Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai Kolom

Pesan Kultural dalam Nasihat Indonesia kepada Myanmar Agar Tak Gunakan Kekerasan Hadapi Pedemo

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
2 Maret 2021
0
A A
myanmar
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Aksi demonstrasi menentang kudeta di Myanmar memang menjadi aksi yang berdarah. Tindakan represif aparat dalam menghalau para pendemo berakibat fatal.

Berdasarkan laporan dari Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1 Maret 2021 lalu, jumlah korban jiwa yang jatuh dalam berbagai aksi demonstrasi menentang kudeta yang terjadi di Myanmar sudah mencapai 30 orang.

Salah satu sebab banyaknya korban jiwa dalam aksi demo tersebut adalah karena aparat keamanan di sana cukup tega untuk menembakkan peluru tajam ke arah kerumunan pedemo yang terjadi di berbagai daerah di Myanmar seperti Yangon, Dawei, Mandalay, Myeik, Bago dan Pokokku.

Merespons hal tersebut, Indonesia, sebagai negara tetangga, tentu saja tak bisa diam saja. Lha kita ini negara yang menjunjung tinggi hubungan sanak, je. Wong sama negara yang jauh saja kita peduli, apalagi negara yang dekat kayak Myanmar.

Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri ikut menyatakan keprihatinannya terhadap tindakan represif aparat dalam menghalau aksi demonstrasi menentang kudeta yang terjadi di Myanmar.

Indonesia pun langsung memberikan nasihat dan masukan penting kepada Myanmar agar aparat keamanan di sana tidak menggunakan cara-cara represif.

“Indonesia menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan dan menahan diri guna menghindari lebih banyak korban jatuh. Serta mencegah situasi tidak semakin buruk,” begitu tulis Kemenlu dalam keterangan resminya.

Tentu saja seruan tersebut merupakan seruan yang baik. Namun, di mata netizen Indonesia, seruan tersebut menjadi terdengar lucu dan ironi. Maklum saja, di Indonesia sendiri, aksi-aksi represif juga dilakukan oleh aparat utamanya dalam penanganan aksi demonstrasi.

KontraS mencatat, aparat banyak melakukan tindakan-tindakan represif dalam berbagai aksi yang dilakukan masyarakat, mulai dari May Day 2019, aksi Bawaslu 21-23 Mei 2019, Reformasi Dikorupsi 23-30 September 2019, hingga serangkaian aksi menolak Omnibus Law pada Oktober 2020 lalu.

“Semua diiringi represifitas aparat kepolisian. Dan tidak ada ketegasan presiden untuk belajar dari penanganan aksi yang sebelumnya terjadi,” terang peneliti Kontras, Rivanlee Anandar.

Masih menurut KontraS, setidaknya terjadi 157 peristiwa serangan kebebasan sipil dalam kurun waktu Oktober 2019 sampai September 2020 dengan korban didominasi oleh masyarakat, mahasiswa, dan aktivis, sedangkan pelakunya didominasi oleh aparat kepolisian.

Tak pelak, nasihat Indonesia kepada Myanmar tersebut langsung menjadi semacam ceng-cengan belaka di media sosial. Jarkoni, begitu kata orang-orang.

Kendati demikian, tentu saja saya merasa bahwa Indonesia memang harus tetap memberikan nasihat yang mulia itu kepada Myanmar, terlepas bahwa nasihat tersebut sebaiknya lebih ditujukan kepada pemerintah negara sendiri.

Bagaimanapun, sikap jarkoni alias “ujar tapi ora nglakoni” tersebut merupakan sebuah identitas kultural bagi masyarakat Indonesia. Dan selayaknya negara yang teguh dalam menjaga budayanya, Indonesia harus tekun dan telaten mempertahankan sikap tersebut, bahkan kalau perlu, mengaplikasikan sikap sikap tersebut pada tingkatan yang lebih besar. Salah satunya ya dengan memberikan nasihat kepada Myanmar itu tadi.

Lagipula, selama ini, orang-orang mulai banyak yang percaya kepada orang-orang dengan reputasi dan integritas. Orang-orang mulai tidak percaya dengan konsep “Jangan lihat siapa yang bicara, namun dengarkan apa yang dibicarakan”, padahal konsep tersebut merupakan konsep baik yang harus dipertahankan.

Nah, sikap Indonesia dalam menasihati Myanmar tadi merupakan salah satu ikhtiar sederhana bangsa Indonesia dalam mempertahankan konsep “Jangan lihat siapa yang bicara” itu tadi.

Yang paling penting, sebuah negara, harus punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Yang posisinya selalu terdepan.

Nah, dalam hal itulah, apa yang dilakukan oleh Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri itu menjadi penting.

Indonesia, tak bisa tidak, merupakan dan masih menjadi negara terdepan dalam urusan menasihati. Itu penting untuk disebarluaskan. Dunia harus tahu akan hal itu.

Sedangkan untuk urusan mengeksekusi nasihat, biarlah itu menjadi urusan presiden setelah Jokowi, atau setelahnya lagi, atau setelahnya lagi. Nggak usah terburu-buru. Dan Indonesia juga memang tak perlu menjadi yang terdepan dalam hal itu. Menjadi terdepan dalam urusan menasihati sudah lebih dari cukup.

Terakhir diperbarui pada 2 Maret 2021 oleh

Tags: DemoMyanmarSotar Satir
Iklan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

psht, demo.MOJOK.CO
Ragam

Memahami Alasan PSHT Jarang Kelihatan di Demo Mahasiswa, Meskipun Aslinya Mereka Ingin Ikut

25 Maret 2025
demo, malioboro, preman.MOJOK.CO
Ragam

Malam Mencekam di Malioboro: Kepungan Preman yang Mengancam Demokrasi di Sumbu Filosofi

21 Maret 2025
emak-emak, jogja memanggil.MOJOK.CO
Aktual

Aksi Jogja Memanggil: Saat Emak-Emak Sudah Turun ke Jalan, Tandanya Negara Sedang Tak Baik-baik Saja

20 Februari 2025
demo anak SMA.MOJOK.CO
Aktual

Mulai Banyak Siswa SMA Turun Demo, Sinyal Positif bagi Dunia Akademik

4 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Derita orang tinggi yang penuh stigma. MOJOK.CO

Orang Berpostur Tinggi Sering Dikira Banyak Privilese seperti Gampang Cari Kerja, padahal Penuh Kerepotan

14 Juli 2025
Pameran Ragam Flora

Pameran Flora Indonesia: Menghargai Kembali Kehadiran Tumbuhan di Kehidupan Lewat Lukisan

17 Juli 2025
Sheila on 7 Legenda yang Sederhana, Bikin Fans Merasa Dekat MOJOK.CO

Sheila on 7 Menjadi Legenda Bukan Hanya karena Musik, tapi Juga Fashion Mereka yang Sederhana dan Membuat Fans Merasa Dekat

16 Juli 2025
Anggota PSHT Iri dengan Perguruan Tapak Suci yang Dianakemaskan Muhammadiyah karena Merasa Dikucilkan di UMM. MOJOK.CO

PSHT Tetap di Hati meski Belajar di Lingkungan Muhammadiyah yang Punya Tapak Suci

16 Juli 2025
Kenangan bersama laptop ASUS: laptop bobrok yang tuntaskan skripsi untuk jadi sarjana hingga bekerja MOJOK.CO

Laptop ASUS: Meski Busuk dan Bikin Malu sama Orang Berlaptop “Apel Kroak”, Tapi Saksi Banyak Orang Tuntaskan Skripsi hingga Cari Cuan

16 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.