Hari-hari Terberat Presiden Jokowi - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Esai Kepala Suku

Hari-hari Terberat Presiden Jokowi

Puthut EA oleh Puthut EA
18 September 2019
0
A A
hari-hari terberat jokowi papua revisi uu kpk ruu pks ruu kuhp dpr menteri baru

hari-hari terberat jokowi papua revisi uu kpk ruu pks ruu kuhp dpr menteri baru

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Ini adalah hari-hari terberat Presiden Jokowi. Ketepatannya dalam menjawab berbagai persoalan di negeri ini akan menentukan, kepemimpinannya pada periode kedua nanti bakal mendorong kemaslahatan warga negara Indonesia atau sebaliknya.

Hal pertama tentu saja persoalan Papua. Saya tidak akan memaparkan wacana soal apakah Papua mesti referendum atau tidak. Sudah banyak ahli soal itu. Saya mau memperlihatkan mengapa keputusan mematikan jaringan internet di Papua justru mendulang gelombang protes berlipat ganda.

Mungkin tidak banyak yang melihat bahwa internet di Papua bukan sekadar soal orang berbagi informasi, tapi juga untuk memperlancar beragam keperluan lain. Warga Papua yang tidak punya urusan langsung dengan demonstrasi mengalami situasi kalang kabut. Para pebisnis, karyawan baik swasta maupun negeri, sampai para pekerja sosial dan wartawan mengalami kesulitan. Belum lagi sentimen dianaktirikan yang menjadi naik sekian setrip.

Mematikan jaringan internet di Papua dalam kurun yang nisbi panjang membuktikan, cara mengambil keputusan bersifat instan tanpa mempertimbangkan risiko yang lebih besar sama saja dengan menimbun masalah. Internet mesti dipandang sebagai simbol pemberian hak atas akses informasi. Kalau akses itu ditutup, berarti sedang ada yang diperlakukan dengan tidak beres di sana.

Persoalan yang lain adalah revisi UU KPK.

Masyarakat terbelah dua. Lebih tepatnya, pendukung Presiden Jokowi terbelah menjadi dua.

Baca Juga:

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!

17 Maret 2023
Dokter Mawartih Susanty Meninggal di Papua Ketika Negara Tidak Memberi Perlindungan MOJOK.CO

Dokter Mawartih Susanty Meninggal di Papua: Ketika Negara Tidak Memberi Perlindungan

14 Maret 2023

Tentu ini bukan soal apakah revisi itu tepat atau tidak. Masalahnya sebetulnya lebih simpel: Kenapa tergesa-gesa? Kenapa seakan harus dikebut sehingga sekian mekanisme sosial dan politik dilewati begitu saja?

Telah terjadi banyak diskusi publik soal ini, tampaknya hampir semua tak ada persoalan dengan revisi terhadap aturan perundangan untuk KPK. Persoalannya, sekali lagi, kenapa terburu-buru? Apa yang hendak diburu? Apa yang ingin dikejar?

KPK bagaimanapun adalah salah satu benteng penting harapan masyarakat. KPK memang tidak sempurna dan mungkin perlu dibenahi. Tapi dengan cara. Sekali lagi, menyangkut cara. Manakala cara yang diambil tidak sesuai prosedur, sebagaimana yang telah kita saksikan bersama, wajar jika sebagian masyarakat melawannya. Benteng penting harapan itu mesti dipertahankan ketika sedang digoyang dengan cara instan.

Ada hal yang menyedihkan dari itu semua. Secara teoretis, setiap pemerintahan membutuhkan dukungan otoritas pengetahuan dan keilmuan. Tapi yang terjadi sekarang, para dosen, rektor, dan intelektual publik jelas-jelas berada di pihak KPK (sekali lagi, dalam konteks KPK silakan dibenahi, tapi jangan buru-buru seperti dikejar hantu). Sementara itu, di pihak pemerintah nyaris tak ada dukungan otoritas keilmuan. Bagaimana bisa kebijakan negara didukung oleh kapasitas intelektual ala Denny Siregar? Itu jelas degradasi besar-besaran atas performa pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Jokowi.

Kita juga sedang menghadapi persoalan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang masif dan membikin ngeri. Dalam hal ini, saya kira pemerintah tidak bersalah. Ini bencana besar. Pemerintah, sejauh yang bisa dilihat, memberikan upaya terbaik untuk mengatasinya. Pertaruhannya bukan hanya lingkungan yang hancur, melainkan juga kesehatan jutaan warga, terutama anak-anak, para penerus dan pewaris sah negeri ini.

Yang menjadi persoalan adalah ketika problem karhutla ramai dibicarakan, para “buzzer Istana” (saya menggunakan istilah yang lazim saja) justru mengambil sisi polemik dengan cara menggelikan. Misalnya, dengan mengatakan kebakaran hutan sudah ada sejak zaman Majapahit.

Itu bukan soal benar atau salah. Persoalannya adalah informasi itu bukan hanya tidak relevan, tapi justru meninggalkan pertanyaan: Sebegitu sucikah pemerintah saat ini sehingga harus membentengi diri dengan ketololan dan kebebalan?

Mestinya, dari sisi informasi publik, pemerintah cukup menyatakan dua hal. Pertama, pemerintah berada di garda depan untuk mengatasi karhutla dan akan terus bekerja keras. Kedua, mengajak semua komponen masyarakat bahu-membahu mengatasinya. Tidak perlu bawa-bawa Majapahit, sebab Pak Jokowi bukan Raden Wijaya.

Sinyal bahwa perekonomian perekonomian ke depan semakin memburuk mulai muncul di berbagai sisi. Menteri Sri Mulyani paling sering memberikan sinyal itu. Sepertinya kita semua sedang memasuki siklus sepuluh tahunan penurunan ekonomi atau, yang agak lebih ngeri, siklus dua puluh tahunan krisis ekonomi. Konon kapitalisme lekat dengan siklus krisis.

Tapi, lagi-lagi tindakan penerintah terlalu gegabah. Salah satunya dengan menaikkan cukai rokok yang menggila dan sepanjang yang bisa diingat, belum pernah terjadi sebelumnya. Cukai rokok naik 23% dan harga jual eceran sebesar 35%.

Dalam situasi buruk, memang paling mudah memerah para perokok lewat cukai. Tapi pemerintah tidak bakal menyangka kemungkinan lain yang bakal terjadi. Pasti akan ada penurunan konsumsi rokok (bukan penurunan perokok). Perokok akan tetap merokok dengan cara melinting tembakau sendiri atau membeli produk-produk gelap. Produk gelap rokok ini tidak mesti skala besar. Cukup dua atau tiga orang bikin rokok sendiri, diedarkan secara terbatas. Tapi jumlahnya banyak. Artinya, perokok tetap merokok, tapi tak merokok produk yang ada cukainya. Ini jamak terjadi di Indonesia.

Persoalan lain adalah serapan tembakau dan cengkeh pasti menurun drastis. Selama ini tembakau berkualitas yang diproduksi petani tembakau diserap oleh pabrikan. Hasil kajian Komite Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) misalnya, serapan tembakau bisa berkurang lebih dari 30 persen dan serapan cengkeh bisa lebih dari 40 persen.

Kalau itu yang terjadi, kenaikan cukai yang tampaknya akan membuat pemerintah dapat uang banyak sesungguhnya adalah kebijakan itu makin mempersulit situasi ekonomi kita.

Ini adalah saat terberat Presiden Jokowi. Sialnya, dia tidak mengatasi dengan cara yang tepat. Sebentar lagi dia mesti mengumumkan nama-nama menteri di kabinetnya. Tensi politik tambah panas.

Ini juga saat-saat berat bagi masyarakat. Ancaman krisis ekonomi ada di depan mata kita. Ada banyak pengalaman bahwa di setiap kondisi kekecewaan publik yang kuat, ditambah dengan persoalan ekonomi, akan berbuah jadi persoalan politik besar.

Saya tidak berharap Presiden Jokowi jatuh. Tidak ada gunanya menjatuhkan presiden. Kekhawatiran terbesar saya, juga kekhawatiran banyak orang, negeri ini bakal mundur dalam banyak hal, mulai dari persoalan ekonomi, ekologi, dan terutama menipisnya harapan. Harapan apa saja. Termasuk menipisnya harapan kepada pemerintah yang dipimpin oleh Paduka yang Mulia Presiden Jokowi.

BACA JUGA Surat Terbuka untuk Buzzer Jokowi atau artikel di rubrik KEPALA SUKU lainnya.

Terakhir diperbarui pada 18 September 2019 oleh

Tags: jokowiPapuarevisi uu kpk
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!
Movi

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!

17 Maret 2023
Dokter Mawartih Susanty Meninggal di Papua Ketika Negara Tidak Memberi Perlindungan MOJOK.CO
Esai

Dokter Mawartih Susanty Meninggal di Papua: Ketika Negara Tidak Memberi Perlindungan

14 Maret 2023
capres dari ugm
Kotak Suara

Empat Kandidat Capres Berasal dari UGM, Siapa Saja Mereka?

28 Februari 2023
sistem noken Papua
Kotak Suara

Bawaslu Ingin Sistem Noken Pemilu di Papua Diubah, Seperti Apa?

24 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
penjabat mundur mojok.co

Dari Moeldoko sampai Menteri Desa, Tips Redakan Isu Karhutla ala Pejabat Indonesia

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
hari-hari terberat jokowi papua revisi uu kpk ruu pks ruu kuhp dpr menteri baru

Hari-hari Terberat Presiden Jokowi

18 September 2019
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
perguruan tinggi muhammadiyah mojok.co

5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Terbaik di Indonesia

25 Maret 2023
kip mojok.co

Kecewa dengan Mahasiswa Penerima KIP

26 Maret 2023

Terbaru

survei elektabilitas capres 2024

Yuk, Intip Elektabilitas Capres Menurut Survei Indikator Politik, Siapa yang Unggul?

27 Maret 2023
polarisasi jelang pemilu

Laboratorium Psikologi Politik UI: Elite Sudah Rekonsiliasi, Rakyat Masih Terpolarisasi

27 Maret 2023
Ndan Brotoseno: “Ikutlah SAR DIY Supaya Mudah Masuk Surga!”

Ndan Brotoseno: “Ikutlah SAR DIY Supaya Mudah Masuk Surga!”

27 Maret 2023
5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

5 Jurusan yang Lulusannya Paling Dicari Perusahaan

27 Maret 2023
kekerasan seksual di ruang publik

KRPA: 4 dari 5 Perempuan Alami Pelecehan Seksual di Ruang Publik, Bukti Bahwa Kekerasan Seksual Tak Hanya Terjadi di Tempat Sepi

27 Maret 2023
Rahasia di Balik Gedung Setan Surabaya. MOJOK.CO

Asal Usul Nama Gedung Setan di Surabaya yang Nggak Banyak Orang Tahu

27 Maret 2023
unpad mojok.co

10 Jurusan Tersepi di UNPAD yang Pendaftarnya Hanya Ratusan

27 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In