Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Memahami Jerat Pikat Marketplace kayak Tokopedia, Bukalapak, atau Shopee

Mita Idhatul Khumaidah oleh Mita Idhatul Khumaidah
25 Agustus 2021
A A
marketplace
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Marketplace model Tokopedia, Bukalapak, atau Shopee menyimpan jebakan buruk kalau ketagihan: kalap belanja tak berkesudahan.

Kalau Anda bertanya pada saya mengenai kreasi terbaik manusia sepanjang sejarah, dengan mantap saya akan menjawab mur-baut. Keduanya bisa kita temui di mana pun, sangat praktis, sampai-sampai kita tidak pernah membayangkan apa jadinya dunia hari ini tanpa kehadiran benda-benda itu.

Itulah jawaban kalau Anda bertanya pada saya yang seorang tenaga pengajar. Sementara kalau Anda menanyakan hal itu saat akhir pekan, ketika saya sudah melepas seragam Korpri, dengan keyakinan penuh saya akan menjawab: marketplace.

Ya, baik itu Tokopedia, Bukalapak, Shopee, maupun yang ada di Facebook.

Internet memang penuh dengan kreasi ajaib manusia. Mesin pencari merombak cara kita memperoleh dan mengolah informasi, media sosial mengubah cara kita berinteraksi dan memandang liyan, sementara layanan pesan instan menjadi media yang lebih dari sekadar sarana berbagi kabar.

Tapi, tidak ada yang sefenomenal marketplace. Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan kawan-kawannya itu tak hanya mengubah cara orang berjual-beli, melainkan juga mengubah banyak aspek perekonomian. Kelahiran uang dan dompet digital dibidani oleh marketplace, sementara bisnis antar-barang mendewasa berkat disuapi marketplace.

Namun kita tahu bahwa tidak ada yang sempurna di kolong langit. Keberadaan marketplace juga membawa dampak negatif tertentu, seperti konsumerisme yang berlebihan hingga gangguan kejiwaan.

Orang-orang kerap mengunjungi marketplace untuk mengurangi kecemasan, dan mereka membeli apa pun yang ada di situ untuk mencari kebahagiaan—bahkan ketika sadar barang yang dibeli bukan dalam rangka memenuhi kebutuhan.

Sebagai pedagang daring yang juga kadang memanfaatkan Tokopedia, Bukalapak, atau Shopee, saya sih senang-senang saja kalau orang-orang kecanduan belanja. Tapi saya mengetik naskah ini sambil mengenakan seragam Korpri, dan itu artinya saya tidak bisa membiarkan pembaca Mojok yang budiman terkena dampak buruk marketplace.

Mojok sebentar lagi ulang tahun, dan satu-satunya yang Mojok butuhkan adalah pembaca yang ceria dan waras dan bahagia, bukan pembaca dengan perban di tangan dan jahitan di jidat gara-gara kalah cepat pas flash sale.

Secara kasar, ada dua kategori pengunjung di marketplace, dan izinkanlah saya membagikan beberapa petuah berdasarkan kedua kategori tersebut.

Kategori pertama: pengunjung yang berduit.

Pengunjung model begini mudah ditemui pada akhir pekan pertama di awal bulan. Saat memilih barang, mereka biasanya bergumam, “Ih, yang ini kawaii, yang itu lucuk,” sebelum memasukkannya ke keranjang dan membayar.

Mereka tahu barang apa yang mereka inginkan, dan andaipun mereka tidak sungguh tahu, ingatlah bahwa duit tidak butuh pengetahuan.

Iklan

Semua pedagang daring menyukai orang-orang yang berada di kategori ini. Kecuali saya, karena saya sedang berseragam Korpri.

Kalau Anda berada di kategori ini dan ingin melepaskan diri dari jerat-pikat marketplace, cara pertama yang perlu Anda lakukan adalah ini: membuat diri Anda sesibuk dan selelah mungkin.

Berdasarkan pengamatan saya, orang berduit kecanduan belanja daring karena mereka gabut dan punya kelebihan energi. Tak tahu apa yang mesti dilakukan, mereka lalu menghabiskan kelebihan sumber dayanya itu dengan cara berselancar di Tokopedia, Bukalapak, atau Shopee, yang malah akhirnya menjebak mereka.

Ada banyak kegiatan yang bisa Anda lakukan untuk mengisi waktu luang. Bercocok tanam, misalnya. Selain mampu membuang energi secara positif, bercocok tanam juga sesuai dengan arahan Pak Jokowi yang menginginkan generasi muda menjadi petani.

Betapa indah: Anda terbebas dari kecanduan belanja sekaligus berpeluang diangkat sebagai Duta Petani Milenial!

Bercocok tanam bukan berarti Anda mesti pindah ke desa lalu menggarap sawah. Kalau lahan rumah Anda terbatas, Anda tetap bisa bercocok tanam dengan cara menanam kembang di pot.

Kalau tak punya lahan sama sekali, teknik hidroponik patut Anda coba. Dan kalau Anda alergi dengan tanaman apa pun, pergilah ke Play Store dan pasanglah Farmville.

Tapi kalau cara pertama kurang berhasil, berpalinglah segera ke cara kedua: belajar filsafat.

Yah, mau bagaimanapun, dampak buruk marketplace berkaitan dengan sikap mental dan pola pikir, dan tidak ada cara terampuh dalam menanganinya selain dengan merombak pikiran juga.

Membaca “Das Kapital” akan membantu Anda dalam memahami apa itu kapitalisme-konsumerisme, batu baterai semua marketplace. Sementara mendengarkan ceramah Slavoj Zizek bakal menambah pemahaman Anda mengenai konsep kapitalisme yang berkembang hari ini.

Tetangga Anda yang julid mungkin akan mengelus dada ketika mendapati Anda duduk di beranda dengan buku filsafat di tangan. “Ya ampun, kecil-kecil kok udah belajar jadi atheis,” begitulah desas-desus yang beredar di kampung Anda.

Tentu saja tetangga Anda keliru. Anggapan “belajar filsafat bikin orang jadi atheis” itu sama rancunya dengan “berjiwa sosial tinggi bikin orang jadi menteri sosial”. Nggak ada kaitannya, Bos. Ya, kan, Pak Juliari? Halo? Halo?

Tapi gimanapun, pemahaman yang utuh mengenai kapitalisme-konsumerisme akan benar-benar membantu Anda yang kepengin tobat dari kecanduan belanja daring atau sakaw mengunjungi Tokopedia, Bukalapak, maupun Shopee.

Yah—setidaknya, kalau Anda berniat kabur dari penjara, mula-mula Anda harus sadar kalau Anda sedang dipenjara, kan?

Tapi kalau cara kedua itu kurang ampuh juga, melompatlah ke cara terakhir, cara yang merupakan perwujudan dari kategori kedua pengunjung di segala marketplace dan dibenci owner Tokopedia, Bukalapak, atau Shopee, yakni: tidak punya duit.

Meskipun menyiksa, sebenarnya ini adalah cara yang lebih gampang ketimbang berjibaku dengan peluh atau mendengarkan ceramah Martin Suryajaya. Metodenya beragam pula. Tepat setelah gajian, contohnya, Anda bisa menggelar aksi ikoy-ikoyan.

Atau kalau kepingin metode yang lebih low profile dan elegan, cobalah untuk …

(melepas seragam Korpri)

… berkunjung ke toko daring saya dan memborong dagangan saya. Jilbabnya murah-murah, Kak, ada promo gratis ongkir pula!

BACA JUGA Aplikasi Shopee: Krisis Identitas dan tulisan Mita Idhatul Khumaidah lainnya.

Terakhir diperbarui pada 13 Oktober 2021 oleh

Tags: atheisbukalapakdas kapitalKarl MarxmarketplaceShopeetokopedia
Mita Idhatul Khumaidah

Mita Idhatul Khumaidah

Staf pengajar dan pelapak daring paruh waktu, ibu rumah tangga penuh waktu.

Artikel Terkait

Pengalaman Beli HP "Spek Dewa" Rp900 Ribu di Shopee: Kepepet Berujung Konyol, tapi Beruntung Diselamatkan Kurir.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Beli HP “Spek Dewa” Rp900 Ribu di Shopee: Kepepet Berujung Konyol, tapi Beruntung Diselamatkan Kurir

10 Oktober 2025
Salah beli sepatu ala anak Jakarta di Shopee. MOJOK.CO
Catatan

Sekalinya Beli Sepatu di Shopee Malah Tertipu Toko Berlabel Ori, Nggak Jadi Gaya-gayaan Malah Berujung Cedera

9 Oktober 2025
Boosting, Zeusx, dan era baru para gamer: game bukan hanya hiburan tapi membuka akseske ekonomi digital MOJOK.CO
Kilas

Era Baru Dunia Game: Tak Lagi Semata Jadi Hiburan, Tapi Membuka Akses Ekonomi Digital 

4 Oktober 2025
Pengalaman temani pacar jadi driver Shopee Food, hadapi beragam watak manusia MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Temani Pacar Jadi Driver Shopee Food Jadi Tahu Ragam Watak Manusia: Batin Campur Aduk antara Haru, Riang, dan Nelangsa

8 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.