Medsos Bisa Lahirkan Diktator dan Kubur Demokrasi
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
Home Kilas

Medsos Bisa Lahirkan Diktator dan Kubur Demokrasi

Arif Hernawan oleh Arif Hernawan
31 Mei 2022
0
A A
rektor uii mojok.co

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Sistem Informasi. (Dok. UII)

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Penguasa menggunakan media sosial (medsos) untuk memutarbalikkkan fakta bahkan menjadikan dirinya sebagai diktator. Agar ini tak terjadi, negara wajib menjaga iklim demokrasi yang tulen.

Pernyataan itu disampaikan oleh Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Sistem Informasi. Ia menyampaikan pidato ilmiah ‘Media Sosial: Penyubur atau Pengubur Demokrasi’, di kampus UII, Senin (30/5/2022).

“Media sosial, di satu sisi, memberikan harapan untuk membebaskan warga negara dari rezim otoriter. Tetapi, di sisi lain, media sosial dapat juga digunakan untuk melakukan represi atau memanipulasi opini publik, dan bahkan membangun kediktatoran,” tutur Fathul.

Tren penggunaan media sosial untuk manipulasi opini publik ini terjadi di hampir seluruh negara. Mengutip riset Universitas Oxford, Fathul menyebut kampanye dengan manipulasi media sosial terus meningkat dari 28 negara di 2017, 48 negara pada 2018, 70 negara pada 2019, dan pada 2020 ada 81 negara.

Pada 2020, bahkan ditemukan aktivitas pasukan siber di 70 negara. “Proses ini tidak hanya melibatkan pengguna manusia, tetapi juga akun terautomatisasi atau political bots untuk mengamplifikasi pesan dengan cepat. Studi menemukannya di 57 negara, termasuk Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga:

5 + 1 Rekomendasi Kaos Band Lokal untuk Denny Siregar

Secreto Site: Cara Gaul Berkirim Surat Kaleng 

Pengangguran adalah Takdir Buzzer Berkat Teknologi AI Bernama GPT-3

Di Indonesia, medsos digunakan untuk kampanye politik demi mengamankan kekuasaan melalui pemilihan umum, hingga pembentukan opini publik ketika proses revisi UU KPK dan UU Cipta Kerja. Menurutnya, banyak fakta membuktikan adanya penggunaan media sosial untuk tujuan manipulatif di Indonesia.

“Masalah menjadi semakin akut ketika sebagian para pegiat media sosial yang disering disebut dengan pendengung (buzzer) ini pun didanai oleh uang negara,” kata Fathul mengutip riset sebelumnya.

Kasus terbaru terjadi di Filipina. Awal Mei 2022, pemilihan presiden di sana dimenangi oleh Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr, anak diktator Filipina, Ferdinand Marcos.

Menurut Fathul, banyak analisis politik beredar bahwa kemenangan Bongbong tidak terlepas dari peran media sosial dalam menyebarkan informasi palsu oleh para pendukungnya.

“Informasi tersebut menyerang pesaingnya, Leni Robredo, dan menyebar melalui banyak kanal media sosial, terutama Facebook, TikTok, dan Youtube,” katanya.

Perkembangan terakhir juga menunjukkan bahwa keotoriteran tidak lagi dilakukan dengan menebar ketakutan dengan kekuatan militer, tetapi melalui pemutarbalikan informasi dan fakta

Aktor di balik keotoriteran varian baru itu adalah autokrat informasi (informational autocrat) atau diktator pemutarbalik fakta (spin dictator).

“Mereka adalah para pencabut ruh demokrasi yang sejati, meski label demokrasi tetap dipakai karena mereka berpura-pura bersikap demokratis,” ujarnya.

Fathul menjelaskan para diktator varian ini bahkan dicintai dan tidak ditakuti karena mereka populer dan menggunakan untuk mengkonsolidasi kekuasaan. Mereka juga menghindari represi kekerasan secara terbuka.

“Banyak kepala negara yang dimasukkan ke dalam kelompok ini, termasuk Singapura, Malaysia, Venezuela, Rusia, Turki, Hungaria, dan Peru,” ucapnya.

Dengan demikian, kerusakan demokrasi tidak disebabkan oleh para jenderal dan pasukan, tetapi oleh pemerintah yang terpilih. Kemunduran demokrasi hari ini dimulai dari bilik pemungutan suara.

“Kita tentu berharap, skenario suram seperti ilustrasi di atas, tidak terjadi di negara kita tercinta, Indonesia. Atas dasar itu, mitigasi dan solusi perlu dilakukan secara kolektif,” ujarnya.

Untuk itu, pengguna media sosial harus menjadi pemikir mandiri dan tidak mudah terbawa arus narasi publik, terutama jika kredibilitas informasi yang beredar tidak bisa diverifikasi.

“Negara mempunyai peran penting di sini untuk menjaga iklim demokrasi yang tulen. Warga negara perlu diberi ruang untuk menyampaikan aspirasinya,” katanya.

Jika ruang kekebasan berbicara dibuka bahkan dianjurkan, menurut Fathul, negara atau para pendukung penguasa negara tidak akan menjadi pengubur demokrasi. Penguasa negara pun tidak akan menjadi diktator pemutarbalik fakta (spin dictator), dengan semua potensi tindakannya.

“Karena berniat menjaga demokrasi yang tulen, mereka, antara lain, tidak mengambinghitamkan oposisi atas pelanggaran, tidak mengeksploitasi korupsi, tidak memalsukan demokrasi, tidak membangkrutkan oposisi, tidak memanipulasi citra kompetensi, dan tidak menyebarkan propaganda,” papar Fathul.

Reporter: Arif Hernawan
Editor: Purnawan Setyo Adi

BACA JUGA Politik Oligarki Menguat, Pembangunan Pariwisata Merenggut Hak Warga DIY dan kabar terbaru lainnya di KILAS.

Terakhir diperbarui pada 31 Mei 2022 oleh

Tags: buzzerdiktatormedia sosialmedsos
Arif Hernawan

Arif Hernawan

Jurnalis, penikmat film & musik.

Artikel Terkait

5 + 1 Rekomendasi Kaos Band Lokal untuk Denny Siregar MOJOK.CO

5 + 1 Rekomendasi Kaos Band Lokal untuk Denny Siregar

14 Juni 2022
Ilustrasi media sosial (Mojok.co/Ega Fanshuri)

Secreto Site: Cara Gaul Berkirim Surat Kaleng 

23 Desember 2021
Pengangguran adalah Takdir Buzzer Berkat Teknologi AI Bernama GPT-3 MOJOK.CO

Pengangguran adalah Takdir Buzzer Berkat Teknologi AI Bernama GPT-3

15 Desember 2021
ilustrasi Terlalu banyak Kejahatan Seksual, Nanti Jobdesc Dajjal Ngapain? mojok.co

Terlalu banyak Kejahatan Seksual, Nanti Jobdesc Dajjal Ngapain?

10 Desember 2021
ilustrasi Tutorial Klarifikasi untuk Influencer Blunder mojok.co

Tutorial Klarifikasi untuk Influencer Blunder

8 Desember 2021
ilustrasiKetika Pelecehan Seksual Viral, Berbagai Kekonyolan pun Muncul Serentak mojok.co

Ketika Pelecehan Seksual Viral, Berbagai Kekonyolan pun Muncul Serentak

6 Desember 2021
Pos Selanjutnya
Rontak-rantek Banyumas

Rontak-rantek, Menu dari 15 Rumput Liar di Baturaden yang Membuat Bule Tinggalkan Roti

Komentar post

Terpopuler Sepekan

rektor uii mojok.co

Medsos Bisa Lahirkan Diktator dan Kubur Demokrasi

31 Mei 2022
Lokasi 18 SPBU di Jogja untuk uji coba MyPertamina

Lokasi 18 SPBU di Jogja yang Jadi Tempat Uji Coba MyPertamina untuk Roda Empat

30 Juni 2022
Garuda Pancasila, Sudharnoto

9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah

26 Juni 2022
kecurangan SBMPTN

Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta

28 Juni 2022
Pertamina dan aplikasi MyPertamina yang bikin ribet rakyat kecil! MOJOK.CO

MyPertamina dan Logika Aneh Pertamina: Nggak Peka Kehidupan Rakyat Kecil!

29 Juni 2022
PPDB SMA/SMK DIY dan sekolah pinggiran kekurangan murid

PPDB SMA/SMK Ditutup, Sekolah Pinggiran di DIY Kekurangan Murid

30 Juni 2022
Teror Spirit di Puncak Bogor Hingga Makassar MOJOK.CO

Teror Spirit di Puncak Bogor Hingga Makassar: Antara Keriaan dan Kemarahan yang Tak terjawab

30 Juni 2022

Terbaru

Dwi Pertiwi: Legalkan Ganja untuk Medis Segera!

Dwi Pertiwi: Legalkan Ganja untuk Medis Segera!

4 Juli 2022
hotel di jogja mojok.co

Liburan Sekolah, Tingkat Okupansi Hotel di Jogja Meroket

4 Juli 2022
Perempuan Bernama Savitri

Perempuan Bernama Savitri

4 Juli 2022
Pendaftaran Kartu Prakerja

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 35, Pemerintah Siapkan Skema Offline

4 Juli 2022
trio lestari mojok.co

Glenn Fredly Tak Terganti, Trio Lestari Punya Cara untuk Selalu Hidupkan Sosoknya

4 Juli 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In