Rasanya Punya Saudara Kandung Bejibun kayak Keluarga Halilintar - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Rasanya Punya Saudara Kandung Bejibun kayak Keluarga Halilintar

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
30 Maret 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Ada dua kemungkinan orang nggak tertarik sama kisah keluarga halilintar. Pertama, lebih tajir. Kedua, punya saudara kandung yang hampir sama banyaknya.

Dulu, ketika Keluarga Halilintar mulai terkenal dan sering muncul di televisi, saya termasuk orang yang merasa biasa aja menyaksikan kemunculan keluarga ini.

Bukan, bukan karena keluarga mereka memang biasa aja, Keluarga Halilintar tetap luar biasa—jalan-jalan ke luar negeri, kaya raya, bahkan anak-anaknya kreatif semua. Mau bagaimana pun, hal itu harus diakui merupakan keunikan yang tak semua orang punya.

Hanya saja—sampai sekarang—saya menganggap; emang apa istimewanya punya saudara sebanyak itu?

Sampai kemudian saya punya kesimpulan sederhana. Jika ada orang yang tak merasa tertarik dengan kisah Keluarga Halilintar, bisa jadi ada dua kemungkinan.

Kemungkinan pertama, karena memang orang itu dari keluarga tajir yang tingkat ketajirannya mungkin melebihi Keluarga Halilintar. Atau kedua, punya saudara kandung yang jumlahnya mendekati atau melebihi jumlah anak-anak di Keluarga Halilintar.

Baca Juga:

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Pengakuan CPNS Resign Gara-gara Gaji Kurang dan Idealisme Terhalang. MOJOK.CO

Pengakuan Mereka yang Keluar dari CPNS karena Gaji yang Kurang dan Idealisme Terhalang

21 Februari 2023

Sayangnya, kok ya saya ini adalah kelompok yang kedua, bukan pertama. Ealah, nasib.

Yak tul, saya adalah anak dari pasangan orang tua yang punya anak 10 biji. Benar-benar genap 10 biji. Yah, kurang satu biji ketimbang keluarganya Halilintar sih. Tapi tetap aja itu kebanyakan biji.

Saya berani memakai diksi “kebanyakan” karena hampir setiap orang tanya, “kamu anak ke berapa emang?” lalu saya jawab, “ke sepuluh,” dengan ekspresi muka biasa aja. Rata-rata reaksinya langsung lebay, “Hah, sepuluh?”

Emang apa salahnya punya anak sepuluh? Mbok ya biasa aja. Saya lho biasa aja.

Pengalaman hidup bersama 9 saudara di rumah memang jadi hal yang biasa saja saat saya kecil. Sampai kemudian saya menyadari kalau bapak ibu saya memang agak kelebihan kalau soal jumlah anak gara-gara reaksi teman-teman saya selalu begitu.

Itu juga yang jadi sebab, ketika masih kecil saya sering dikatain Boboho karena merujuk film Cina tahun 1990-an berjudul Ten Brothers yang sedang booming saat itu. Padahal jelas, saat itu saya anak yang kurus. Ya maklum sih, jaman itu kan referensinya cuma film Boboho yang itu-itu aja.

Dengan keluarga 10, bapak saya yang PNS saat itu jelas tidak menjalankan titah Pak Harto dengan program KB-nya. Yah, bisa dibilang bapak saya sudah melawan rezim Orde Baru dengan jumlah anak melebihi 5 kali batas aman Pemerintah. Disuruh punya anak dua saja cukup, ini malah sepuluh. Ealah, ngelunjak, Pak, Pak.

Dengan 10 anak, rumah saya tentu saja ramai. Cuma sayangnya, keluarga saya tidak tajir kayak keluarga Gen Halilintar. Makanya, setiap jam makan, selalu ada ritual khusus. Ibu saya selalu meminta kami untuk makan bersama, duduk lesehan depan tipi. Persis kayak di sinetron-sinetron gitu.

Cuma bedanya, kalau adegan makan bareng keluarga di sinetron lauknya ingkung sampai tumpeng, keluarga saya mah paling cuma tahu, tempe, pete, terong, sama kadang telur dadar yang dibagi rata untuk 10 anaknya kalau pas hari gajian.

Alasan kenapa makan harus selalu bersama bukan mau sok akrab atau biar jadi keluarga percontohan, tapi cuma urusan sepele aja. Kalau makannya sendiri-sendiri repot. Nggak bisa dikontrol jatah makannya. Jadi makan bareng-bareng itu alasannya sangat prinsipil: biar irit.

Makanya, sekali masak untuk satu menu makan, ibu saya udah kayak koki buat acara kondangan. Tiga kali sehari selama puluhan tahun. Tentu dibantu juga dengan kakak-kakak saya yang udah gede. Nanti ketika kelar makan, baru anak yang kecil-kecil ikut nyuci piring.

Yakin dah, udah benar-benar kayak petugas sinoman. Cuma ini yang shift harian, dengan jadwal pagi, siang, malam. Nah, biar nggak ruwet dengan aktivitas “sinoman” itu, keluarga saya pada akhirnya harus memiliki jadwal piket per hari.

Hari Senin siapa yang harus nguras kamar mandi, hari Selasa siapa yang harus ikut bantuin ibu masak, hari Rabu siapa yang harus antar-jemput adik paling kecil. Begitu seterusnya. Dipajang di pintu kamar masing-masing. Udah kayak jadwal piket sekolah aja.

Di sisi lain, dengan jumlah keluarga segede gaban ini, usia saya dengan kakak pertama sangat jauh. Hampir 20 tahun. Hal ini kadang jadi masalah ketika kakak saya ngajak jalan-jalan.

“Lho, ini anakmu kok udah gede aja sih? Lahir kapan emangnya?” adalah pertanyaan normal teman-teman kakak saya ketika saya diajak.

Nah, jarak 20 tahun itu juga jadi penanda bahwa ibu saya mengalami periode hamil selama dua dekade tanpa putus. Jadi selama itu, ibu saya tak pernah tak hamil. Baru melahirkan kakak saya, nggak sampai satu tahun hamil lagi. Begitu seterusnya sampai saya lahir.

Jadi kalau ada acara kumpulan keluarga besar, hampir semua foto ibu saya posisinya sedang hamil. Udah kayak kebiasaan aja. Udah jadi lifestyle. Kalau nggak hamil ya bukan ibu saya berarti.

Bahkan kakak saya yang ke-7 lahir, ibu saya posisinya lagi tidur-tiduran santai di rumah. Baru mau dicarikan taksi, eh, tau-tau udah mbrojol aja tanpa dibantu siapa pun. Hal yang menunjukkan betapa pengalamannya ibu saya soal kehamilan. Bidan kuliah bertahun-tahun saya jamin bakal masih kalah sama ibu saya.

Lha gimana? Persalinan bisa suuaantai banget kayak orang boker atau bersin. Biasa aja.

“Hasyyin!” bukan ingus yang keluar, tapi anak.

Itulah kenapa, ketika anak pertama saya mau lahir, istri saya ngotot mau ditemeni sama ibu saya saat persalinan. Padahal wajarnya, calon ibu itu hampir selalu ingin ditemenin sama ibu kandungnya sendiri. Terutama kalau itu pengalaman melahirkan yang pertama.

Lha ini malah aneh, istri saya justru minta ditemeni ibu mertua.

Kata istri saya, “Ditemenin sama yang paling pengalaman aja, Mas. Sepuluh anak, bisa lahir normal semua je. Bidan satu Kecamatan juga belum tentu ada yang punya pengalaman kayak gitu.”

Hm, bener juga yak.

Terakhir diperbarui pada 30 Maret 2019 oleh

Tags: bidankeluarga halilintarPak HartoPNSten brothers
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

sekolah kedinasan mojok.co
Pendidikan

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Pengakuan CPNS Resign Gara-gara Gaji Kurang dan Idealisme Terhalang. MOJOK.CO
Geliat Warga

Pengakuan Mereka yang Keluar dari CPNS karena Gaji yang Kurang dan Idealisme Terhalang

21 Februari 2023
menantu idaman mojok.co
Uneg-uneg

Dua Kriteria Menantu Idaman di Desa Saya

13 November 2022
Panglima TNI Andika Perkasa, periksa 3 anggota TNI terkait kasus mutilasi ASN di Semarang
Kilas

Panglima Andika Perkasa Periksa Tiga Anggota TNI Terkait Mutilasi ASN di Semarang

12 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya

Menguak Makna Kata “Lucu” yang Misterius dan Sering Diucapkan Cewek

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023

Rasanya Punya Saudara Kandung Bejibun kayak Keluarga Halilintar

30 Maret 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang MOJOK.CO

Pesugihan Haji N Menyebabkan Kematian Massal Ibu-ibu di Rembang

16 Maret 2023
unair mojok.co

10 Prodi UNAIR yang Sepi Peminat dan Persaingannya Tidak Ketat

15 Maret 2023

Terbaru

massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

22 Maret 2023
Cerita Penjual Nasi Goreng Keliling yang Lebih Takut Jualan Menetap daripada Ketemu Hantu. MOJOK.CO

Cerita Penjual Nasi Goreng Keliling yang Lebih Takut Jualan Menetap daripada Ketemu Hantu

22 Maret 2023
RUU PPRT jadi inisiatif DPR

Sah Jadi Inisiatif DPR, RUU PPRT Harusnya Kelar Sebelum Lebaran, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

22 Maret 2023
pelaku mutilasi mojok.co

Terjerat Pinjol, Pelaku Mutilasi di Pakem Sudah Rencanakan Pembunuhan

22 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Jenazah korban mutilasi di rumah duka. MOJOK.CO

Psikolog UGM: Ada Dua Tujuan Orang Melakukan Mutilasi

22 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In