ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Bagi Warga Bantul Ajakan Bukber di Sleman Adalah Bentuk Diskriminasi dan Ketidakadilan, Apa Orang Jogja Utara Memang Egois?

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
15 Maret 2024
0
A A
3 Alasan Orang Sleman Malas Bukber ke Bantul, Selain Karena Egois dan Jogja Selatan Isinya Gondes.mojok.co

Ilustrasi 3 Alasan Orang Sleman Malas Bukber ke Bantul, Selain Karena Egois dan Jogja Selatan Isinya Gondes (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Ada banyak bentuk diskriminasi dan ketidakadilan yang terjadi sepanjang Bulan Ramadan. Bagi warga Bantul, DIY, bentuk yang selalu terjadi dan paling menyebalkan, adalah ajakan buka bersama alias bukber di wilayah Sleman. Kenapa demikian? 

**

Bagi Annisa Ramadhani (25), ajakan bukber selalu menjadi hal yang bikin dia deg degan. Namun, itu bukan karena ia malas ketemu teman-temannya. Bukber jadi ajang flexing, bukan juga jadi penyebabnya. Namun, perempuan yang tinggal di daerah Trimurti, Kecamatan Srandakan, Bantul, ini punya alasan lain yang nyatanya jauh lebih kompleks.

Tempat tinggal Nisa, sapaan akrabnya, boleh kita bilang, berada di Jogja bagian selatan. Meski enggak selatan-selatan banget seperti Poncosari, Srandakan yang jaraknya sejengkal saja dari bibir pantai selatan.

Karena rumahnya berada di bagian selatan, tentu ada berbagai masalah ketika ia diharuskan buat menghadiri acara yang sebetulnya enggak terlalu penting, tapi tak bisa juga ia tolak. Seperti bukber, khususnya bukber yang diselenggarakan di daerah utara, yakni Sleman.

“Aku enggak masalah ya dengan bukbernya,” kata mahasiswa S2 salah satu PTN Jogja ini, saat Mojok hubungi via sambungan telepon, Kamis (14/3/2024) kemarin. “Masalahnya itu ya kalau bukbernya di Sleman,” ujarnya. 

Dipaksa “mau” bukber di wilayah Sleman

Perkara perjalanan jauh dari selatan ke utara, sebenarnya sudah jadi makanan sehari-hari bagi Nisa. Bagaimana tidak, tiap harinya rata-rata ia menghabiskan waktu satu jam perjalanan dari rumah menuju kampusnya di Sleman. Artinya, jadi penglaju dari selatan ke utara sudah jadi jalan ninjanya selama menjadi mahasiswa.

“Udah lima tahun lebih aku jalani jadi penglaju selatan ke utara. Fine-fine aja,” kata warga Bantul ini.

Namun, bagi Nisa, persoalan bukber itu urusan lain. Kalau urusan kuliah, misalnya, ia rela menjadi penglaju karena itu sudah jadi kewajibannya. Tapi kalau bukber, sebenarnya itu persoalan antara penting dan enggak penting.

Disebut penting karena buat menjaga tali pertemanan. Belum lagi kalau teman-temannya adalah perantau, bisa jadi bukber jadi pertemuan terakhir mereka sebelum libur lebaran. Tapi bukber bisa juga jadi tak penting kalau agendanya itu-itu saja.

“Paling males kalau udah jauh-jauh datang, banyak teman yang sibuk main HP sendiri-sendiri. Ngumpul pas foto bareng aja,” keluh Nisa. Meski mengeluh, ia seolah tak bisa berkata tidak pada tiap ajakan bukber karena coba menghargai teman-temannya.

“Mau itu bukber alumni SMA, teman kuliah, kalau ada ajakan datang aja, sempetin. Enggak enak dan enggak bisa nolaknya. Kayak aku tuh udah dipaksa buat mau gitu.” 

Dari selatan ke utara, energi habis di perjalanan

Salah satu hal yang selalu bikin warga Bantul ini mengeluh tiap menerima ajakan bukber di wilayah Sleman adalah “energinya yang kerap habis di perjajalanan”. Bagaimana tidak, rata-rata ia harus menempuh satu jam perjalanan untuk sampai ke lokasi. 

Alhasil, buat memastikan datang tepat waktu, biasanya ngumpul sejak pukul setengah 5 sore, Nisa harus berangkat satu jam lebih awal. “Kalau yang tinggal di sekitaran lokasi bukber ‘kan enak. 10 menit, 15 menit sampai,” katanya. “Itupun belum termasuk persiapan lain. Apalagi kalau masih ada urusan di rumah. Ya minimal jam tiga itu udah kudu siap.”

Nisa juga mengaku, penderitaannya bisa dobel kalau bukber terselenggara di waktu weekday, hari-hari masuk kuliah. Kalau demikian, ia sudah seperti setrikaan, bolak-balik selatan ke utara seharian. Pagi ngampus, rada sorean pulang untuk mandi dan dandan, kemudian berangkat lagi untuk bukber.

“Makanya energi tuh sudah kerap habis di jalanan,” kata perempuan Bantul ini.

Melewati “lampu merah jahanam” demi bukber

Nisa ada benarnya juga. Kalaupun enggak terlalu lelah fisik, karena memang sudah biasa laju utara ke selatan, capek batin lah yang kerap ia rasakan.

Bayangkan saja, kalau dia hitung-hitung, jarak rumahnya ke tempat bukber rata-rata 40 kilometer jauhnya. Belum lagi kalau kesepakatan bukbernya ada di area Jalan Kaliurang. Udah jaraknya nambah jauh, masih harus nanjak pula.

Nisa sendiri mengaku masih bisa menoleransi satu jam perjalanan tersebut. Tapi yang bikin sebal, adalah hal-hal random yang sering ia alami di jalan.

Misalnya, buat ke lokasi bukber ada puluhan lampu merah yang harus ia lewati. Termasuk, jika ia lewat dalam kota, adalah Bangjo Concat dan Simpang Empat Pingit, dua lampu merah terlama dan terkenal paling menyebalkan di Jogja.

“Ada aja kejadian random. Dipisuhi pengendara lain lah, stres karena motor gak maju-maju lah. Rasanya ingin ikut misuh tapi ingat kalau lagi puasa,” kisahnya.

Buat hari-hari biasa, mungkin hal-hal seperti itu tak akan ia masukan hati. Namun, karena ini puasa, yang mana energinya sudah menipis dengan perut yang kosong, perasaan dongkol di jalanan tak bisa Nisa bendung.

Baca halaman selanjutnya…

Orang Sleman selalu bilang kalau ke Bantul itu jauh. Padahal,…

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 15 Maret 2024 oleh

Tags: Bantulbuka bersama di slemanbukber di slemanBulan Ramdhankeluhan warga bantulpilihan redaksiPuasawarga bantul
Iklan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merantau ke Jakarta.MOJOK.CO
Ragam

Kebayoran Baru Jadi Saksi Para Sarjana “di-Prank” Kemewahan Jaksel: Nekat Merantau Bermodal Ijazah S1, Berakhir Jadi Tukang Parkir Liar

19 Mei 2025
Hal-hal yang bisa dikerjakan lulusan S2 biar nggak nganggur dari lulusan S2 UGM MOJOK.CO
Ragam

Hal-hal Bernilai Cuan yang Bisa Dikerjakan Lulusan S2 daripada Ngeluh Susah Cari Kerja, Turuti Gengsi hanya Bikin Nganggur

19 Mei 2025
Sulitnya Pegawai Pinjol Menjelaskan ke Tetangga tentang Pekerjaannya: Ngaku Kerja di Bank hingga Jadi Sasaran Pinjam Uang.MOJOK.CO
Ragam

Sulitnya Pegawai Pinjol Menjelaskan ke Orang Tua soal Pekerjaannya: Ngaku Kerja di Bank hingga Jadi Sasaran Pinjam Uang Tetangga

16 Mei 2025
Ironi di Balik Perkantoran Mewah Slipi Jakarta Barat: Ijazah S2 Dianggap Tak Berguna, Pekerjanya Sengsara.MOJOK.CO
Ragam

Ironi di Balik Perkantoran Mewah Slipi Jakarta Barat: Ijazah S2 Dianggap Tak Berguna, Pekerjanya Sengsara

16 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Danau UNESA, Hiburan Orang Melarat Surabaya MOJOK.CO

Danau UNESA Memang Biasa Aja tapi Jadi Wisata Mewah bagi Orang Melarat Surabaya, Saingan dengan Tongkrongan Crazy Rich

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ironi di Balik Perkantoran Mewah Slipi Jakarta Barat: Ijazah S2 Dianggap Tak Berguna, Pekerjanya Sengsara.MOJOK.CO

Ironi di Balik Perkantoran Mewah Slipi Jakarta Barat: Ijazah S2 Dianggap Tak Berguna, Pekerjanya Sengsara

16 Mei 2025
Renungan sistem pendidikan sekolah hari ini atas Palagan Ki Hadjar Dewantara MOJOK.CO

Renungan atas Palagan Ki Hadjar Dewantara: Sekolah Hanya Sekadar Meluluskan tapi Belum Mendidik

15 Mei 2025
Hal-hal menyebalkan yang melekat pada mahasiswa UIN MOJOK.CO

Jadi Mahasiswa UIN Merasa Rendah Diri karena Kena Banyak Label Menyebalkan

13 Mei 2025
Mahasiswa UNY Sulit Menjelaskan ke Tetangga soal Kampusnya karena Kurang Populer, Mengaku Kuliah di UGM.MOJOK.CO

Mahasiswa UNY Sulit Menjelaskan ke Tetangga soal Kampusnya karena Kurang Populer, Mengaku Kuliah di UGM Biar Mudah Dipahami

19 Mei 2025
Cuti Bersama Melahirkan Kesenjangan, tapi Pekerja Tutup Mata MOJOK.CO

Cuti Bersama Melahirkan Kesenjangan di Dunia Kerja: Tidak Bisa Dinikmati oleh Semua Pekerja dan Ada Saja Perusahaan yang Semaunya

13 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.