ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Ketika Pelecehan Seksual Viral, Berbagai Kekonyolan pun Muncul Serentak

Bersuara untuk turut merespons pelecehan seksual viral juga perlu pakai otak... dan perasaan. Nggak perlu sok asyik.

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
6 Desember 2021
0
A A
ilustrasiKetika Pelecehan Seksual Viral, Berbagai Kekonyolan pun Muncul Serentak mojok.co

ilustrasiKetika Pelecehan Seksual Viral, Berbagai Kekonyolan pun Muncul Serentak mojok.co

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Media sosial gaduh mengiringi kasus pelecehan seksual yang viral. Berbagai kekonyolan, imbauan aneh, dan pihak-pihak sok tahu kemudian muncul.

Kasus kematian Novia Widyasari kembali melempar kita pada problem pelecehan seksual yang pelik, yang sebenarnya kerap terjadi namun sebagian besar orang menutup mata. Kekesalan demi kekesalan sudah sepatutnya kita rasakan. Justru kalau tak turut marah, patut dipertanyakan nuraninya di mana.

Sayangnya, setiap pelecehan seksual terjadi, banyak kekonyolan yang turut mengiringi. Memang menyebalkan, respons orang-orang tak terkontrol dan bikin jengkel. Satu hal yang membuat kita bisa menahan perasaan muntab adalah optimisme bahwa semua orang kini tengah belajar.

#1 Menanyakan pakaian korban

Pada masa-masa awal spill the tea ala Twitter bermunculan, korban pelecehan seksual selalu dihujani pertanyaan yang sama. “Pakai baju apa ketika pelecehan terjadi?” ini adalah pertanyaan yang paling tak elok meskipun kadang-kadang terdengar wajar.

Pertanyaan ini menggiring orang untuk melakukan victim blaming alias menyalahkan korban atas pakaian yang ia kenakan. Padahal, pelecehan seksual yang terjadi itu ya karena otak mesum pelaku, bukan karena pakaian korban. Tak terhitung jumlahnya korban yang mengenakan pakaian lengkap dan tertutup, tapi tak juga mampu menyelubungi otak mesum pelaku.

Memang, pakai pakaian tertutup itu baik jika dilihat dari pandangan moral dan agama. Tapi, pertanyaan macam ini nih yang bikin korban perlu menjelaskan apa yang dia kenakan setiap menceritakan apa yang dia alami. Hadeh, padahal nggak perlu. Pelecehan seksual sudah terjadi.

Alih-alih menanyakan pakaian, lebih baik tanyakan apa yang ia rasakan sekarang. Menenangkan, memberikan dukungan, dan membuatnya tidak merasa sendiri. Trauma sebagai korban itu nggak main-main, kecuali kalau korbannya pura-pura.

#2 Menghimbau perempuan untuk waspada

Klasik banget, semua anak perempuan sudah dinasihati tentang hal ini sedari mereka kecil. Imbauan untuk waspada memang nggak salah, mungkin maksudnya biar kayak Bang Napi. Tapi, bakal lebih tepat kalau energinya diarahkan buat mengedukasi orang-orang agar mereka nggak berbuat ngawur saat punya hasrat seksual.

Lagi pula, pelecehan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan, laki-laki juga. Pelaku pelecehan juga nggak terbatas pada laki-laki, perempuan juga. Intinya, kelakuan brengsek itu nggak pandang gender. Menuduh semua laki-laki punya otak mesum itu tak patut, hanya menghimbau perempuan untuk waspada juga kurang pas.

Tipis banget memang bedanya antara respons konyol dan respons bijak ketika pelecehan seksual viral. Ketahuilah bahwa masalah kekerasan seksual itu pelik dan perlu sikap hati-hati untuk menanggapi. Salah sedikit bisa membuka trauma dan miskonsepsi. Ini melatih kita untuk lebih peka dan jeli. Kepleset sedikit, maksud dan tujuan baik pun berujung blunder.

#3 Menganggap pelecehan seksual “cuma bercanda”

Menggoda orang yang lewat, menguntit, sampai mengajak orang lain tak dikenal melakukan kegiatan seksual itu bisa diartikan sebagai pelecehan seksual. Kita megenal terma ini dengan sebutan catcalling, bahasa Indonesia-nya memang belum ada saking “baru”-nya pemahaman ini di negara kita. Memangnya mau diartikan “panggilan kucing”? Uda Ivan Lanin saja masih belum menemukan padanan yang tepat.

Beberapa orang berdalih bahwa catcalling hanyalah sebuah candaan dan sapaan ramah. Aneh dong, kalau bercanda, korbannya kok nggak ketawa? Kebanyakan malah merasa takut dan terancam, sisi komedinya juga nggak ada. Kalau sapaan ramah, kenapa justru sering dilakukan kepada orang asing dengan cara kurang sopan? Dachlach. Pelecehan ya pelecehan.

#4 Korban dilaporkan balik dengan UU ITE

Ternyata upaya-upaya spill the tea di media sosial juga bisa jadi bumerang karena aturan hukum di Indonesia memang cukup ngehe. Sudah lama korban pelecehan seksual kesulitan mengadukan trauma yang mereka alami, mereka juga sulit menjerat pelaku dengan hukuman, baik hukum tertulis dan hukum moral. Mereka hampir tak punya amunisi untuk melawan.

Media sosial dianggap sebagai ruang untuk membebaskan diri, sayangnya ia tak sempurna. Ada saja celah “pencemaran nama baik” UU ITE yang dimanfaatkan pelaku untuk melaporkan balik korban. Seolah-olah korban harus punya bukti kuat yang sah secara hukum dulu baru bisa bebas menceritakan apa yang ia alami. N666eri.

#5 Harus jadi “delik viral” dulu baru diusut

Ah, nggak usah dijelasin. Kang bakso lewat nih.

BACA JUGA 7 Hal yang Bikin Netizen Muntab dalam Kasus Novia Widyasari dan artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 6 Desember 2021 oleh

Tags: delik viralkekerasan seksualkorban pelecehanmedia sosialNovia Widyasaripelecehan seksualspill the teaUU ITE
Iklan
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Melihat lebih utuh kasus pelecehan seksual difabel terhadap mahasiswi Mataram MOJOK.CO
Aktual

Melihat Lebih Utuh Kasus Pelecehan Seksual Difabel terhadap Mahasiwi di Mataram

4 Desember 2024
kekerasan seksual di ruang publik. Salah satunya pekerja hotel di Surabaya.
Ragam

Sulitnya Jadi Pekerja Hotel, Menghadapi Baby Boomers yang Mesum

25 Oktober 2024
Soal Kekerasan Seksual di ISI Jogja.MOJOK.CC
Aktual

Soal Kekerasan Seksual di ISI Jogja: Rektor Klaim Sudah Ambil Langkah Tegas, Tapi Nyatanya Pelaku Masih Bebas Berkeliaran di Kampus

29 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Fajar Junaedi: Kaprodi Ilmu Komunikasi UMY yang Mencintai Sepak Bola

Fajar Junaedi: Kaprodi Ilmu Komunikasi UMY yang Mencintai Sepak Bola

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Renungan sistem pendidikan sekolah hari ini atas Palagan Ki Hadjar Dewantara MOJOK.CO

Renungan atas Palagan Ki Hadjar Dewantara: Sekolah Hanya Sekadar Meluluskan tapi Belum Mendidik

15 Mei 2025
Merger Grab dan GoTo bisa sebabkan ledakan pengangguran MOJOK.CO

Ojol Jogja-Jateng Tolak Merger Grab dan GoTo karena Bisa Kurangi Pendapatan Driver dan Sebabkan Ledakan Pengangguran

13 Mei 2025
Bersyukur jadi lulusan SMK meski diremehkan karena lebih mudah cari kerja ketimbang sarjana MOJOK.CO

Lulusan SMK Diremehkan, Tapi Bersyukur Nasib Lebih Baik ketimbang Sarjana yang Banggakan Gelar tapi Nganggur

14 Mei 2025
Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB), Rico Juni Artanto. MOJOK.CO

Kedermawanan Alumni IPB bikin Asrama Gratis untuk Mahasiswa Kurang Mampu

16 Mei 2025
Cak Nun dan Komunitas Maiyah: Ruang Belajar dan Harapan yang Tak Pernah Padam | Semenjana Eps. 13

Cak Nun dan Komunitas Maiyah: Ruang Belajar dan Harapan yang Tak Pernah Padam | Semenjana Eps. 13

12 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.