MOJOK.CO – “Butuhku Sholawat Udu Maksiat!” Protes warga Sleman terkait pembangunan pusat hiburan malam semakin keras. Pemerintah mau diam saja?
Kalau membicarakan soal Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Jogja), mau tema apa saja, saya yakin 90% menyinggung soal Sleman. Sebuah kabupaten di utara Jogja ini memang terkenal karena banyak aspek yang positif.
Misalnya, Sleman adalah “rumah” bagi banyak mahasiswa dari segala penjuru Indonesia. Banyak orang juga mengenal kabupaten ini karena wisata alam yang aduhai. Dan kini, kita sama-sama mengenal Sleman sebagai “surga baru” bagi para penggemar hiburan malam.
Ibarat kata, saat Jogja masih sibuk dengan hiruk-pikuk kopi susu dan angkringan 24 jam, Sleman sudah mulai menjajakan kehidupan malam yang lebih… “berwarna”. Miris banget.
Sebuah kabupaten yang semakin miris
Kehadiran kafe-kafe dengan lampu remang, musik keras, dan tentu saja minuman beralkohol kini makin menjamur di Sleman. Seakan-akan, kita bisa menemukan tempat yang akan membuat malam semakin panjang di setiap sudut kampung. Padahal, semua ini adalah cara hidup yang sangat berbeda dari kultur lokal.
Kamu bisa menemukan kehidupan seperti ini di dekat kampus. Nggak usah jauh-jauh, di dekat UGM dan UNY, pemandangan malam itu sudah jadi hal yang biasa. Tinggal jalan ke barat saja, nggak sampai 15 menit, kamu sudah bisa menemukannya. Semakin miris karena tempat-tempat ini berdiri nggak jauh dari permukiman warga.
Warga menolak keras pembangunan pusat hiburan malam
Saya sendiri adalah warga asli Sleman. Rumah saya ada di utara Pasar Cebongan. Saya kaget dan terhenyak ketika mendengar akan ada pembangunan Liquid di daerah Kronggahan. Tentu saja masyarakat tidak setuju. Kami menolak dengan keras!
Pembaca bisa melihat banyak poster dan spanduk penolakan di lampu merah perempatan Kronggahan. Semua poster dan spanduk itu berisi penolakan keras.
Berbagai tulisan terpampang, bagai menjerit pada pemangku kebijakan. Misalnya:
“Kronggahan Menolak Tempat Hiburan Malam!”
“Desa Tentram Bukan Hiburan Malam.”
“Butuhku Sholawat Udu Maksiat!”
Ada juga poster yang menyinggung pemanfaatan tanah kas desa. Kenapa tanah kas desa malah dipakai untuk maksiat? Sleman mau dibawa ke mana, sih?
Mulai merambah daerah yang jauh dari pusat Kabupaten Sleman
Rencana pembangunan tempat hiburan malam di Kronggahan muncul sejak 31 Agustus 2024 yang lalu. Saat itu, ketika melintas di sana, saya sudah melihat beberapa poster penolakan.
Tentu isu ini langsung menjadi obrolan hangat di tongkrongan. Saya sebagai generasi muda Sleman, merasa sangat heran. Kok hiburan malam kini sudah menjamur di berbagai tempat?
Anehnya, pembangunan hiburan malam ini muncul di titik-titik di Sleman yang agak jauh dari pusat kota. Maksudnya apa?
Saya juga merasa heran dengan wilayah saya. Pasalnya ada juga tempat hiburan dengan skala kedai-kedai kecil. Saat saya mencoba mengitari wilayah Sleman bagian barat, dari Denggung sampai Seyegan, dan beberapa tempat sekitarnya, saya menemukan banyak kedai yang berkamuflase dan menjajakan miras. Yang menjadi soal adalah kok tiba-tiba ada tempat seperti ini?
Baca halaman selanjutnya: Sleman kini bukan lagi Sleman yang dulu.