ADVERTISEMENT
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai

Strategi Baru untuk Pemenangan Pilpres Bernama Kabinet Imajiner

Puthut EA oleh Puthut EA
23 Februari 2018
0
A A
Kabibnet-Imajinasi-MOJOK.CO
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

[MOJOK.CO] “Kabinet imajiner adalah strategi baru yang bisa dicoba dalam pemilu. Jelas lebih sehat dan lebih layak tonton.”

Secara teoretis, ada banyak kemungkinan dalam laga pilpres 2019. Tapi, mari kita sederhanakan saja menjadi hanya ada tiga poros: poros Jokowi dengan dukungan PDIP dan beberapa partai lain yang sudah sejak lama merapat; poros Prabowo dengan dukungan Gerindra dan PKS; dan poros SBY. Kira-kira mirip dengan kontestasi Pilgub DKI, sekalipun tidak sama persis. Pilpres jelas berbeda dengan pilgub.

Soal kemungkinan SBY merapat ke PDIP, atau SBY merapat ke Gerindra, atau bahkan Gerindra merapat ke PDIP, kita tepikan dulu. Hal yang tidak bisa dimungkiri adalah poros di SBY itu potensial dan pernah diujicobakan pada pilgub DKI. Jadi poros di bawah kendali SBY faktual secara politik. Terlebih di beberapa survei, AHY sebagai salah satu nama yang dicuatkan oleh poros SBY, menempati urutan pertama untuk bursa capres.

Mari kita mundur sejenak. Ketika Jokowi terpilih sebagai presiden 2014 lalu, hal pertama yang langsung mengecewakan pemilihnya adalah ketika dia mengakomodasi banyak sekali perwakilan parpol di dalam kabinetnya. Padahal, pada masa kampanye, Jokowi sering mengeluarkan janji tidak akan bagi-bagi kursi.

Bagi yang paham bagaimana kekuasaan bekerja, apa yang yang dilakukan Jokowi tentu bisa dimengerti. Sebab pada praktek politik, dia butuh dukungan dari partai-partai. Tapi, hal tersebut tetap dicatat oleh masyarakat pemilihnya. Terutama oleh elemen masyarakat sipil yang sadar politik.

Setelah mundur sejenak, mari kita melangkah setapak. Dalam pilpres 2019, dengan perkiraan yang sudah disederhanakan di atas, 14 partai akan berkerumun ke dalam 3 poros. Dan partai-partai itu berkepentingan selain untuk mendulang sebanyak mungkin suara bagi partai masing-masing, juga pasti ingin menjadi bagian dari pemenang pilpres. Sebab ada adagium politik: Kalau tahu bakal kalah, untuk apa didukung.

Baca Juga:

Presiden Joko Widodo restui Kaesang jadi Ketua Umum PSI (Foto- Dok YouTube DPR RI)

Pengamat: Jokowi Bisa Jadi Nakhoda PSI Jika Hengkang dari PDIP

29 September 2023
Uji Klaim Prabowo Coret 2 Caleg Kasus Korupsi Gerindra: Ternyata Masih Terdaftar MOJOK.CO

Uji Klaim Prabowo Coret 2 Caleg Kasus Korupsi Gerindra: Ternyata Masih Terdaftar

21 September 2023

Dua hal itulah, yakni pengalaman masa lalu juga usaha meneropong konstelasi ke depan, menjadi dasar bagi ancangan strategi pemenangan pilpres. Ditambah, menurut semua survei, Jokowi sebagai inkamben belum dianggap aman untuk terpilih kembali.

Dalam kondisi seperti itu, salah satu strategi kampanye yang cukup ampuh dalam laga pilpres nanti, setiap poros bisa membuat semacam “kabinet imajiner”. Sengaja saya tidak menggunakan istilah “kabinet bayangan” karena istilah tersebut merujuk pada apa yang biasanya dilakukan oleh partai oposisi.

Kabinet imajiner ini berisi nama-nama orang yang dipilih dan dijanjikan akan menduduki posisi menteri sebagai bagian porsekot politik dari elite kepada masyarakat pemilih. Sehingga jika nanti memilih capres dan cawapres, masyarakat pemilih sudah punya bayangan akan seperti apa komposisi kabinet pasangan yang mereka pilih itu.

Dengan demikian, akan makin banyak cek dari elite kepada masyarakat pemilih yang sudah terisi ketika laga dimulai. Dengan demikian pula, keyakinan pemilih bisa dibuat makin tebal karena pada dasarnya mereka tahu bahwa implementor kebijakan adalah para menteri. Kompetensi para menteri dipertaruhkan. Dan nama-nama calon menteri di kabinet imajiner ini sekaligus akan menjadi mesin pendulang suara alternatif, selain mesin partai, ormas, dan organisasi relawan.

Bahkan para calon menteri yang namanya masuk ke dalam kabinet imajiner ini sudah bisa menyusun program strategis kementerian masing-masing. Sehingga debat pilpres nanti bisa sampai ke urusan aplikatif atau tidak, masuk akal atau tidak. Bahkan media massa bisa menggelar debat antar-menteri kabinet imajiner dari masing-masing calon. Dalam isu industri. misalnya, bisa digelar perdebatan antara menteri yang duduk di kabinet imajiner versi Jokowi, Prabowo, dan SBY. Demikian juga untuk bidang-bidang yang lain.

Lewat strategi kabinet imajiner itu pula, negosiasi antar-parpol cepat diselesaikan. Capres-cawapres berikut para elite parpol plus para timses berusaha sekuat tenaga menemukan orang-orang terbaik dan kompeten untuk mengisi posisi menteri di kabinet imajiner.

Para menteri terpilih juga bisa mulai bergerilya mendekati pihak atau lembaga yang punya kompetensi dalam isu tersebut, kemudian melakukan pemilihan isu strategis, lalu menurunkannya dalam bentuk program-program strategis.

Masyarakat pemilih kemudian bisa melakukan berbagai pertimbangan yang mengedepankan sikap rasionalitas. Mereka bukan sekadar memilih capres dan cawapres, tapi sekaligus memilah antara calon menteri satu dengan yang lain. Rasa tidak begitu yakin pada sosok capres dan cawapres tertentu, misalnya, bisa dibuat menjadi yakin karena figur-figur calon menteri yang ada di kabinet imajiner ini.

Dengan proses dan dinamika seperti itulah, wajah politik kita bisa makin sehat. Isu-isu tidak produktif seperti kebangkitan PKI, rasialisme, adu domba antar-anak bangsa, caci maki sembarangan, bisa diminimalisir. Sebab salah satu cara untuk mengusir jauh kampanye hitam adalah dengan mengisi sebanyak mungkin perdebatan dan olah pikir yang sehat, argumentatif, dan produktif.

Cairan hitam yang destruktif dan iritatif di bejana demokrasi kita bisa ditumpahkan keluar sebanyak mungkin dengan cara memasukkan sebanyak mungkin pula ramuan dan aneka bahan yang sehat dan bermanfaat. Salah satunya, dengan cara memasukkan nama-nama orang yang kompeten di kabinet imajiner dalam bejana demokrasi kita.

Terakhir diperbarui pada 23 Februari 2018 oleh

Tags: 2019ahyanalisisdemokratgerindrajokowikabnet imajinerMenteripdiprabowosbystrategi pemilustrategi pilpres
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Presiden Joko Widodo restui Kaesang jadi Ketua Umum PSI (Foto- Dok YouTube DPR RI)
Kotak Suara

Pengamat: Jokowi Bisa Jadi Nakhoda PSI Jika Hengkang dari PDIP

29 September 2023
Uji Klaim Prabowo Coret 2 Caleg Kasus Korupsi Gerindra: Ternyata Masih Terdaftar MOJOK.CO
Kilas

Uji Klaim Prabowo Coret 2 Caleg Kasus Korupsi Gerindra: Ternyata Masih Terdaftar

21 September 2023
Soal Alasan Demokrat ke Prabowo, Pengamat: SBY Belum Berdamai dengan Megawati MOJOK.CO
Kilas

Soal Alasan Demokrat ke Prabowo, Pengamat: SBY Belum Berdamai dengan Megawati

19 September 2023
Demokrat Dukung Prabowo, Berikut Ini Peta Poros Koalisi Parpol di Pemilu 2024. MOJOK.CO
Kilas

Peta Poros Koalisi Parpol di Pemilu 2024 Setelah Demokrat Dukung Prabowo

18 September 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
penculikan kiai dan ulama

Polisi Tangkap Para Penyebar Berita Hoax Penculikan Kiai dan Ulama

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Kaesang Pangarep Gabung PSI

Kaesang Pangarep Gabung PSI dan Aldi Taher Bikin Grup WA Mantan Istri Hebohkan Netizen

30 September 2023
Kaesang Jadi Ketum PSI, Pengamat: Bukti Kalau PSI Rapuh MOJOK.CO

Kaesang Jadi Ketum PSI, Pengamat: Bukti Kalau PSI Rapuh

28 September 2023
cara mandi wajib.MOJOK.CO

Cara Mandi Wajib yang Benar, Bukan Asal Gebyur Saja

1 Oktober 2023
Nama Universitas Terjelek di Indonesia, Kok Bisa Nggak Dipikirin ya Pas Bikin Nama MOJOK.CO

Nama Universitas Terjelek di Indonesia, Kok Bisa Nggak Dipikirin ya Pas Bikin Nama

29 September 2023
4 Kisah Pilu di Balik Gegap Gempita Sumbu Filosofi Jogja Jadi Warisan Budaya Dunia MOJOK.CO

Kisah Nestapa di Balik Gegap Gempita Sumbu Filosofi Jogja Jadi Warisan Budaya Dunia

26 September 2023
jurusan smk dicari perusahaan.MOJOK.CO

11 Jurusan SMK dengan Prospek Kerja Tinggi di Perusahaan

26 September 2023
Melacak Sejarah Grand Inna Malioboro, Hotel Termewah di Jogja Era Kolonial MOJOK.CO

Grand Inna Malioboro: Hotel Elit Tertua di Jogja, Tempat Persinggahan Charlie Chaplin

26 September 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In