Dinasti Politik di Kudus: 19 Pasutri Bersaing Jadi Kades dan Manfaat Melawan Suami Sendiri - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Dinasti Politik di Kudus: 19 Pasutri Bersaing Jadi Kades dan Manfaat Melawan Suami Sendiri

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
20 November 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Ada 19 istri di Kabupaten Kudus yang maju jadi calon kades demi bisa melawan suami sendiri. Oalaah, kirain demi dinasti politik.

Kesetiaan istri sampai taraf level politik ternyata benar-benar diwakilkan oleh istri-istri pemimpin daerah di Indonesia. Salah satunya? Ibu Yati, calon kepala desa Jebreng, Gresik, Jawa Timur pada Pilkades 2019 lalu.

Bukan apa-apa, Bu Yati mencalonkan diri jadi kepala desa dengan satu tujuan mulia, yakni: menjadi istri sholehah. Bahkan tujuan ini pun dipasang jelas di poster kampanyenya.

Sebentar, sebentar. Hubungannya cita-cita istri sholehah dengan mencalonkan diri jadi kepala desa apa dong, Malih?

Oke, begini.

Ibu Yati yang sholehah ini mencalonkan diri karena tahu bahwa lawannya pada Pilkades 2019 di Gresik adalah Suja’i. Yang mana merupakan…

Baca Juga:

konsultasi pilkades ke dukun

Pilkades dalam Ingatan Saya, Cucuk dan Dukun adalah Kunci Kemenangan

24 Februari 2023
Sekda DIY, Baskara Aji di Kepatihan Yogyakarta, Jumat (27:01:2023) menyampaikan tuntutan perpanjangan masa jabatan Kades berpotensi meningkatkakan tindak korupsi. MOJOK.CO

Sekda DIY: Perpanjangan Masa Jabatan Kades Rentan Korupsi

28 Januari 2023

….

…suaminya sendiri.

Jadi kalau Bu Yati kalah, beliau akan secara otomatis bakal jadi istri sholehah karena mendukung secara harfiah suaminya jadi kepala desa.

Ya iya dong, kampanye pilihan kades untuk kalah mah gampang banget ya kan? Toh, pada akhirnya Suja’i betulan menang mutlak melawan istrinya sendiri.

Oke, mission accomplished. Suami jadi kades plus jadi istri sholehah. Combo.

Gilanya, model dinasti politik secara brutal ala suami-istri ini terjadi juga di Kabupaten Kudus. Tidak main-main. Terhitung sampai 19 pasangan suami-istri yang saling bersaing satu sama lain di Pilkades dan tersebar di 7 kecamatan. Wuih, ini gambaran peta politiknya jelas mbulet sekali kayaknya.

Lebih ngerinya lagi, sebenarnya ada 21 pasangan suami-istri yang saling bersaing. Dua istri kemudian diketahui mengundurkan diri. Mungkin karena lebih enak untuk fusion aja dengan kekuatan politik suaminya gitu.

Dan sama seperti kasus Bu Yati dengan Pak Suja’i, ke-19 kontestan suami-istri ini akhirnya dimenangkan oleh pihak suami semua. Wadoooh, kekuatan kepala keluarga di Kartu Keluarga kayaknya masih mengambil peranan nih.

Kasus yang bikin senyum kecut ini belum memasukkan peristiwa yang di Brebes (4 pasutri), di Jepara (1 pasutri), dan di Semarang (5 pasutri). Dan fenomena absurd ini terjadi pada 2019 semua. Wedyan.

Melihat model kayak gini sudah mulai jadi tradisi, tentu saja bikin kita penasaran. Memang keuntungan dari melawan suami atau istri sendiri dalam Pilkades itu apa aja sih? Nah, untuk inilah kami coba menganalisisnya.

Sportif

Sudah jadi tradisi di Indonesia dalam setiap kompetisi—dalam bidang apapun, pihak yang kalah suka suudzon sama pihak yang menang. Rata-rata pihak yang menang dituduh sudah bermain curang. Dari urusan politik, sepak bola, bahkan kontes dangdut.

Nah, berhubung dalam situasi politik desa ini ikatan antar pemilih sangat dekat, tentu dibutuhkan kompetisi politik yang sangat teduh. Sebisa mungkin jangan sampai ada black campaign apalagi sebar hoaks. Soalnya kalau sampai terjadi polarisasi, urusan tetangga bisa repot nih.

Oleh karena itu, ketimbang lawan politik berasal dari pihak lain, sudah benar kalau lawan politik muncul dari suami atau istri sendiri saja. Kan ini sudah sesuai dengan pepatah ala Dinasti Politik Cendana, “kalau bisa dari keluarga sendiri, kenapa harus orang lain?”

Nah, karena lawan politik adalah suami/istri sendiri, jelas tidak mungkin suami menyebar kampanye buruk soal istrinya, lebih-lebih istri juga tak mungkin kampanye yang mendegradasi citra suaminya. Maka yang terjadi adalah pertarungan politik yang suangat sportif di desa-desa itu.

Adem ayem kayak nggak ada apa-apa.

Lawan kotak kosong lebih susah

Hampir semua istri yang ikut-ikutan mencalonkan diri melawan suaminya punya alasan politis: karena tak ada calon lain yang mau maju melawan si suami.

Ini jelas kabar baik sekaligus kabar yang buruk. Kabar baik, itu artinya secara kekuatan politik si suami nggak ada lawan di desa tersebut. Jadi kabar buruk karena pihak penyelanggara Pilkades bisa memasukkan kotak kosong sebagai lawan.

Dan yang model beginian jelas bahaya sekali.

Masih ingat dengan yang terjadi saat Pemilihan Wali Kota Makassar pada 2018 silam? Pasangan Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi yang menjadi satu-satunya calon wali kota, kalah dari kotak kosong.

Meski menjadi satu-satunya orang paling berpengaruh di desa, bukan tidak mungkin sebenarnya ada silent majority yang tak mau ikut-ikutan sama Pilkades. Lalu ketika tiba-tiba ada kotak kosong, bisa saja kelompok ini mendadak muncul.

Nah, ketimbang melawan kotak kosong yang suaranya nggak bisa diprediksi kan ya mending melawan istri sendiri. Kalah-menang sama aja soalnya. Solusi yang brilian memang.

Bisa langsung rekonsiliasi

Tradisi rekonsiliasi politik menjadi tren baru usai dipertontonkan oleh Jokowi dan Prabowo. Masalahnya, di desa-desa dengan aroma Pilkades-nya, situasi ini nggak bisa terjadi semudah itu.

Justru karena selalu ketemu dan rumahnya berdekatan, aroma emosional politik dalam Pilkades malah sangat intens, akhirnya perpecahan yang terjadi sering berlangsung lebih merusak ketimbang ajang Pilpres.

Oleh karena itu, jika lawan politik berasal dari pihak yang berbeda, proses rekonsiliasi biasanya sulit terwujud, nah dengan melawan istri atau suami sendiri, maka sudah jelas proses rekonsiliasi itu bisa langsung dilakukan.

Soalnya, tim sukses dari dua kubu kan sebenarnya masih satu kelompok juga. Sama-sama teman—bahkan mungkin sama-sama saudara. Begitu Pilkades berakhir usai perhitungan suara, kelar semua deh perkembangan desanya.

Semua hepi, karena warganya nggak ada yang peduli.

BACA JUGA Dinasti Politik Mbulet ala Klaten atau tulisan Ahmad Khadafi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 20 November 2019 oleh

Tags: Desadinasti politikistrikadespasutriRekonsiliasisuami
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

konsultasi pilkades ke dukun
Podium

Pilkades dalam Ingatan Saya, Cucuk dan Dukun adalah Kunci Kemenangan

24 Februari 2023
Sekda DIY, Baskara Aji di Kepatihan Yogyakarta, Jumat (27:01:2023) menyampaikan tuntutan perpanjangan masa jabatan Kades berpotensi meningkatkakan tindak korupsi. MOJOK.CO
Kilas

Sekda DIY: Perpanjangan Masa Jabatan Kades Rentan Korupsi

28 Januari 2023
Kepala BPID Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Ivanovich Agusta dan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X di Kepatihan, Kamis (26/01/2023) menyampaikan tidak ada lagi desa tertinggal di DIY MOJOK.CO
Kilas

Disebut Provinsi Termiskin, DIY Tak Punya Desa Tertinggal

27 Januari 2023
kecamatan di sleman mojok.co
Kilas

5 Kecamatan Paling Sepi di Sleman yang Cocok untuk Pensiun

27 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
chelsea vs tottenham hotspur maurinho lampard Jose Mourinho Gantikan Pochettino Untuk Main Sulap Bersama Spurs MOJOK.CO

Jose Mourinho Gantikan Pochettino Untuk Main Sulap Bersama Spurs

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Untuk Kamu yang Berjuang Melawan Bullying dari Guru Sendiri

Dinasti Politik di Kudus: 19 Pasutri Bersaing Jadi Kades dan Manfaat Melawan Suami Sendiri

20 November 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023

Terbaru

manfaat puasa mojok.co

Pakar UGM: Berpuasa Baik untuk Kesehatan Mental

23 Maret 2023
rohana kudus pahlawan perempuan

Rohana Kudus: Bermula dari ‘Homeschooling’, Jadi Gemar Bikin Sekolah, Lanjut Jadi Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

23 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
surat pelaku mutilasi mojok.co

Isi Lengkap Surat Pelaku Mutilasi di Sleman Sebelum Tertangkap

23 Maret 2023
massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

22 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In