Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

3 Hal yang harus Kita Syukuri dari Baliho Puan Maharani “Kepak Sayap Kebhinekaan”

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
29 Juli 2021
0
A A
puan maharani
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Banyak yang nyinyir dengan baliho Puan Maharani yang Kepak Sayap Kebhinekaan itu, padahal baliho tersebut seharusnya justru disyukuri. 

Dalam perjalanan saat mengantarkan ayah mertua saya menjalani tindakan DSA di salah satu rumah sakit di Sukoharjo, sepanjang jalan, saya berkali-kali melihat baliho besar bergambar Puan Maharani dengan tulisan yang sangat mencolok “Kepak Sayap Kebhinekaan”. Tadinya saya pikir baliho tersebut memang hanya baliho lokalan yang terpasang di sekitaran wilayah Klaten dan sekitarnya yang memang merupakan “daerah merah”. Belakangan baru saya tahu kalau ternyata baliho tersebut terpasang bukan hanya di Klaten dan sekitarnya, melainkan juga di banyak daerah.

Di media sosial, orang-orang mulai sering membicarakan keberadaan baliho “Kepak Sayap Kebhinekaan” ini, utamanya setelah muncul kasus vandalisme saat seseorang mencoret-coret baliho tersebut dengan tulisan “Open BO”.

Meme-meme tentang baliho ini juga mulai muncul. Akun media sosial Indoprogress bahkan dengan selonya mengunggah gambar-gambar editan baliho tersebut dengan sangat jenaka.

Puan Maharani adalah saksi sejarah—bukan, dia adalah sejarah itu sendiri. pic.twitter.com/Yr2CIVpTlV

— IndoPROGRESS (@indoprogress) July 27, 2021

Banyak yang kemudian mengejek baliho tersebut, padahal, kalau dipikir-pikir, baliho Kepak Sayap Kebhinekaan itu seharusnya justru membuat kita bersyukur karena ada banyak kebaikan-kebaikan yang terkandung di dalamnya.

Bukti PDI Perjuangan sedang sangat ingin dekat dengan rakyat

Munculnya baliho Puan Maharani Kepak Sayap Kebhinekaan yang ada di mana-mana membuktikan bahkan PDI Perjuangan tengah menempuh cara yang pernah dilakukan oleh Rumah Makan Pringsewu. Jika Pringsewu memasang banyak plang di berbagai jalan dengan jumlah yang sangat banyak, maka PDI Perjuangan memasang baliho.

Kita semua tahu, dengan caranya itu, Pringsewu kini menjadi salah satu rumah makan yang paling membekas di benak banyak orang utamanya yang sedang dalam perjalanan ke luar kota, wabil khusus jika perjalanannya melintasi jalanan Pantura.

Nah, hal itu pula yang kini juga sedang ingin dirauh oleh PDI Perjuangan. Mereka ingin menjadi partai yang selalu ada di benak orang-orang, partai yang senantiasa dekat dengan masyarakat. Mereka pun mereplikasi taktik Rumah Makan Pringsewu.

Langkah tersebut sejauh ini sudah cukup berhasil. Walau banyak orang-orang yang kini menyinyiri baliho tersebut, namun setidaknya, itu menjadi bukti bahwa Puan dan PDI Perjuangan mulai di benak masyarakat luas.

Bukan mustahil jika setelah ini, kantor-kantor DPP PDI Perjuangan akan menyediakan fasilitas badut, sulap, dan juga kejutan ulang tahun untuk para kader atau simpatisan yang berkunjung ke kantor DPP seperti layaknya Rumah Makan Pringsewu.

Membuat masyarakat makin mencintai bahasa dan sastra

“Kepak Sayap Kebhinekaan” yang tampil dalam baliho Puan Maharani itu tak bisa tidak memang ikut mengerek minat masyarakat dalam mengolah perbendaharaan kata yang lebih nyastra dan puitik. Masyarakat bakal semakin paham dengan gaya-gaya majas metafora.

Masyarakat akan semakin sering belajar bahwa Bhineka itu ternyata punya kepak sayap. Ini hal yang sama seperti masyarakat yang jadi banyak belajar dengan ragam bahasa melalui kalimat-kalimat Anies Baswedan yang mengajarkan bahwa kebangsaan itu ternyata juga bisa ditenun, bahkan mungkin bisa diobras dan dibordir juga.

Maka, baliho “Kepak Sayap Kebhinekaan” ini diharapkan bisa berdampak pada makin banyaknya politisi yang mencoba mencari metafora-metafora baru dalam slogan-slogan kampanyenya. Misal “Mengalahkan tanduk kekuasaan”, “Memupuk bibit ketoleransian”, “Menanam fondasi Kepancasilaan”, dan lain sebagainya.

Pertanda bahwa setidaknya Puan belum akan jadi presiden atau wakil presiden

Ini adalah hal yang paling disyukuri. Rekam jejak membuktikan bahwa sejauh ini belum ada politisi yang getol memasang baliho dengan jumlah yang kolosal dan pada akhirnya berhasil menjadi presiden dan wakil presiden.

Kalau nggak percaya, coba tanya saja Cak Imin, eh Gus Ami.


BACA JUGA Menghitung Biaya Baliho Cak Imin di Seluruh Indonesia dan artikel AGUS MULYADI lainnya.

Terakhir diperbarui pada 29 Juli 2021 oleh

Tags: kepak syap kebhinekaanPuan Maharani
Iklan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

demokrat pdip mojok.co
Kotak Suara

Setelah Pertemuan Puan-AHY, Mungkinkah Demokrat Koalisi dengan PDIP?

19 Juni 2023
demokrat pdip mojok.co
Kotak Suara

Pertemuan AHY-Puan, Panas-Dingin Demokrat PDIP, dan Nasib Pencapresan Anies

13 Juni 2023
Ilustrasi Megawati Sukarnoputri (Ilustrasi Mojok.co)
Kotak Suara

PDIP Mau Gabung Koalisi Besar Asal Dapat Jatah Capres, Wajar?  

7 April 2023
RUU PPRT jadi inisiatif DPR
Kotak Suara

Sah Jadi Inisiatif DPR, RUU PPRT Harusnya Kelar Sebelum Lebaran, Apa Saja yang Perlu Diketahui?

22 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tukang parkir (jukir) liar di Surabaya bikin repot, tak seperti di Jogja MOJOK.CO

Jukir di Surabaya Bisa Ngajak Ribut dan Bikin Repot karena Uang Rp2 Ribu, Tukang Parkir Jogja Lain Cerita

15 Juni 2025
POCO X5 5G Nggak Jelek, cuma Nggak Tahu Malu Aja MOJOK.CO

POCO X5 5G Bukan Hape Jelek karena Pernah Menyandang Status Price to Performance, tapi Cuma Nggak Tahu Malu Aja

18 Juni 2025
Sarjana (lulusan S1) gaji kecil ngaku bergaji Rp10 juta biar bisa dipamerkan orangtua MOJOK.CO

Sarjana Gaji Kecil Ngaku Bergaji Rp10 Juta biar Bisa “Dipamerkan” Orangtua ke Tetangga, Berujung Repot dan Nelangsa

20 Juni 2025
Yamaha Mio 2011, motor matic yang tak cocok dipakai untuk pergi wisata. MOJOK.CO

8 Tahun Mengendarai Yamaha Mio Bekas Motor Kakak, Sudah Nggak Cocok buat Pergi Wisata dan Sering Bawa Sial tapi Tetap Berharga

16 Juni 2025
lolos CASN lebih menjanjikan ketimbang kuliah S3. MOJOK.CO

Merelakan Kuliah S3 usai Lolos CASN adalah Pilihan Realistis di Tengah Kondisi Negeri yang Semrawut, meski Penempatan Tak Sesuai Harapan

17 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.