Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Hal-hal yang Dirindukan bila FPI Bubar Beneran

Suandri Ansah oleh Suandri Ansah
24 November 2020
A A
Hal-hal yang Dirindukan bila FPI Bubar Beneran

Hal-hal yang Dirindukan bila FPI Bubar Beneran

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Siapa yang akan diuntungkan jika FPI beneran bubar? Dan siapa pula yang bakal dirugikan? Benarkah umat Islam? Atau politisi?

Apa yang terjadi bila Front Pembela Islam (FPI) benar-benar bubar? FPI, sebagaimana kita tahu, ialah organisasi masyarakat (ormas) yang dibenci sekaligus diperlukan. Hm, saya agak ragu untuk menuliskan dicintai semua orang.

Ide pembubaran FPI mumbul kembali setelah Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman menyatakan ormas yang bersarang di Petamburan itu sebaiknya hilang dari peredaran. Wakil Sekretaris Umum FPI, Aziz Yanuar merespons, FPI akan bubar bila negeri ini sudah adil dan makmur.

Nampaknya, sampai hari kiamat tiba pun FPI tak akan bubar sendiri. Pilihannya hanya dua, FPI atau Indonesia yang bubar duluan. Lagipula, siapa sih Dudung Abdurachman, kok berani-beraninya sama ormas binaan Habib Rizieq Shihab ini?

Sebelum beranjak ke inti masalah, kita mundur ke belakang mengapa organisasi ini ada dan apa saja kiprahnya bagi bangsa. Bahasan ini diperlukan untuk mengukur seberapa penting FPI bila tetap eksis dan apa kerugian yang diterima warga Indonesia jika penguasa Petamburan ini tiada.

Laman resmi FPI sedikit sekali menuliskan profil organisasinya. Satu-satunya informasi ialah kalimat “Front Pembela Islam (FPI) adalah organisasi Islam di Indonesia, Mengusung Islam Ahlusunnah Wal Jamaah, Berdiri sejak tanggal 17 Augustus 1998 di Jakarta” yang terpampang di posisi paling bawah muka website.

FPI sering melancarkan aksinya atas nama umat Islam. Namun, mengapa mereka tak terbuka kepada umat mengenai jati dirinya?

Untungnya, Google menyediakan informasi yang kita perlukan. Sebelum berpolemik dengan TNI di era kiwari, FPI rupanya salah satu ormas yang aktif dalam tubuh Pam Swakarsa. Pam Swakarsa adalah paramiliter yang diorganisir elite ABRI untuk membendung aksi-aksi politik jalanan pada 1998.

Imam besarnya sendiri, Habib Rizieq Shihab memiliki “kemesraan” dengan sejumlah toko militer kesayangan Soeharto, khususnya Prabowo Subianto. Saat Pilpres 2019 terlihat romantisme keduanya masih membara, FPI mendukung penuh agar Prabowo bisa menduduki kursi RI 1. Sayangnya gagal.

Portofolio FPI dalam kancah politik mulai dapat poin ketika “Baret Putih” ini terlibat dalam tragedi Ketapang, November 1998. Bentrokan terjadi antara warga dengan preman Ambon yang menjaga pusat perjudian setempat, yang kemudian berkembang menjadi konflik SARA.

Kabar angin yang menyatakan sebuah masjid telah dibakar oleh orang-orang kafir membuat FPI berang. FPI lantas bergabung dengan warga. Habib Rizieq turun langsung dan berceramah di masjid dekat lokasi, sementara anggota FPI menyebar menjaga keamanan.

Akibat kerusuhan ini, sebelas gereja dan dua gedung sekolah Kristen rusak, menurut data yang dihimpun Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) kala itu.

Tahun-tahun setelah tragedi itu, FPI mulai aktif dalam isu-isu politik dan agama. Perjuangan mereka berkutat pada penutupan tempat-tempat kemaksiatan hingga penerapan syariah di Indonesia.

Bahkan, pada 12 Desember 1999, Balai Kota DKI Jakarta pernah diduduki Laskar Pembela Islam, paramiliter FPI selama 13 jam menuntut penutupan tempat hiburan selama Ramadan.

Iklan

Barangkali jenuh menunggu kepastian pemerintah, FPI sering turun tangan sendiri melakukan sweeping menyatroni tempat-tempat hiburan atau tempat yang dianggap sebagai sumber kemaksiatan, pokoknya tempat-tempat yang melakukan larangan Tuhan. Tak peduli warung-warung makan kecil yang tetap nekat buka saat bulan puasa dipentung juga.

Saya kira, hampir seluruh lapisan sosial masyarakat di Nusantara pernah berkonflik dengan FPI. Mulai dari presiden, pejabat, politisi, musisi, ulama—Gus Dur salah satunya, jurnalis, hingga pedagang warung makan. Mungkin saja, di mata FPI seribu musuh terlalu sedikit, seorang kawan terlalu banyak.

Lantas, apa untung rugi bila FPI dibubarkan?

Mereka yang diuntungkan adalah pebisnis hiburan malam yang tak perlu khawatir pabrik uang mereka disatroni. Orang-orang yang suka mencuri puasa di bulan Ramadan dan warung-warung makan kecil tak perlu takut lagi ada yang mentung.

Hilang sudah jargon-jargon hormati kami… hormati kami yang berpuasa.

Umat agama minoritas tak lagi khawatir mendirikan rumah-rumah ibadah. Umat rindu saling berpelukan. Aktivis dan pegiat Islam Ramah tak perlu tarik urat, setidaknya tidak stres-stres amat karena organisasi yang dinilai intoleran sudah berkurang satu. Eh, dua ding dengan HTI.

Sementara, kerugian pertama menimpa dunia kerelawanan. Aktivitas kemanusiaan FPI sudah teruji kualitasnya. Mereka yang pertama kali paling sigap menolong korban bencana alam saat tsunami mahadahsyat melanda Aceh 16 tahun silam. Relawannya tak kenal lelah mencari dan mengangkut mayat-mayat.

Imam Besar FPI juga ikut menyisir dan menggotong tubuh-tubuh kaku yang berhamburan. Organisasi ini juga terlibat aktif membantu korban gempa dan tsunami Palu, ngobak di air keruh banjir ibu kota menelusuri lorong-lorong mengamankan warga hingga mendirikan posko bagi korban penggusuran.

FPI memiliki sayap kemanusiaan bernama Hilal Merah Indonesia (Hilmi). Selain menolong korban bencana, sayap juang ini juga aktif menjadi pasukan penyokong aksi-aksi jalanan yang diinisiasi ormas induk, termasuk saat gegap gempita rentetan episode Aksi Bela Islam.

Mereka yang rugi selanjutnya adalah politisi dan pemerintah. Saat ini, sulit sekali mencari musuh bersama. Saat HTI dibubarkan, FPI adalah jalan terakhir. Isu radikalisme, intoleransi, keamanan nasional oh tentu saja FPI bahan bakarnya. Sebab FPI lah, kontrol sosial ala pemerintah masih berjalan lancar.

Pada sisi lain, FPI juga seksi sebagai proksi politik. Sejatinya, rel gerak FPI adalah rel politik jua.

Berkaca dari sejarah, ormas ini sering mendompleng kubu politik yang dianggap menguntungkan bagi kesuksesan visi misinya. Sehingga wajar pula bila ada tokoh politik yang menunggangi gerbong Petamburan untuk melesatkan karier politiknya. Yah, semacam simbiosis mutualisme.

Selebriti yang hanya mengandalkan sensasi pun turut menggunakan FPI sebagai pendongkrak popularitas dan pemantik kekayaan. Sebut saja Nikita Mirzani. Ia disebut kebanjiran endorse bernilai ratusan juta rupiah setelah polemik tukang obat. Bila FPI bubar, sirna sudah harapan selebriti lain meniru cara ampuh Nyai Nikita.

Pedagang pernak-pernik majelis taklim, tukang sablon, pengrajin tekstil juga dirugikan bila FPI tiada. Mereka akan kehilangan produk dan target pasar dari penjualan pernak pernik, emblem, produksi seragam, bendera bertema FPI.

Konon, jumlah anggota ormas putih ini mencapai satu juta orang. Bagi pedagang kecil, angka tersebut cukup lumayan agar roda bisnis tetap berputar.

Pedagang kopi starling, jasa penyewaan mobil komando dan sound system, abang baliho, turut bersedih. Sebab, tak ada lagi aksi-aksi jalanan yang diorganisir FPI. Mentok-mentok Reuni 212 setahun sekali yang diadakan para alumni.

Aksi FPI yang mendatangkan massa banyak selalu ditunggu-tunggu para pebisnis yang bergelut di bidang demo mendemo. Satpol PP bakalan nganggur, polisi kekurangan “samsak” latihan dan pelampiasan tenaga.

Industri media, khususnya media daring. Jurnalis kesulitan bahan gorengan isu yang bisa mendatangkan ratusan ribu hingga jutaan klik. “FPI”, “Habib Rizieq”, “intoleransi”, “sweeping warung makan”, apalagi dibumbui kata kunci “Firza Husein”, sempurna sudah. Redaksi tinggal ongkang-ongkang kaki memantau traffic kunjungan.

Kemudian, yang dirugikan tentu anggota FPI itu sendiri. Mereka tak bisa lagi gagah-gagahan parade ala militer, nampang dengan baret putih, razia sana-sini. Bambu mana bambu.

Laskar yang masih jomblo nggak bisa pamer ke calon mertua, mbribik akhwat-akhwat soal betapa gagahnya mereka dalam memperjuangkan-so-called-tegaknya syariah di Nusantara. Bikin video TikTok: Pacarmu bisa gini nggak?

Kelak, para laskar akan mengenang dan merindukan betapa heroiknya mereka di jalanan. Cerita ke anak cucu tentang betapa hebatnya mereka melawan tentara, polisi, sesama warga, selebriti, para pelanggar syariat, thagut-thagut agama. FPI oh FPI.

Sambil menunggu kepastian pembubaran, entah besok, lusa, entah tahun berapa. Siapa pun kita, ada baiknya menyenandungkan lagu Payung Teduh menunggu waktunya tiba:

Di malam hari…Menuju pagi… Sedikit cemas… Banyak rindunya….~

BACA JUGA Alasan Logis Kenapa Habib Rizieq Pantas Disambut Ribuan Orang saat Pulang dan tulisan Suandri Ansah lainnya.

Terakhir diperbarui pada 21 Desember 2020 oleh

Tags: FPI bubarGus DurHabib RizieqPetamburanprabowoulama
Suandri Ansah

Suandri Ansah

Asli Boyolali, tinggal di Jakarta.

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Video Prabowo Tayang di Bioskop Itu Bikin Rakyat Muak! MOJOK.CO
Aktual

Tak Asyiknya Bioskop Belakangan Ini, Ruang Hiburan Jadi Alat Personal Branding Prabowo

16 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.