Saya, Pemeluk Katolik, Menentang Kata Kafir Diganti Non-Muslim - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Saya, Pemeluk Katolik, Menentang Kata Kafir Diganti Non-Muslim

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
2 Maret 2019
0
A A
sulitnya-jadi-katolik-tanpa-simbol

Katolik Tanpa Simbol. (Mojok.co / Ega Fansuri).

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Rekomendasi mengubah istilah kafir menjadi non-muslim ini sungguh sia-sia belaka. Saya, sebagai penganut Katolik, menuntut istilah kafir tetap dipertahankan.

Sebuah dunia segala sempurna punya hikayat. Di sana, bentuk bibir setiap manusia satu ragam, yaitu membentuk sesungging senyum. Sudah default begitu, tidak bisa tidak. Setiap bayi yang lahir, selalu punya bentuk yang sama. Kekhasan ini sudah dimulai bermilenia yang lalu. Tidak ada yang tahu secara pasti. Namun satu hal yang pasti, semua manusia menikmati wabah senyum ini.

Sudah selalu tersenyum, pokok pembicaraan sehari-hari adalah soal bercocok tanam, merawat sapi dan kerbau, menengok orang yang sakit, hingga menjaga irigasi tetap lancar. Mereka akan gelisah, lalu tahu diri, ketika pokok pembicaraan sudah menyenggol soal agama. Mereka lantas berbisik-bisik, supaya tidak terdengar orang lain. Bahkan, saking risihnya, mereka tak mau berbicara soal agama.

Namun bukan berarti agama itu tidak ada. Mereka membicarakannya di ruang-ruang yang sunyi, di kamar-kamar tertutup. Seorang diri, mereka memuji Tuhan. Sebetulnya tidak sendirian, karena mereka sedang berkomunikasi dengan Tuhan. Secara intim dan terbuka. Agama adalah koridor tertutup, dan hanya terbuka kepada hati masing-masing, dan Tuhan masing-masing.

Mereka saling mengabarkan waktunya beribadah di jam-jam tertentu. Suaranya lantang, bergema ke segala penjuru negeri. Si pelantang punya suara merdu, memanggil karib dan saudara untuk segera beribadah. Ada lagi pemeluk agama lain, menggunakan semacam penanda yang berdentang setiap misa hendak dimulai. Gemanya lebih ringan, namun terdengar jelas di hati masing-masing pemeluk.

Antara pemeluk agama yang berbeda, mereka menggunakan panggilan yang sama, yaitu “saudaraku”. Tanpa sematan “non-“ atau “kafir” atau “bukan golongan kami”. Dunia segala sempurna itu memancarkan kebahagiaan dan kedamaian. Begitu seterusnya sampai akhir zaman tiba dan semua manusia pergi ke surga.

Baca Juga:

katolik dan kristen protestan mojok.co

Katolik dan Kristen Protestan Serupa tapi Tak Sama, Ini Beberapa Perbedaannya

14 Februari 2023
toleransi antarumat beragama di kotabaru

Toleransi Antarumat Beragama di Kotabaru Tak Sekadar Menyediakan Lahan Parkir

4 Mei 2022

**

Sebuah dunia bernama Indonesia punya hikayat yang berbeda. Kegaduhan dan konflik adalah bumbu. Namanya juga hidup, katanya tak menarik kalau tidak ada “bumbu”. Because life is never flat, katanya. Makanya, segala hal perlu diperdebatkan, bahkan sampai soal koridor privat, semacam agama, misalnya.

Baru-baru ini, Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU yang digelar di Ponpes Miftahul Huda Al Azhar, Citangkolo, Banjar, Jawa Barat, memberi beberapa rekomendasi. Salah satunya adalah menghentikan penggunakan istilah kafir. NU, lewat Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, menyarankan kita semua menggunakan istilah non-muslim, alih-alih kafir,

Said Aqil mengatakan istilah kafir tidak dikenal dalam sistem kewarganegaraan pada suatu negara dan bangsa. Maka setiap warga negara memiliki hak yang sama di mata konstitusi. Karena itu yang ada adalah non-muslim, bukan kafir.

Said Aqil mengisahkan, istilah kafir berlaku ketika Nabi Muhammad di Mekah, untuk menyebut orang yang menyembah berhala, tidak memiliki kitab suci, dan agama yang benar. “Tapi Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, tidak ada istilah kafir bagi warga Madinah. Ada tiga suku non-muslim di madinah, di sana disebut non-muslim, tidak disebut kafir,” kata Said menjelaskan.

Wah, sungguh menyejukkan kalimat Said Aqil dan rekomendasi dari NU. Terima kasih. Namun, perlu saya tegaskan di sini, saya, pemeluk agama Katolik, menolak istilah kafir dihapus.

Meminjam kalimat Abdul Moqsith Ghazali, “…penyebutan kafir dapat menyakiti warga non-muslim di Indonesia,” saya kira saya tidak tersakiti. Toh rekomendasi semacam ini muskil dilakukan. Alim ulama, ustaz, pemimpin agama Islam boleh merekomendasikan, tapi di akar rumput, tanpa perubahan yang radikal, rekomendasi itu pasti dianggap angin lalu.

Mereka yang sudah kadung dengan pemeluk agama di luar Islam, bakal sulit menerima rekomendasi NU. Ini bukan pesimif. Ini realistis. Lha wong namanya saja “rekomendasi”. Tidak dijalankan pun ya tidak kena yang namanya dosa.

Alasan kedua, kata kafir yang dianggap “menyakiti warga non-muslim di Indonesia” justru menjadi keuntungan bagi kami golongan kafirun. Bukankah doa mereka yang teraniaya itu lebih didengar oleh Tuhan? Makanya, tolong, jangan ambil jalan pintas kami ketika sedang memohon kepada Tuhan. Kami tidak perlu sampai nangis-nangis memohon, bahkan sampai mengancam.

Kami tinggal berbisik, “Bro, tolonglah murid-muridmu ini. Kami sedang dalam kesulitan.” Enak betulan. Sekali lagi, tolong jangan ambil jalan pintas kami.

Kalau memang ingin sebuah perubahan yang “radikal”, mengapa kita semua tidak menggunakan nama agama secara langsung sebagai rujukan. Alih-alih susah payah menggunakan non-muslim, mengapa tidak langsung bilang, “Mas Yama itu Katolik” bukan “Mas Yama itu non-muslim”. Oiya, saya baru ingat. Di dunia Indonesia, kalau bisa dibikin ribet, ngapain dipermudah.

Saya berani taruhan tabungannya Agus Mulyadi. Di luar sana, pasti banyak yang lebih suka disebut “Dia Hindu”, “Dia Buddha”, “Dia Kristen”, ketimbang disebut non-muslim. Lebih ringkas dan lebih mudah ditulis ketika bikin artikel.

Sebagai Katolik yang santai dan luwes, saya nggak masalah disebut kafir. Toh, sebutan itu tidak melunturkan kecintaan Tuhan kepada saya, dan demikian juga sebaliknya. Kata kafir juga nggak bikin saya lalu kejang-kejang, panas dingin, meriang, bisulan, dan gelisah.

**

Di sebuah persimpangan jalan menuju surga, warga dari dunia segala sempurna bertemu warga dari dunia bernama Indonesia.

Warga dunia sempurna, dengan rosario melingkar di lehernya: “Halo, saudaraku, ayo belok kanan. Ngapain belok kiri. Itu ke neraka, lho.”

Warga dunia Indonesia: “Santai saja, non-muslim. Kami sudah terbiasa, kok.”

-TAMAT-

Terakhir diperbarui pada 2 Maret 2019 oleh

Tags: KafirKatoliknon-muslim
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

katolik dan kristen protestan mojok.co
Sosial

Katolik dan Kristen Protestan Serupa tapi Tak Sama, Ini Beberapa Perbedaannya

14 Februari 2023
toleransi antarumat beragama di kotabaru
Liputan

Toleransi Antarumat Beragama di Kotabaru Tak Sekadar Menyediakan Lahan Parkir

4 Mei 2022
Gua Maria Sendangsono, tempat keramat yang jadi tempat ziarah umat katolik
Liputan

Gua Maria Sendangsono, Lokasi Keramat yang Jadi Tempat Ziarah Umat Katolik

17 April 2022
Buang Sesajen Warga di Lumajang sambil Teriak Takbir Itu Maksudnya Apa?
Pojokan

Buang Sesajen Warga Lumajang sambil Teriak Takbir Itu Maksudnya Apa?

9 Januari 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Mendikte Kebijakan Tuhan

Kepala Kena Gerimis Aja Sakit Kepala atau Migrain, Kalau Hujan-hujanan Kok Malah Nggak?

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
sulitnya-jadi-katolik-tanpa-simbol

Saya, Pemeluk Katolik, Menentang Kata Kafir Diganti Non-Muslim

2 Maret 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

kuliah politik di masjid

Jadwal Kuliah Umum Masjid Kampus UGM Selama Ramadan, Intens Bahas Politik

25 Maret 2023
rekomendasi 5 drakor politik

Rekomendasi 5 Drakor Bertema Politik, Cocok Buat Maraton Nunggu Buka Puasa!

25 Maret 2023
ciuman saat puasa mojok.co

Hukum Mencium Pasangan saat Puasa, Bikin Batal?

25 Maret 2023
perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023
Ketum PP, Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan komentar terkait larangan bukber pejabat di UMY, Jumat (24/03/2023). MOJOK.CO

Kata Ketua PP Muhammadiyah tentang Larangan Bukber Pejabat dan ASN

25 Maret 2023
Duduk perkara penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo. MOJOK.CO

Duduk Perkara Penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo

24 Maret 2023
alan Sunyi Kiai Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Dibuat Menjadi Misteri Abadi. MOJOK.CO

Jalan Sunyi Wangsa Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Menjadikan Leluhur Sebagai Misteri Abadi

24 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In