Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Meski Penuh Risiko, Surabaya Masih Menjadi Kota Favorit Orang Malang buat Mengais Rezeki

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
12 Maret 2025
A A
Meski Penuh Risiko, Surabaya Masih Menjadi Kota Favorit Orang Malang buat Mengais Rezeki.MOJOK.CO

Ilustrasi - Meski Penuh Risiko, Surabaya Masih Menjadi Kota Favorit Orang Malang buat Mengais Rezeki (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Karena berbagai alasan, Surabaya menjadi kota yang penuh risiko bagi orang asal Malang. Kendati demikian, tak sedikit orang Malang yang memandang Surabaya masih menjadi kota terbaik buat mencari nafkah.

Bagi mereka, Kota Pahlawan adalah sebaik-baiknya tempat merantau. Segala risiko dan trauma tadi pun mereka kesampingkan demi mengais rezeki.

Trauma bentrok antarkelompok suporter

2017 mungkin menjadi tahun yang mencekam bagi Fadillah (26). Saat itu, ia baru dua bulan ngekos di Surabaya untuk kuliah si salah satu PTN.

Baru saja berbulan madu dengan kehidupan kuliah yang menyenangkan, ia sudah mengalami kejadian tak menyenangkan. Kos-kosan Adil, sapaan akrabnya, tiba-tiba disatroni banyak orang.

“Situasi di kos-kosan mencekam banget. Pintu-pintu pada digedor. Kami para penghuni diminta buat keluar sama orang-orang yang gedor,” kata Adil, Selasa (11/3/2025) malam.

Setelah mencari tahu, orang-orang yang gedor itu adalah kelompok suporter klub tertentu yang sedang melakukan sweeping nomor kendaraan. Entah apa yang menjadi pemicu aksi sweeping tersebut.

“Jujur, aku sama sekali nggak ngikutin bola. Apa lagi bola Indonesia. Aku nggak tahu apa yang lagi kejadian saat itu,” imbuhnya.

Sialnya, plat motor Adil L, asal Malang. Plat inilah yang menjadi incaran orang-orang yang menyerbu kosnya. Selanjutnya, kejadian pun makin mencekam. Beberapa orang menyeretnya ke jalan, ia nyaris di keroyok.

Untungnya, pemilik kosnya datang, mencegah aksi tersebut. Bapak kosnya menjelaskan kalau Adil datang cuma buat kuliah. Selama seharian itu juga, ia juga bilang Adil cuma di kos, tidak kemana-mana apalagi nonton bola.

“Aku dilepasin, selamat dari amuk massa. Tapi tetap saja, kejadian itu bikin trauma. Membekas banget,” tuturnya.

Milih nglaju dua jam Malang-Surabaya karena takut

Sejak kejadian itu, Adil pun takut ngekos di Surabaya. Meskipun belum ada lagi berita soal gaduh-gaduh antarkelompok suporter, ia kadung trauma. 

Alhasil, ia pun memilih untuk nglaju Malang-Surabaya sampai lulus kuliah. Tiap hari, perjalanan selama dua jam, atau total empat jam pulang-pergi, rela dia tempuh.

Ada kalanya, Adil memilih untuk motoran. Namun, ia juga kerap menggunakan opsi kereta api Penataran yang melayani jalur Malang-Surabaya.

“Dibilang boncos, jelas boncos. Dibilang capek, jelas capek. Tapi mau bagaimana lagi, namanya juga orang takut,” jelas Adil.

Iklan

Di penghujung masa kuliahnya, ia sedikit “terselamatkan” akibat adanya pandemi Covid-19. Kondisi itu bikin intensitasnya ke kampus jadi lebih sedikit. Segala kegiatan dialihkan ke daring, termasuk skripsi hingga masa wisudanya 2021 lalu.

Karena urusan perut, kembali berani tinggal di Surabaya

Setelah lulus kuliah, Adil kesulitan cari kerja. Baginya, itu menjadi persoalan yang umum selama masa pandemi. Sialnya, ketika situasi sudah membaik pun, dia masih lebih banyak nganggur.

“Di Malang susah banget cari kerja,” ungkapnya.

Sepanjang 2022-2024, Adil bercerita kalau dia cuma kerja serabutan. Ia mengandalkan kerja-kerja freelance yang hasilnya tak menentu. Sebab, sekalinya dapat tawaran kerja tetap, upahnya jauh di bawah UMR.

Sebagai informasi, per 2022-2024, UMR Malang berada di kisaran Rp2,9 sampai Rp3,2 juta. Sementara tawaran gaji yang ia terima kala itu mencapai Rp2,5 juta saja tidak.

Barulah di Agustus 2024 lalu, teman kuliahnya menawarinya pekerjaan di Surabaya. Melihat tawaran gaji yang lumayan, Adil pun apply lamaran dan diterima.

“Itu cukup dilema bagiku. Di satu sisi aku masih ada trauma tinggal di Surabaya. Tapi aku juga nggak mungkin tiap hari nglaju, bisa mampus di jalan.”

Setelah memantapkan tekad, Adil pun kembali yakin buat tinggal di Surabaya. Trauma masa lalu, ia buang jauh-jauh. Ia berpegang pada prinsip, kalau tujuannya merantau adalah buat mengais rezeki, bukan merusuh.

“Trauma masa lalu kalah sama urusan perut. Hahaha,” tawa lelaki yang sudah lima bulan ke belakang tinggal di Surabaya.

Di Malang anak mudanya susah cari kerja

Adil bercerita, orang-orang sepertinya tidak sedikit. Di luar sana, banyak orang Malang yang memang memutuskan merantau ke Surabaya. Bahkan, ia sampai punya grup WA yang isinya ratusan perantau Malang di Surabaya.

Mojok juga mengobrol dengan Ilham (31), lelaki asal Malang yang sudah 10 tahun lebih tinggal di Surabaya. Sejak kuliah hingga kini bekerja sebagai pengajar sebuah kampus swasta, Surabaya menjadi “rumah ke dua” baginya.

Menurut Ilham, Malang memang mengalami persoalan serius soal lapangan pekerjaan. Banyak pemudanya kesulitan dapat kerja. Sekalipun ada, gaji yang ditawarkan pun di bawah UMR. Oleh karena itu, mereka pada akhirnya memilih merantau.

“Dan kalau ditanya mengapa tujuannya Surabaya, karena peluang dapat kerjanya besar. Sekecil-kecilnya tawaran gaji di Surabaya, itu masih lebih mending daripada tawaran di Malang,” jelas Ilham, saat Mojok hubungi, Selasa (11/3/2025).

Sementara kalau ngomongin “risiko”, Ilham menjelaskan di manapun kita kerja pasti ada. Bahkan, 10-15 tahun lalu, sentimen orang Malang di Surabaya masih besar. Gesekan kerap terjadi.

Untungnya, beberapa tahun ke belakang ini sudah tak terlihat. Masyarakat kedua kota sudah lebih permisif dengan para pendatang.

“Orang sudah dewasa. Sudah mampu melihat kami datang ke kota orang itu mau cari makan atau mau merusuh. Alhamdulillah semua pihak sudah memahaminya,” pungkasnya.

Penulis; Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Jogja Masih Menjadi Pilihan Para Perantau Surabaya, Karena Punya Sesuatu yang Tak Dimiliki Kota Pahlawan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 14 Maret 2025 oleh

Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO
Kampus

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO
Ragam

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co
Aktual

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.