ADVERTISEMENT
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Stereotip Sengit Anak IPA vs Anak IPS yang Nggak Habis-Habis

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
30 Juni 2019
0
A A
anak ipa anak ips
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Anak IPA dianggap lebih pintar, anak IPS dianggap lebih gaul. Situ saling ngatain satu sama lain, nggak malu , ya, sama anak Bahasa? Hmm?

Adik saya tahun lalu resmi jadi anak SMA. Di usia kami yang terpaut lumayan jauh—yah kira-kira jarak waktunya sama dengan jarak waktu Harry Potter lahir sampai dia dapat surat pertama dari Hogwarts lah—saya baru benar-benar mengerti bahwa pemilihan jurusan di SMA dimulai dari kelas 10 (tahun pertama).

Di zaman saya dulu (dan kamu sekalian), jurusan dipilih saat siswa naik ke kelas 11 (tahun kedua). Paling umum, ada dua jurusan yang konon selalu bersitegang dan berkompetisi untuk dipilih: IPA dan IPS.

Saya nggak tahu keadaan di sekolahmu, tapi di daerah saya, ada stereotip anak IPA dan anak IPS yang seakan-akan nggak pernah mati. Sepertinya, semua orang punya bayangan ini di kepala: anak IPA adalah mereka-mereka yang cupu, rajin, pintar, dan membosankan, sedangkan anak IPS jauh lebih santai, ramai, suka bergaul, dan hobi kena razia rambut oleh guru BP.

Anak-anak IPA cenderung dianggap lebih anteng dan (tampak) elegan. Saya pernah naksir sama kakak kelas yang merupakan anak IPA, misalnya. Orangnya nggak banyak bicara, tatapannya dingin-dingin menarik. Waktu saya pikir dia adalah orang yang cool, ternyata saya sadar satu hal: dia cuma nggak suka balik sama saya, makanya nggak banyak ngomong. Asem.

Tapi, terlepas dari si kakak kelas yang nggak tahu kabarnya gimana itu, ternyata stereotip anak IPA dan IPS itu masih berlaku hingga hari ini. Beruntung, adik saya diizinkan ayah dan ibu kami untuk masuk jurusan IPS, bukannya malah “terpaksa” masuk IPA demi dianggap lebih bagus, pantas, dan bergengsi.

Baca Juga:

Uneg-uneg dari Guru yang Melihat 'Zonasi Buatan' demi Sekolah Favorit. MOJOK.CO

Uneg-uneg Guru yang Melihat ‘Zonasi Buatan’ demi Sekolah Favorit

19 Agustus 2023
rekrutmen bersama bumn 2023 mojok.co

26 Lowongan untuk Lulusan SMA dan SMK di Rekrutmen Bersama BUMN 2023

11 Mei 2023

Lalu dari mana saya bisa bilang stereotip itu ada?

Putra, salah seorang saudara saya, adalah jawabannya.

*JENG JENG JENG*

Sebagai anak SMP akhir, adik saya, Putra, tentu harus bekerja keras untuk masuk ke sekolah incaran. Kepentok masalah zonasi, mereka harus benar-benar punya nilai yang bagus kalau kekeuh mau sekolah di sekolah tertentu. Yang lebih “membebankan”, nilai ujian mereka pulalah yang kelak akan menentukan jurusan di SMA: IPA atau IPS.

Putra anak yang pandai besi. Ibunya sudah membesarkan dua anak sebelumnya dengan sukses—dua-duanya masuk IPA dan berhasil bekerja di BUMN ternama. Putra yang bukan putri masih kecil pun kena beban otomatis: harus masuk jurusan IPA.

Putra pernah ketiduran di kelas karena kelelahan belajar, sampai-sampai temannya menjahilinya dengan mengelilinginya, lalu mendoakan surat Yasin sampai ia terbangun. Ibunya berubah menjadi “musuhnya” karena selalu mengawasi 24/7 agar dirinya belajar dan mengerjakan soal latihan, alih-alih mainan PUBG di kamar.

Hidup, bagi Putra, berubah seperti area pertandingan hidup dan mati.

Saya belum tahu keputusan akhirnya, apakah tahun ini Putra jadi anak IPA atau anak IPS. Namun, mengintip sentimen ibunya pada anak IPS, saya jadi bertanya-tanya: ini gara-gara stereotip atau mantannya si ibu dulu tuh anak IPS, sih???

Padahal, kalau dipikir-pikir lagi, perbedaan anak IPA dan IPS kan jelas: anak IPA nggak akan perlu mikirin pelajaran Ekonomi dan hitung untung dan rugi, sementara anak IPS nggak perlu mikirin pelajaran Biologi dan metamorfosis atau macam-macam sendi setiap makhluk hidup di dunia ini. Kalau dari mata pelajarannya aja beda, gimana bisa orang-orang bilang bahwa anak IPA jauh lebih pintar dari anak IPS, dah???

Seperti yang dijelaskan dalam thread apik berikut ini, semestinya kita memang perlu menyadari bahwa kecerdasan manusia itu beragam dan nggak seluruhnya dimiliki oleh masing-masing orang.

[THREAD]

Menyudahi Stereotip Anak IPA VS Anak IPS.

"Nak, nanti kamu harus bisa masuk kelas IPA ya.."
"Nak, pokoknya jangan sampe ambil kelas IPS ya. Disitu banyak anak nakalnya."

Familiar sama sentimen gini? Udah taun 2019, kupikir narasi yg seperti ini HARUS dihentikan. pic.twitter.com/Tuv0nwyyGu

— Widas 🇵🇸 (@WidasSatyo) June 28, 2019

Mantan pacar saya dulu anak IPA, tapi untuk menghitung uang kembalian waktu temannya lagi membayar utang aja dia suka memerlukan waktu agak lama. Dia malah tampak jauh lebih pede bicara soal tanaman, pupuk, dan apa pun yang berhubungan dengan lingkungan. Sahabat saya yang IPS, sementara itu, harus berpikir cukup pelan waktu saya tanya kapan rapat BPUPKI digelar, tapi dia paham sekali hitungan pajak, sampai ke detail-detail terkecilnya.

Maksud saya, bukankah menjadi anak IPA atau anak IPS tidak lantas mengubahmu menjadu superhero atau apa?

Guru BK saya pernah berkata, menjadi anak IPA atau IPS sesungguhnya bukan perkara gengsi dan mana yang lebih pintar. Ia adalah cara terbaik yang kamu pilih, yang menurutmu bakal lebih mudah dilalui.

“Kalau kamu merasa bakal lulus dengan nilai baik kalau ngerjain soal-soal IPA, ya ngapain masuk IPS? Begitu juga sebaliknya,” kata beliau. Saya cuma manggut-manggut.

“Jadi, kamu sudah memutuskan mau masuk jurusan mana?” tanya si guru BK, akhirnya, setelah mendengarkan keluh kesah saya yang cukup panjang.

Saya mengangguk yakin.

“Jurusan apa?” tanyanya lagi.

“Bahasa, Bu.”

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: anak IPAanak IPSSMAstereotip jurusanzonasi sekolah
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Uneg-uneg dari Guru yang Melihat 'Zonasi Buatan' demi Sekolah Favorit. MOJOK.CO
Kilas

Uneg-uneg Guru yang Melihat ‘Zonasi Buatan’ demi Sekolah Favorit

19 Agustus 2023
rekrutmen bersama bumn 2023 mojok.co
Ekonomi

26 Lowongan untuk Lulusan SMA dan SMK di Rekrutmen Bersama BUMN 2023

11 Mei 2023
sma muhammadiyah mojok.co
Pendidikan

7 SMA Muhammadiyah Terbaik di Indonesia Ada di DIY dan Jawa Tengah

28 April 2023
sma pradita dirgantara mojok.co
Pendidikan

Mengenal SMA Pradita Dirgantara Boyolali, Sekolah Gratis yang Siswanya Diterima 10 Kampus Top Dunia

13 April 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kadang, Merencanakan Pernikahan Jauh Lebih Rumit Ketimbang Mencari Pasangan Nikah

Jangan Takut Meng-Unfriend atau Mem-Block Orang Lain di Facebook

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Mengunjungi Lubang Buaya Jogja di Condongcatur, Tempat Dua Jenazah Tentara Ditemukan MOJOK.CO

Mengunjungi Lubang Buaya Jogja di Condongcatur, Tempat Dua Jenazah Tentara Ditemukan

27 September 2023
5 Dampak Kaesang Jadi Ketum PSI, Ada yang Berefek ke Jokowi MOJOK.CO

5 Dampak Kaesang Jadi Ketum PSI, Ada yang Berefek ke Jokowi

27 September 2023
Tanda-Tanda Ganjil Peti Mati yang Bakal Laku Buatan Tumiyo

Tanda-Tanda Ganjil Peti Mati yang Bakal Laku Buatan Tumiyo

25 September 2023
Beratnya Menjalin Hubungan Romansa dengan Cowok Beda Agama MOJOK.CO

Beratnya Menjalin Hubungan Romansa dengan Cowok Beda Agama

28 September 2023
Gedung BNI 46 dan Sejarah yang Tersembunyi di Titik Nol Jogja MOJOK.CO

Gedung BNI 46 dan Sejarah yang Tersembunyi di Titik Nol Jogja

29 September 2023
Mengikuti Ritual di Goa Langse Gunungkidul, Tempat Semedi Jokowi hingga Anies Baswedan di Pantai Selatan MOJOK.CO

Mengikuti Ritual di Goa Langse Gunungkidul, Tempat Semedi Jokowi hingga Anies Baswedan di Pantai Selatan

29 September 2023
petani jalan kaliurang enggan jual warisan.MOJOK.CO

Jalan Kaliurang: Ketika Petani Tua Enggan Menukar Tanah Warisan dengan Uang Receh 3,5 Miliar

25 September 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In