Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Geliat Warga

Sarjana Pendidikan Ogah Jadi Guru Honorer, Lebih Memilih Jadi Guru Les karena Gajinya Jauh Lebih Masuk Akal!

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
26 April 2024
A A
Sarjana Pendidikan Ogah Jadi Guru Honorer, Lebih Memilih Jadi Guru Les karena Gajinya Jauh Lebih Masuk Akal.MOJOK.CO

Bagi Lulusan UNY, Kerja Sampingan jadi Guru Les Privat Lebih Menjanjikan: 10 Kali Upah Honorer(Mojok.com/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Guru les jadi pilihan paling masuk akal untuk meraup cuan bagi Titah dan Pertiwi. Gaji yang lebih manusiawi, kerja lebih ringan, serta masa depan lebih jelas jadi alasan mereka menekuni profesi ini. Seluruh keunggulan itu tak ada pada guru honorer.

***

Titah, lulusan IAIN Ponorogo angkatan 2019 ini adalah salah satu dari sekian banyak lulusan jurusan pendidikan yang ogah jadi guru. Alasannya karena fresh graduate macam dia akan berakhir jadi honorer, dan gaji honorer amat kecil, jelas tak cukup baginya. Akhirnya, dia memilih menekuni jadi guru les di Kumon, pekerjaan yang ia tekuni hingga kini.

“Jarak lulus ke kerja di Kumon, jujur gak ada jeda. Soalnya sebelum lulus, udah jadi asisten part time. Jadi, setelah lulus memang langsung ditawari untuk full time, mas. Alhamdulillah.”

Menurut Titah, menekuni pekerjaannya di Kumon, selain memang sudah dia tekuni sebelum lulus, karena gajinya lebih tinggi dari jadi honorer.

“Gaji part time-ku mungkin malah lebih banyak daripada guru honorer. Jadi ya mending jadi tutor Kumon. Kebetulan udah cocok sama lingkungannya juga sih, Mas.”

Beban administrasi juga jadi salah satu alasan Titah tak ingin menjadi guru sekolah. Beban yang lebih berat ketimbang mengajar membuat Titah tak berminat, apalagi mempertimbangkannya, meski gajinya cocok.

Masalah administrasi guru ini memang jadi momok terbesar guru masa kini. Dikutip dari detikEdu, Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan dan Pendidikan Guru, Iman Zanaetul Heri menyatakan bahwa platform pendidikan dan pembelajaran jadi masalah untuk semua yang terlibat dalam proses pendikan, dari guru hingga siswa. Beban administrasi jadi bertambah semenjak kemunculan platform-platform tersebut.

Honor guru les yang besar

Honor yang diterima guru les memang jauh lebih tinggi ketimbang guru honorer. Pertiwi, guru honorer di salah satu kabupaten di Jawa Tengah mengakui tersebut. sebagai guru honorer, dia hanya menerima 200-300 ribu per bulan. Itu pun kadang dirapel. Beda dengan jadi guru les, dia bisa menerima jauh lebih banyak dari itu.

“Aku seminggu ngajar les 4-5 kali seminggu, tergantung muridnya selo atau nggak sih. Kalau pas penuh, ya aku bisa mendapat 1 juta lebih. Tapi kalau kuhitung, gaji ngeles seminggu lebih banyak ketimbang jadi tenaga honorer sebulan.”

Pertiwi tak bisa mematok tarif tinggi, hidup di kabupaten kecil membuat dia susah untuk mematok tarif setinggi Jogja, tempat dia kuliah dulu. Tapi, tak berarti dia tak bisa sejahtera gara-gara hal itu.

“Yang aku dapat terlihat kecil karena memang aku nggak ngajar banyak orang. Untuk kelas privat, aku hanya mematok 35 ribu per orang, dan aku hanya ngajar 4 anak seminggu. Tapi kalau aku ngajar banyak orang, katakanlah 8 orang per pertemuan, dan ngajarnya seminggu 4 kali, ya jelas lebih banyak dari honorer lah.”

Kesibukannya di kantor bikin Pertiwi tak berani menerima terlalu banyak murid. Passion-nya memang mengajar, tapi seperti yang Titah katakan di atas, beban administrasi yang kelewat banyak sudah menguras tenaganya. Dia tak berani untuk mengajar terlalu banyak anak, takut tidak maksimal.

“Kalau maksa dan nggak maksimal, malah nanti reputasiku yang kena, Mas.”

Iklan

Masa depan simpang siur

Gaji guru honorer memang menyedihkan. Oleh karena gaji guru honorer ditanggung oleh APBN dan APBD, besarannya tergantung seberapa besar alokasi dana yang disediakan.

Menurut Detik, gaji guru honorer daerah berkisar 300 ribu-1 juta rupiah. Ini jelas jauh di bawah upah minimum daerah mana saja. Wajar kalau Titah menolak menjadi guru honorer dan Pertiwi masih harus jadi guru les setelah jam kerja selesai. Sebab, menurut perhitungan yang ada, gaji guru honorer nggak akan cukup. Hal ini bikin banyak lulusan jurusan pendidikan yang jadinya ogah lanjut jadi guru di sekolah seperti Titah.

Skill yang diajarkan di kampus memang bisa diaplikasikan untuk mengajar di tempat lain. Titah juga menjelaskan bahwa dia mengaplikasikan apa yang dia dapat selama kuliah di jurusan Tadris Bahasa Inggris IAIN Ponorogo. Tak jadi soal jika akhirnya dia tak jadi guru, sebab ilmunya masih terpakai.

Beda cerita untuk Pertiwi. Karena sudah telanjur nyemplung, dia tak punya pilihan selain menghadapi yang ada. Dia masih bertahan karena seniornya bilang ada kesempatan keterima P3K, jalan yang bisa ditempuh untuk “memperbaiki” nasib. Masalahnya adalah, info yang diterima simpang siur dan selalu ada kebijakan-kebijakan baru.

“Ada yang bilang nggak ada formasi guru, ada yang bilang ada. Ada juga katanya nunggu keputusan bupati kayak gimana. Kalau kayak gitu ya susah, kan ini mau pemilu.”

Rencana

Pertiwi berencana akan fokus jadi guru les misal memang tak ada harapan dari sekolah. Kebijakan-kebijakan yang ada bikin dia pesimis dan mulai memikirkan opsi. Passion sebesar apa pun, tidak sepadan jika hanya diganjar dengan gaji yang kelewat dikit.

Titah tidak kepikiran jadi guru meskipun gajinya cocok, sebab beban administrasi mengajar dia rasa tak sepadan.

Tapi andai mereka berdua pada akhirnya mau jadi guru full time, mereka harus menempuh PPG selama beberapa waktu, yang tetap saja tak memberi mereka kepastian perkara kesejahteraan.

Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Hammam Izzudin

BACA JUGA Selama Gaji Guru Tidak Naik, Universitas Pendidikan macam UNY Hanya Akan Jadi Pencetak Orang Miskin Baru

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Terakhir diperbarui pada 26 April 2024 oleh

Tags: guru honorerguru leskesejahteraan guru
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Hobi main game dan suka nulis otomotif.

Artikel Terkait

Guru tak pernah benar-benar pulang. Raga di rumah tapi pikiran dan hati tertinggal di sekolah MOJOK.CO
Ragam

Guru Tak Pernah Benar-benar Merasa Pulang, Raga di Rumah tapi Pikiran dan Hati Tertinggal di Sekolah

8 November 2025
PPPK Paruh Waktu, honorer.MOJOK.CO
Ragam

Beban Kerja PPPK Paruh Waktu Mirip ASN, tapi Standard Gaji Honorer: Nasib Guru Muda Makin Tak Jelas

13 Oktober 2025
Insentif Guru Pengurus MBG Membuktikan Ternyata Negara Bisa Menyelesaikan Masalah Kesejahteraan Guru, Cuma Nggak Mau Aja
Pojokan

Insentif Guru Pengurus MBG Membuktikan Ternyata Negara Bisa Menyelesaikan Masalah Kesejahteraan Guru, Cuma Nggak Mau Aja

2 Oktober 2025
Menderita saat menjadi guru honorer di sekolah negeri. Sejahtera saat menjadi guru di sekolah (SMP) Muhammadiyah karena gaji lebih manusiawi MOJOK.CO
Ragam

Hidup Menderita saat Jadi Guru Honorer di Sekolah Negeri, Usai Pindah ke Sekolah Muhammadiyah Berubah Drastis Jadi Sejahtera

5 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.