Selamat Datang di Era Post-Truth yang Bikin Takut Kualat - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Selamat Datang di Era Post-Truth yang Bikin Takut Kualat

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
30 September 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Uniknya, memercayai kabar hoaks sebagai kebenaran dalam era post-truth sering kali berkaitan erat dengan kondisi emosi sosial masyarakat.

“Aksioma:  pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian.”

Seorang teman menuliskan kalimat di atas dalam sebuah cuitannya. Tidak ada yang spesial, sebenarnya, karena saya tahu betul si Teman memang sedang menuliskan definisi-definisi kata bahasa Indonesia yang tidak terlalu familier. Namun, seolah sepakat dengan isi timeline saya yang rata-rata membahas perihal penolakan RUU dan aksi massa pada DPR, mau tidak mau saya jadi merenungi makna kata “aksioma” ini.

Hari-hari belakangan ini, gelombang kabar dan berita menyeruak dan tumpah ruah di lini masa media sosial. Soal aksi massa pekan lalu, misalnya: ada yang bilang ini murni gerakan independen mahasiswa dan masyarakat umum, ada juga yang bersikukuh meyakini gerakan rakyat telah ditunggangi pihak tertentu. Kabar soal ambulans membawa batu, kerusuhan yang disengaja, sampai diskusi publik yang telah diskenariokan, semuanya muncul mendadak dan tidak masuk akal seperti mantan hujan deras di musim kemarau.

Sulit membedakan mana kabar berita yang akurat dan valid, mana yang cuma sekadar hoaks numpang lewat. Di banyak grup WhatsApp keluarga, kabar-kabar hoaks malah disebarluaskan, lantas diyakini jadi kebenaran—persis sebagaimana dijelaskan oleh kata “aksioma”.

Baca Juga:

Pengangguran adalah Takdir Buzzer Berkat Teknologi AI Bernama GPT-3

Video TikTok Sindrom Bukan Contoh Berita Hoax tapi Parodi. Gini lho Cara Bedainnya…

Jumlah Kasus Corona Terus Naik, Begitu Pula dengan Jumlah Hoax Terkait Corona

Taburan Aksioma di Era Post-Truth

Rasanya tak bakalan adil kalau menyebut nama “aksioma” tanpa menyinggung era post-truth. Nama post-truth sendiri bahkan telah didapuk menjadi word of the year dalam Kamus Oxford per tahun 2016. Dikutip dari Geotimes, istilah ini pertama kali digunakan oleh Steve Tesich dalam artikelnya yang berjudul The Government of Lies dalam majalah The Nation.

Tesich menggunakan latar belakang Skandal Watergate Amerika (1972-1974) maupun Perang Teluk Persia untuk menggambarkan apa yang ingin ia sampaikan: situasi masyarakat yang nyaman hidup dalam dunia yang penuh kebohongan. Semua pernyataan bohong dianggap sebagai kebenaran dan—itulah, Saudara-saudara—apa yang dinamakan dengan era post-truth~

Uniknya, memercayai kabar hoaks sebagai kebenaran dalam era post-truth sering kali berkaitan erat dengan kondisi emosi sosial masyarakat. Dengan kata lain, berita “abu-abu” yang disebarkan cenderung punya satu tujuan: menggerakkan emosi publik agar sebuah kelompok dapat memperoleh dukungan yang lebih besar lewat simpati massa.

Bagaimana Internet Turut Andil Melahirkan Post-Truth

Internet membawa banyak sekali informasi kepada manusia. Di era ini, pengetahuan baru segera menjadi sesuatu yang instan dan mudah.

Sayangnya, sesuatu yang instan ini dibarengi dengan mager-nya kita semua untuk memilah-milah informasi. Asal muncul di timeline dan di-retweet sama teman, informasi baru langsung dianggap valid. Di grup WhatsApp keluarga, setiap hari ada pesan terusan yang dibagikan bapak, ibu, om, dan tante—semuanya dianggap sebagai kebenaran, setidaknya oleh separuh isi grup. Ckck!

Ada satu “rahasia” umum di era post-truth: yang menjadi sorotan pada sebuah berita bukan lagi soal “apakah-ini-kabar-hoaks-atau-bukan”, melainkan seberapa jauh berita ini viral dan menjadi perbincangan banyak orang.

Pengamat media Wisnu Prasetya Utomo, dalam artikel Selamat Datang di Era Post-Truth, menyebutkan bahwa era post-truth bukan hanya ditandai dengan beredar luasnya berita hoaks di media sosial. Perlu diketahui, yang menjadi salah satu korban utama dalam fenomena ini adalah media dan jurnalisme.

Sebagai penyambung kabar pada publik, media dan jurnalisme kerap menghadapi kebimbangan saat berhadapan dengan pernyataan-pernyataan bohong para politisi. Tapi, yah, politisi-politisi ini memang suka aneh sendiri, kok. Semakin banyak berita bohong yang disebar, malah semakin populer mereka, bahkan hingga mendatangkan benefit.

Eits, jangan ketawa—Donald Trump saja berhasil jadi presiden, ingat kan?

Omong-omong soal Donald Trump, The New York Times bahkan telah merancang metode tersendiri untuk melakukan pemeriksaan fakta, menanggapi pernyataan yang dikemukakan oleh sang Presiden. Yah, daripada ikut-ikutan menyiarkan kebohongan, mending sedia payung sebelum hujan, kan?

Di Indonesia, upaya menghadapi gelombang hoaks dalam era post-truth  ini salah satunya dengan adanya upaya Cek Fakta (seperti pada laman cekfakta.com) yang juga diadakan oleh banyak media online di Indonesia. Tujuannya apa?

Tentu saja sudah jelas: biar kita nggak capek-capek debat sama bapak, ibu, om, atau tante di grup WhatsApp keluarga. Takut kualat.

BACA JUGA Dandhy Laksono-Ananda Badudu Ditangkap, Penyebar Hoaks Ambulans Bawa Batu Malah Aman atau tulisan Aprilia Kumala lainnya.

Tags: berita hoaksbohongcekfaktaera post-truthhoax
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

Pengangguran adalah Takdir Buzzer Berkat Teknologi AI Bernama GPT-3 MOJOK.CO

Pengangguran adalah Takdir Buzzer Berkat Teknologi AI Bernama GPT-3

15 Desember 2021
kpi

Video TikTok Sindrom Bukan Contoh Berita Hoax tapi Parodi. Gini lho Cara Bedainnya…

25 Juni 2020
corona

Jumlah Kasus Corona Terus Naik, Begitu Pula dengan Jumlah Hoax Terkait Corona

17 April 2020
yasonna laoly hoaks tanjung priok harun masiku petisi pemecatan jokowi tempo mojok.co

Yasonna Laoly Sebar Hoaks, Bicara Ngawur, Lalu Sekarang Bawa-bawa Tuhan

23 Januari 2020

Ternyata Buzzer Adalah Wujud ‘Kentungan Hidup’ di Pos Ronda

1 Oktober 2019
bubur menjadi nasi - MOJOK.CO

Mengubah Bubur Menjadi Nasi adalah Pekerjaan yang Sia-Sia

26 Agustus 2019
Pos Selanjutnya
Tagar Turunkan Jokowi Berkali-kali Coba Tunggangi Aksi Mahasiswa

Kerusuhan Wamena: 33 Orang Tewas, Gubernur Papua Minta Maaf

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Selamat Datang di Era Post-Truth yang Bikin Takut Kualat

30 September 2019
Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Asrama mahasiswa Sumatra Selatan, Pondok Mesudji dalam sengketa di pengadilan. Mahasiswa menilai ada campur tangan mafia tanah.

Mahasiswa Sumsel di Asrama Pondok Mesudji Jogja Terancam Pergi karena Mafia Tanah

11 Agustus 2022
Lampu merah terlama di Jogja. (Ilustrasi Ega Fansuri/Mojok.co)

Menghitung Lampu Merah Terlama di Jogja, Apakah Simpang Empat Pingit Tetap Juara?

9 Agustus 2022
Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie MOJOK.CO

Kisah Bagaimana Gus Dur “Membela” Karya Salman Rushdie

14 Agustus 2022
Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung: Ketika Jokowi dan Indonesia (Hampir) Tak Punya Daya Tawar

15 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022

Terbaru

lpsk tentang istri ferdy sambo mojok.co

Terkesan Lamban, LPSK Temui Kejanggalan pada Permintaan Perlindungan Istri Ferdy Sambo

16 Agustus 2022
REKOMENDASI OLSHOP THRIFTING MURAH DAN TERPERCAYA! | Remok

REKOMENDASI OLSHOP THRIFTING MURAH DAN TERPERCAYA! | Remok

16 Agustus 2022
Karyawan Alfamart mencabut laporan

Sepakat Berdamai, Karyawan Alfamart Cabut Laporan Dugaan Intimidasi

16 Agustus 2022
bakteri e-coli ada di sumur di Jogja

Sumur di Jogja Mengandung Bakteri E-Coli, Masyarakat Diimbau Olah Air dengan Benar

16 Agustus 2022
narapidana di lp wirogunan mojok.co

1.099 Warga Binaan Peroleh Remisi, Wajah LP Wirogunan Kini Lebih Humanis

16 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In