Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Kiamat Sampah dan Hal-Hal Lain yang Mempercepat Bali Tak Layak Lagi Dikunjungi

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
26 Desember 2024
A A
Kiamat Sampah dan Hal-Hal Lain yang Mempercepat Bali Tak Layak Lagi Dikunjungi.MOJOK.CO

Ilustrasi SKiamat Sampah dan Hal-Hal Lain yang Mempercepat Bali Tak Layak Lagi Dikunjungi(Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ada misi khusus dalam perjalanan saya ke Bali selama kurang lebih satu pekan. Saya ingin membuktikan klaim dari salah satu lembaga riset perjalanan, yang menyebut Pulau Dewata tak layak lagi dikunjungi pada 2025 mendatang. Lantas, apa yang saya temukan?

***

Saya memulai perjalanan dari Jogja menuju Bali pada Senin (16/12/2024) sore. Sebelum berangkat, berhari-hari sebelumnya saya membaca satu hasil riset dari Fodor’s. Ia merupakan penerbit panduan perjalanan dan penyedia informasi pariwisata online asal Amerika Serikat. Di dalamnya, terdapat informasi terkini untuk lebih dari 7.500 destinasi wisata di seluruh dunia.

Pada November 2024, Fodor’s merilis buku tahunan berjudul “Fodor’s No List 2025”. Isinya adalah daftar tempat yang tak layak lagi dikunjungi di tahun 2025.

Alasannya bisa bermacam-macam. Bisa jadi karena lingkungan sudah rusak, sampah, ancaman keamanan, sampai peliknya birokrasi. Dan, yang membuat saya terkejut, Bali berada di urutan pertama.

Membaca temuan itu, saya agak bingung. Memang, kunjungan saya ke Bali bisa dihitung jari. Terakhir saya mendatangi pulau ini juga sudah sekitar empat tahun lalu. Saya pun melihat Bali melalui video dan foto di media sosial, yang mau diakui atau tidak, cuma menggambarkan bagus-bagusnya saja.

Memang, di media sosial juga kerap ditemui kelakuan turis-turis mancanegara yang begitu random yang mengganggu kenyamanan. Namun, kalau sampai pada kesimpulan Bali tak layak lagi dikunjungi karena hal-hal tadi, menurut saya cukup berlebihan.

Kiamat plastik di Bali

Salah satu klaim yang saya ingat betul dari temuan Fodor’s adalah “Bali mengalami kiamat plastik”. Masalah sampah amat disorot. Hal inilah yang, menurut mereka, membuat tempat ini tak lagi layak dikunjungi.

Membayangkan kiamat plastik atau krisis sampah, di kepala saya langsung terbayang Jogja. Saya lebih relate dengan masalah sampah di Jogja karena tengah mengalaminya sendiri. Sementara di Bali, saya belum bisa membuktikannya langsung.

Perjalanan saya dan rombongan ke Bali cukup memakan waktu. Apalagi, ada beberapa kendala selama perjalanan. Kira-kira 24 jam kami habiskan di dalam bus sebelum sampai di tempat penginapan.

Tempat penginapan kami tepat berada di jantung Pulau Bali. Lokasinya hanya beberapa jengkal dari bibir Pantai Kuta yang terkenal tak pernah mati itu.

Sayangnya, kami datang ketika musim hujan. Angin sedang kencang-kencangnya. Siang sampai malam hujan juga terus mengguyur. Tak ada waktu bagi kami untuk menikmati pantai.

Namun, dari sela-sela waktu luang di sini, saya pada akhirnya bisa mengamini klaim Fodor’s soal kiamat plastik di Bali. Pasalnya, secara langsung saya menyaksikan tumpukan sampah di banyak titik Pantai Kuta. Kebanyakan sampah yang sudah menggunung ini adalah plastik.

Bali, sampah bali.MOJOK.CO
Pemandangan tumpukan sampah plastik di Pantai Kuta (Mojok.co/Ahmad Effendi)

“Sudah berhari-hari sampahnya di situ. Karena kalau diangkut, nanti datang lagi ke situ,” kata seorang penjual Bakso Malang yang tiap malam berdagang di dekat Pantai Kuta.

Iklan

Penanganan sampah medioker

“Siapa yang harus disalahkan atas kondisi ini?” Kira-kira demikian tanya saya dalam hati. Kalau berdasarkan obrolan saya dengan masyarakat sekitar dan para tour guide, mereka menyebut ini kondisi yang “alami”. Sebab, kata mereka, sampah-sampah ini terbawa dari tempat lain–bukan dari Pantai Kuta.

Jika pun klaim ini benar, tetap saja itu tak menutup fakta bahwa krisis sampah di Bali memang sudah separah itu. Setidaknya ini jauh jika dibandingkan dengan pantai-pantai di Vietnam, Thailand, atau Maldives yang lebih bersih.

Kalau kata Fodor’s, sih, ini karena penanganan sampah yang amat medioker. Pemerintah setempat gagap dalam menghadapi lonjakan wisatawan. Sejak pandemi Covid-19 berakhir, kunjungan wisata di Bali meningkat 22 persen.

“Hal itu juga memberi tekanan luar biasa pada infrastruktur Bali. Pantai-pantai yang dulunya bersih, kini terkubur di bawah tumpukan sampah,” tulis Fodor’s melalui laman resminya, dikutip Kamis (26/12/2024).

Sebuah koalisi akademisi dan LSM bernama Bali Partnership, memperkirakan Pulau Dewata menghasilkan 1,6 juta ton sampah setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sampah plastik mencapai hampir 303.000 ton.

Bali, Pasar Seni Ubud.MOJOK.CP
Tiap tahunnya, Bali menghasilkan lebih dari 1 ton sampah – Foto Pasar Seni Ubud (Mojok.co/Aisyah A. Wakang)

Sayangnya, menurut temuan mereka, hanya 48 persen dari sampah-sampah ini yang dikelola secara bertanggung jawab. Bahkan, cuma 7 persen sampah plastik yang didaur ulang. 

Alhasil, kondisi ini mengakibatkan 33 ribu ton plastik masuk ke sungai, pantai, dan laut Bali setiap tahun, dan menimbulkan ancaman serius bagi ekosistem di pulau ini.

Destinasi wisata di Bali yang semakin menjengkelkan

Selain sampah, ada masalah lain yang menurut saya bikin Bali semakin menjengkelkan: toilet umum. Selama di Bali, amat jarang saya menjumpai toilet umum yang bersih–khususnya di SPBU. 

Bahkan, salah satu toilet umum di dekat Pasar Seni Ubud, kondisinya memprihatinkan: kotor, pesing, tak terawat, peralatan seperti flush closet dan bidet tak berfungsi. Bahkan saya “beruntung” karena menjumpai “sisa-sisa” pengguna toilet sebelum saya.

Sebenarnya hal ini juga sudah ditulis oleh Fodor’s. Menurut mereka, pemerintah setempat lebih memprioritaskan pengalaman turis-turis asing ketimbang wisatawan dalam negeri dan masyarakat lokal.

Akibatnya, pembangunan infrastruktur besar diutamakan tapi melupakan hal-hal kecil, seperti toilet umum, misalnya. Hal ini juga, yang menurut Fodor’s, mendorong sikap cuek masyarakat Bali terhadap wisatawan.

“Menjelajahi kota-kota yang penuh dengan wisatawan membuat frustrasi; bertamasya di kota-kota yang penduduk setempatnya tidak suka dengan kehadiran Anda membuat kesal,” tulisnya.

Di Bali, Mojok sendiri juga menemui Putu Ardana, aktivis lingkungan yang mewakili Bali dalam acara COP29 di Baku, Azerbaijan. Sudah sejak lama Putu menilai pariwisata di Bali telah kehilangan arahnya.

Putu Ardana, Bali.MOJOK.CO
Putu Ardana menyebut pariwisata Bali sudah hilang arah (Mojok.co/Aisyah A. Wakang)

Pariwisata dieksploitasi secara berlebihan atas nama profit. Kunjungan wisata, yang awalnya dia lihat sebagai “bonus”, kini malah ditempatkan sebagai hal utama. Pendeknya, selama hal itu mendatangkan keuntungan, maka eksploitasi pun seolah dibenarkan–meski ada banyak hal yang kudu dikorbankan termasuk kelangsungan alam dan budaya.

“Orang Bali tanpa kunjungan wisatawan itu tetap bisa bertahan hidup, makanya pariwisata itu sebenarnya hanya bonus. Tapi sekarang beda, alam dan budaya dieksploitasi demi keuntungan sebesar-besarnya,” kata alumnus UGM ini, Kamis (19/12/2024).

“Makanya, budaya di sini makin terkikis eksistensi dan esensinya, karena dijual demi kepentingan pariwisata,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Pengalaman Saya Menyusuri Kios-kios Pasar Seni Ubud di Momen yang Kurang Tepat

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 26 Desember 2024 oleh

Tags: Balipulau balisampahsampah plastikwisata bali
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Bumiku Lestari: Inovasi Bank Sampah yang Bisa Ditukar dengan Bahan Makanan Sehat
Video

Bumiku Lestari: Inovasi Bank Sampah yang Bisa Ditukar dengan Bahan Makanan Sehat

23 Oktober 2025
Guru SD dari Badung, Bali, menabung lama demi antar anak ke Audisi Umum PB Djarum 2025 Kudus MOJOK.CO
Ragam

Guru SD Bali Menabung-Seberangi Laut demi Anak Kejar Mimpi Bulu Tangkis di Kudus, Kebal Sorakan yang Menjatuhkan Mental

12 September 2025
Wisata di Bali anti ribet dengan eSIM MOJOK.CO
Kilas

Liburan ke Bali Tanpa Drama: Cukup eSIM, Sinyal Aman, Kantong Tenang

10 Juni 2025
Kuburan Desa Trunyan.MOJOK.CO
Ragam

Turis Bali Ketar-ketir di Kuburan Desa Trunyan, Bukan Diganggu Setan tapi karena Ulah Warganya

6 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.