Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Manusia Atma Jaya: Tentang Salon Sang Ratu dan Toleransi kepada Transpuan

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
13 Februari 2020
A A
atma jaya transpuan salon sang ratu MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Atma Jaya mengajari kita memanusiakan manusia, lewat program Yes, I Can berwujud Salon Sang Ratu. Aksi mulia mengikis stigma negatif transpuan dan kaum marjinal.

Betapa mengagumkannya kekuatan sebuah kata. Sejak kapan kamu mengenal kata “transpuan”? Saya sendiri baru mengenalnya ketika membaca tentang program Yes, I Can! yang digagas Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) bersama Pusat Penelitian HIV/AIDS (PPH) Unika Atma Jaya mengenai pemberdayaan transpuan, pekerja seks, dan anak jalanan.

Kata “transpuan” sudah bisa kamu gunakan untuk menyebut saudara-saudara kita yang dahulu disebut sebagai waria. Dulu, kata waria digunakan untuk menghaluskan istilah “banci” dan “bencong”. Banci merujuk kepada laki-laki yang bertingkah laku dan berpakaian sebagai perempuan.

Kata “banci” dan “bencong” menjadi simbol keterasingan. Sebuah kata untuk menyingkirkan mereka yang berbeda. Sebuah kata yang sukses mengiringi terbangunnya sebuah sterotip kalau waria itu perlu disingkirkan. Waria tidak sepantasnya mendapatkan tempat di kehidupan sosial. Padahal, mereka sama seperti saya dan kamu, mereka manusia.

Kita, sebagai manusia Indonesia, yang bangga betul dengan Pancasila dan menyembah kata toleransi, ternyata masih sulit melihat perbedaan yang jelas ada di tengah masyarakat. Kata toleransi terlalu melekat kepada perbedaan agama saja. Padahal, mereka dengan preferensi tertentu juga pantas dibagi kemewahan kata “toleransi”.

Pusat Penelitian HIV AIDS (PPH) Unika Atma Jaya bersama dengan VOICE INDONESIA, meresmikan Sang Ratu Salon di Kampus 1 Semanggi. Hal menarik lain salon ini sepenuhnya dikerjakan oleh teman-teman transpuan.

Mau tau lebih lanjut ulasannya? Kunjungi https://t.co/OIx5x8EUE0 pic.twitter.com/YxwNFR9Cp6

— Unika Atma Jaya (@UnikaAtmaJaya) February 13, 2020

Oleh sebab itu, saya ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada civitas academia Atma Jaya. (PPH) Unika Atma Jaya berani menggunakan kata “transpuan” untuk lebih menghaluskan lagi perbedaan. Mengajari kita sebuah istilah purba yang berbunyi: memanusiakan manusia.

Program Yes, I Can yang digagas PPH Unika Atma Jaya merupakan cara nyata serta kreatif untuk mengikis perbedaan dan keterasingan. Para transpuan diberi sebuah lingkunga terbaik untuk merasakan nikmatnya “dianggap sebagai manusia”. Cara kreatif itu bernama Salon Sang Ratu.

“Mari kita singkirkan isu negatif tentang transpuan, pekerja seks dan anak jalanan, menjadi manusia yang betul-betul punya kompetensi,” ujar Prof. Irwanto, Ph.D, Psikolog, koordinator program Yes, I Can!

Transpuan, pekerja seks, dan anak jalanan menjadi kelompok yang termajinalkan. Mereka sangat sulit diterima dalam kelompok terbesar yang disebut masyarakat. Pekerja seks, misalnya, selalu berposisi sebagai korban, dieksploitasi, tanpa diteliti latar belakang dan kondisi jiwanya.

Tentu kamu masih ingat dengan tingkah anggota DPR yang mencoba menyedot atensi masyarakat dengan “mengorbakan” pekerja seks. Posisi itulah yang disiapkan untuk transpuan, pekerja seks, dan anak jalanan. Posisi terjauh dari hangatnya interaksi sosial. Berada dalam kotak tersendiri. Sebuah kalimat disematkan di atas kotak tersebut. Bunyinya: “Awas, mereka berbeda!”

PPH Unika Atma Jaya memberikan lingkungan terbaik bagi transpuan untuk diterima. Tunggal Pawestri, seorang aktivis gender, membagikan sebuah kabar yang membahagiakan. Tunggal bercerita bahwa berkat program PPH Unika Atma Jaya, transpuan mendapat perlakuan yang baik dari civitas academia, mulai dari mahasiswa, satpam, dan dosen.

Dapat tambahan info dari @polemicalchiks bahwa teman-teman Transpuan selalu mendapatkan perlakuan yang baik mulai dari mahasiswa, satpam dan dosen di Atma sejak @pphatmajaya melakukan intervensi untuk berdayakan teman-teman

— Tunggal Pawestri (@tunggalp) February 13, 2020

Tentu ini kabar baik. Sebuah aksi nyata, kreatif–aksi yang baik–bakal menular. Mengajari kita bahwa mereka juga “manusia” dan punya kompetensi.

Iklan

“Intinya melalui program ini merubah kebiasaan orang dari kelompok marjinal (anak jalanan, pekerja seks dan waria) menjadi seorang yang bisa bekerja, dilatih, dan ada sertifikasinya. Yang menjadi tantangan adalah menentukan kriteria targetnya,” ungkap Evi Sukmaningrum, M.Si., PhD., Kepala HIV/ AIDS Unika Atma Jaya.

Cara terbaik untuk memperlakukan transpuan dan kaum marjinal lainnya adalah dengan sebuah pengakuan. Kamu bisa belajar langsung ke Pondok Pesantren Al-Fatah, Kotagede. Ustaz Arif Nuh Safri, pengasuh pondok, transpuan harus dipandang sebagai manusia yang memiliki hak hidup serta beragama. Tak pelak, kehadiran sosok seperti Ustaz Arif pun menjadi oase bagi puluhan waria yang ingin belajar tentang agama.

Pada 2010, saat masih menjadi guru di Sekolah Menengah Akhir Universitas Islam Indonesia (SMA UII), Yogyakarta. Ustaz Arif diajak oleh Murtidjo, rekannya untuk mengunjungi pesantren transpuan. Murtidjo termasuk pendamping pertama sejak pesantren transpuan berdiri pada 2008. Waktu itu, pesantren tersebut masih terletak di kawasan Notoyudan, tepatnya di rumah seorang transpuan bernama Maryani.

Ketika melihat para transpuan yang serius mengaji, Ustaz Arif terenyuh. Beliau langsung menawarkan diri untuk ikut mendampingi belajar agama. Saat itu, sangat sulit mencari ustaz yang mau mengajar transpuan secara sukarela.

Awalnya, Ustaz Arif canggung dan gelisah. Beliau pun mengakui kalau dirinya belum bebas sepenuhnya dari stigma transpuan. Seiring waktu, pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, ini bisa memahami.

“Di situ pentingnya lita’arafu, saya memaknai lita’arafu bukan hanya kenal-mengenal saja, tetapi juga memahami. Nah, cara terbaik memahami orang tentu saja dengan berdialog. Kalau sekadar mengenal, saya juga kenal Pak Jokowi dari media. Tapi, kan saya ndak memahami beliau,” katanya.

Selama mengajar, Ustaz Arif menyadari transpuan sulit diterima masyarakat. Mereka sangat susah masuk ruang-ruang sosial. Akibatnya, banyak yang sulit mendapat pekerjaan. Kondisi inilah yang memaksa mereka untuk bekerja di jalanan, seperti mengamen dan nyebong.

Tak hanya soal pekerjaan, bahkan dalam ruang ibadah seperti masjid pun, transpuan kerap memperoleh sikap diskriminatif dari masyarakat. Hal ini yang membuat Ustaz Arif makin menaruh simpati.

Perubahan yang ideal terjadi secara dua arah. Transpuan dan kaum marjinal lainnya juga punya hal diterima masyarakat. Paling tidak, sekali lagi, ini menjadi cara kita bersama untuk mau menerima atau paling tidak “ada” untuk mereka yang marjinal.

Untuk kamu ketahui, Salon Sang Ratu terbuka untuk siapa saja, tidak terbatas kepada civitas academia Atma Jaya saja. Tarif Salon Sang Ratu pun terjangkau. Untuk potong dan cuci rambut, kamu hanya perlu membayar Rp30 ribu. Untuk creambath, cuma Rp40 ribu. Masih sangat terjangkau.

Bagi saya, Salon Sang Ratu bukan alat mencapai kestabilan ekonomi kaum marjinal. Salon Sang Ratu seperti sebuah inkubator sosial. Sebuah alat untuk mengajari kita bahwa sesama manusia sudah selayaknya saling menghargai. Tidak ada yang lebih menyakitkan selain keberadaanmu dianggap tidak ada.

Terima kasih Atma Jaya.

BACA JUGA Mengajar Ngaji dan Santrimu Waria Semua atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 24 September 2025 oleh

Tags: Anak Jalananatma jayabancibencongKampuspekerja sekssalon sang ratustigmatranspuan
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

ponpes al fatah.MOJOK.CO
Ragam

Hak Prerogatif Tuhan di Ponpes Waria Al Fatah

14 Juli 2025
snbp mojok.co
Kampus

Siswa Terpintar di SMA Jatim Tiga Kali Pindah Kampus karena Salah Jurusan, Nyaris Berakhir DO

20 Maret 2025
4 Tradisi Ospek Kampus yang Dianggap Mahasiswa Surabaya dan Semarang Sudah Tidak Perlu Ada Lagi MOJOK.CO
Kampus

4 Tradisi Ospek yang Dianggap Tak Perlu Ada Lagi bagi Mahasiswa Baru, Tak Nemu Apa Pentingnya

7 Agustus 2024
mahasiswa unair surabaya.MOJOK.CO
Kampus

Mahasiswa UNAIR Surabaya Tak Mampu Sewa Kos, Demi Bertahan Hidup Kerja Serabutan hingga Makan Sisa Restoran

23 Juli 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.