Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Pengalaman Orang Nganjuk Baru Makan Nasi Becek Setelah Dewasa, Makanan Khas yang Tak Terjangkau

Muhammad Ridhoi oleh Muhammad Ridhoi
4 September 2024
0
A A
nasi becek nganjuk.MOJOK.CO

Ilustrasi nasi becek Nganjuk (Ega/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tak semua warga lokal Nganjuk bisa menikmati nasi becek yang digadang-gadang sebagai makanan khas setempat. Harganya tak terjangkau, masih agak mending nasi banting.

***

Masyarakat Nganjuk ketika ditanya apa makanan khasnya, mayoritas pasti akan menjawab: nasi becek. Ya, memang nasi becek ini sebetulnya sudah memiliki branding yang kuat, apalagi di kalangan masyarakat atas. Tapi satu hal yang cukup menggelitik, 21 tahun saya hidup di Nganjuk, belum pernah menikmati makanan yang katanya “khas” ini.

Nasi becek yang disebut-sebut sebagai makanan legendaris di Nganjuk itu katanya punya sejarah sejak zaman kolonialisme. Tetapi, jujur saja setelah kemarin saya akhirnya memutuskan untuk mencoba, bagi saya rasanya tak ada yang istimewa.

Harga tak terjangkau, rasa standar

Hika (21) warga asal Nganjuk sepakat dengan saya. Ia menceritakan pengalamannya saat pertama kali menjajal makanan khas Nganjuk ini, kira-kira tiga bulan yang lalu. Menurutnya, dengan harga seporsi Rp28 ribu, tak membuatnya merasakan sesuatu yang spesial.

Hika bukanlah tipe orang suka dengan masakan gulai. Namun kala itu, ia merasa penasaran dengan kuliner yang digadang-gadang menjadi ciri khas Nganjuk itu. Dengan harga segitu, ia merasa kuliner itu tidak worth it untuk kalangan pelajar atau remaja yang belum kerja. Sesekali jika kepo dengan rasanya tentu boleh. Tapi bagi Hika sendiri, satu kali saja pernah merasakan sudahlah cukup.

“Sampe ibukku bilang ‘wis lah, wis nyoba yo uwis’ (udahlah, kalau sudah nyoba yaudah),” ungkap Hika saat Mojok hubungi pada Selasa (27/8/2024) siang WIB.

Berbeda dengan tempat Hika mencoba kuliner itu, saya sendiri melipir ke Jalan Ahmad Yani untuk mencobanya juga. Katanya, tempat itu adalah lokasi legendaris yang sudah berdiri sejak puluhan tahun.

Namun saya sendiri agak terkejut dengan harganya yang mencapai Rp35 ribu per porsi. Rasanya pun sebetulnya sama dengan gulai kambing yang biasanya saya makan ketika sedang ada hajat. Hanya saja, ada tambahan sate kambing di atasnya.

Malam harinya pun saya menceritakan ini ke teman-teman saya. Lantas, teman saya berceletuk, jika memang nasi becek seharusnya bukanlah makanan khas yang jadi primadona Nganjuk.

“Harganya tak sesuai UMK Nganjuk,” celetuk teman saya.

Seusai membincangkan nasi becek, saya diajak teman saya Yogi (20), untuk menjajal nasi banting, salah satu makanan khas Nganjuk juga. Waktu itu pukul 04.00 menjelang subuh, tepat ketika perut mulai terasa keroncongan setelah nongkrong semalam suntuk.

Nasi banting adalah nasi kucing versi Nganjuk

Saya dan Yogi memutari Jalan Ahmad Yani. Terlihat berjejeran penjual nasi pecel dan angkringan di sana. Tapi, perut saya bilang sedang tak ingin makan nasi pecel.

“Nasi banting, gimana?,” tanya Yogi kepada saya waktu itu.

Saya mengangguk. Sudah lama saya tak merasakan nasi banting. Bergegaslah kami ke angkringan yang sudah menjadi langganan saya ketika ingin nasi banting. Namanya warung kopi Pak Ji, tepatnya di depan Stasiun Nganjuk.

Saya duduk, memesan nasi banting dua bungkus dan secangkir kopi untuk mengganjal mata yang sudah mulai merasakan kantuk. Sedangkan Yogi memesan seporsi nasi pecel dan satu gorengan. Sembari menunggu pesanan, saya mengobrol ringan dengan si penjual. Penjualnya adalah pasutri, diketahui suami bernama Pak Ji, namun saya tak sempat menanyakan nama sang istri.

“Sudah lama jualan, Mas. Puluhan tahun,” ungkap Pak Ji ketika Mojok temui Minggu (18/8/2024) dini hari.

Ketika itu suasana warung masih sangat sepi. Sepertinya memang baru saja buka. Lanjut, saya langsung saja menyantap sebungkus nasi banting yang sudah di depan mata. Nasi banting ini saya pikir mirip dengan nasi kucing di angkringan Jogja. Porsinya kecil, namun jika habis dua bungkus tetap saja kenyang.

Meskipun tak ada daging kambing seperti nasi becek, tapi nasi banting ini sudah memiliki ciri khas kenikmatannya sendiri. Nasi yang pulen dan harum, dilengkapi oleh lauk mie dan tempe orek serta sambal teri. Tak lupa, saya mengambil dua buah tempe gembus agar lebih nikmat. Gorengannya pun juga cukup besar dengan harga hanya Rp1 ribu.

Setelah makan, saya beranjak untuk membayar ke Pak Ji. Pria yang kira-kira berumur 50 tahunan itu tampak sumringah.

“Nasi banting dua bungkus Rp6 ribu, gorengan tiga Rp3  ribu, sama kopi Rp3 ribu. Terus mas yang tadi nasi pecel Rp6 ribu. Jadi totalnya Rp18 ribu,” ucap Pak Ji.

Nasi Banting lebih cocok jadi primadona kuliner khas Nganjuk

Ternyata cuma Rp18 ribu saja saya sudah bisa mentraktir teman saya dengan kenyang. Saya berpikir, jika nasi becek seharga Rp35 ribu tadi saya bawa ke sini, sudah ada tiga teman yang mungkin bisa saya traktir.

Setelah itu saya menikmati nasi banting malam itu, saya bertemu dengan teman saya Habib (21). Saya menanyakan apakah ia pernah mencoba nasi becek yang katanya makanan khas Nganjuk itu.

“Belum pernah, lebih sering nasi banting. Aku sendiri merasa kalau nasi banting ini sebenernya khas e wong Nganjuk, bukan nasi becek,” ungkap Habib pada Minggu (18/8/2024) malam WIB.

Karena jika menurut Habib, nasi becek yang harganya selangit itu tidak mewakili masyarakat Nganjuk. Karena ia merasa kalau makanan khas itu adalah yang mewakili semua kalangan sosial di Nganjuk.

Bagi Habib, nasi banting adalah makanan khas yang seharusnya menjadi primadona kuliner di Nganjuk karena bisa menyasar berbagai kalangan. Sementara jika nasi becek yang digadang-gadang jadi makanan khas Nganjuk, ia yakin pasti banyak masyarakat Nganjuk yang belum pernah mencoba nasi becek seumur hidupnya, termasuk dirinya sendiri.

Penulis: Muhammad Ridhoi

Editor: Hammam Izzudddin

Liputan ini diproduksi oleh mahasiswa Program Kompetisi Kampus Merdeka-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (PKKM-MBKM) Unair Surabaya di Mojok periode Juli-September 2024.

BACA JUGA: Cerita Peruqyah di Jogja Sembuhkan Orang Katolik Kerasukan Pakai Doa Islam, Terbukti Ampuh tapi Ngeri Hadapi Iblis Terkuat

Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 4 September 2024 oleh

Tags: Kulinernasi bantingnasi beceknganjuk
Iklan
Muhammad Ridhoi

Muhammad Ridhoi

Artikel Terkait

Tongseng enthog Pak Badi Kudus, kuliner enak dari Kudus.
Kuliner

Tongseng Enthog Pak Badi Kudus, Kuliner Warisan Bapak untuk Anak yang Suka Touring

13 Mei 2025
Menjemput Rezeki Subuh di Masjid Al Aqsha Klaten.MOJOK.CO
Ragam

Menjemput Rezeki Subuh di Masjid Al Aqsha Klaten

23 Desember 2024
Sastra Boga dalam acara Festival Sastra Indonesia 2024. MOJOK.CO
Hiburan

Sastra Boga: Menyelami Sastra dalam Kuliner Tradisional Jawa

30 November 2024
Membaca Maksud Calon Bupati Nganjuk Ita Triwibawati Soal Inovasi Padi Jadi Beras MOJOK.CO
Ragam

Membaca Maksud Inovasi Calon Bupati Nganjuk yang Mau Ubah Padi Jadi Beras

29 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dekranasda Jawa Tengah bahu-membahu dampingi UMKM agar tembus pasar internasional MOJOK.CO

Bahu-membahu Dampingi UMKM Jawa Tengah agar Tembus Pasar Internasional

9 Juli 2025
Angkringan Jogja Pamornya Tak Akan Pernah Meredup, meski Harganya Tak Lagi Bersahabat

Angkringan Jogja Pamornya Tak Akan Pernah Meredup, meski Harganya Tak Lagi Bersahabat

7 Juli 2025
3 Strategi Menikmati Kopi Klotok, Ujung Tombak Wisata Jogja (Hammam Izzudin:Mojok.co)

Kopi Klotok Jogja Bikin Malas Warga Lokal, tapi Dicintai Wisatawan meski Harus Antre Panjang sambil Berdiri Sampai 1 Jam

6 Juli 2025
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin dalam acara asalha mahapuja di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. MOJOK.CO

Indonesia Tipitaka Chanting: Ribuan Umat Buddha di Candi Borobudur Belajar tentang Penderitaan dan Cara Mengakhirinya

7 Juli 2025
kampus di Indonesia.MOJOK.CO

Riset Kampus di Indonesia Cuma Jadi Sampah Ilmiah, Alarm Serius buat Binus hingga Unair yang Masuk Daftar Red Flag

9 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.