Lahir dari keluarga broken home, cari uang sendiri untuk sekolah hingga bisa kuliah, dan jatuh bangun bikin usaha. Belum lagi menjadi generasi sandwich yang harus mencukupi kebutuhan keluarga, hingga mendapat diskriminasi di dunia kerja. Jalan hidup seorang perintis asal Surabaya ini (benar) tak mudah, seperti yang dikatakan “bocil pewaris” itu kepadamu, tapi tak seperti kehidupan indahnya.
***
“Orang banyak pingin hidup yang aman, tapi tahu nggak, yang paling seru itu justru hidup sebagai perintis. Nggak ada yang nunjukin arah, nggak ada yang ngejamin hasil tapi justru itu letak asyiknya.” ujar Ryu Kintaro yang dijuluki “bocil pewaris” itu kepadamu.
Sontak, wejangan dari bocah 9 tahun ini viral dan mendapat banyak komentar. Sebetulnya, tak ada yang salah dengan kalimat Ryu. Dari segi struktur kalimat, perbendaharaan kata, intonasi, bahkan perilaku non-verbalnya. Semuanya terasa nyata, apalagi saat ia bilang: “Kamu bukan sekadar cari uang tapi kamu lagi bikin jalan supaya nanti orang tinggal lewat.”
Kalimat ini seolah menampar kehidupan orang dewasa yang hanya bekerja mengikuti sistem. Bangun pagi untuk bekerja sampai larut malam dan seperti itu setiap hari. Masalahnya, motivasi ini muncul dari mulut bocah 9 tahun yang hidupnya dari lahir sudah bergelimang harta.
Tak ayal, motivasi si “bocil pewaris” ini justru jadi ajang membanding-bandingkan, alih-alih membuat orang jadi semangat. Kalau orang Jawa bilang, “Wong liyo ngerti opo”. Dan Ryu, sebagai “bocil pewaris” dianggap tak sepadan untuk mengatakan kalimat tersebut. Apalagi bagi generasi sandwich seperti Diana.
Perintis tersiksa dari nol dan punya beban berlipat
Sebagai perintis yang memulai karier dari bawah, Diana (31) sebetulnya tak masalah dengan kalimat bocil pewaris di atas. Malahan, Diana cukup kagum dan tertarik dengan pola asuh orang tua Ryu. Anak sekecil itu sudah punya pemikiran yang dewasa.
Masalahnya, Diana tidak relate dengan kehidupan bocil pewaris ini. Ayah Ryu merupakan pendiri dari Makko Group, sebuah perusahaan otomotif sekaligus kuliner hingga pijat keluarga. Pemikiran positif Ryu tentu tak jauh-jauh dari didikan orang tuanya ini. Sementara, Diana berasal dari keluarga broken home.
“Jangankan diterima di sekitar, bahkan keluargaku sendiri saja sempat tidak menerima keadaanku. Dari zaman sekolah, aku sudah mencari uang sendiri untuk membeli kebutuhan sekolah hingga bisa kuliah,” kata Diana yang saat ini juga harus mencukupi kebutuhan keluarganya sebagai generasi sandwich.
Baca Halaman Selanjutnya












