, dan Nelangsa

8 Juli 2025
Tolak gabung pencak silat PSHT demi ikut karate. Tak menyesal karena jauh dari keributan meski harus dimusuhi saudara sendiri MOJOK.CO

Gara-gara Tolak Gabung PSHT demi Karate Jadi Dimusuhi Saudara Sendiri, Tak Menyesal karena Jauh dari “Keburukan” kayak Pencak Silat

10 Juli 2025
Tapak Suci, perguruan anti rusuh. MOJOK.CO

Heran sama Latihan Pencak Silat yang Keras-kerasan hingga Jadi Biang Kerusuhan, di Tapak Suci Keras tapi Harus Empati

8 Juli 2025
mahasiswa KKN.MOJOK.CO

Warga Desa Sebenarnya Kasihan dengan Mahasiswa KKN: Duit Tipis, Hidup Susah, tapi Dituntut untuk “Mengentaskan Kemiskinan”

11 Juli 2025
kemiskinan orang miskin dilarang punya anak banyak mojok.co

Kemiskinan Membunuhmu, Pemerintah Mengabaikanmu

8 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.