Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan Mojok
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Gerakan Kiri Kekimcil-kimcilan

Puthut EA oleh Puthut EA
14 Juni 2016
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Lenin punya istilah untuk kelompok ekstremis kiri, yakni “kiri kekanak-kanakan”, atau kalau dalam istilah saya “kiri kekimcil-kimcilan”.

Di Indonesia, akhir-akhir ini terjadi semacam gerakan pemaksaan kehendak dalam ranah agama. Berbeda sedikit: haram, kafir, bid’ah. Korbannya dari mulai para ulama yang dikafir-kafirkan, sampai para penjual makanan yang dipaksa tutup di bulan Ramadan dengan cara kekerasan.

Sebetulnya gerakan fasistik seperti ini, tidak hanya didominasi oleh gerakan keagamaan, tetapi juga oleh gerakan kiri, atau mudahnya gerakan orang-orang yang ingin membebaskan rakyat dari belenggu penindasan.

Mereka bisa jatuh dalam mental seakan paling benar, paling keren, paling berhak mengaku kiri. Sementara yang lain tersesat, korup, kolaboratoris, parlementaris, gradualis, dan macam-macam tuduhan yang lain.

Padahal jika dilacak benar, orang yang gemar menuduh seperti itu, belum tentu punya perilaku politik yang baik, belum tentu punya tabiat moral yang bisa dipertanggungjawabkan.

Dulu, Lenin punya istilah untuk orang-orang seperti itu yakni “kiri kekanak-kanakan”. Tapi supaya punya konteks kekinian dan keindonesiaan, saya memberi istilah berbeda: kiri kekimcil-kimcilan. Hakikatnya: sama.

Iklan

Supaya mudah dimengerti, dan mudah untuk memindai, berikut ini ciri-ciri orang atau lembaga yang punya watak “kiri kekimcil-kimcilan”.

Dia yang benar, yang lain sesat

Dalam hal mengambil pilihan isu, strategi perjuangan, dan bentuk organisasi, orang atau lembaga yang kena penyakit “kiri kekimcil-kimcilan” ini merasa paling benar sendiri.

Padahal pilihan isu, strategi, dan bentuk organisasi selain berdasarkan atas analisis situasi, juga berdasarkan atas kapasitas, letak, dan domain lembaga tersebut.

Pada era seperti ini, zaman kapitalisme mutakhir, ada ratusan isu yang harus direspons. Semua orang atau lembaga bisa fokus pada isu masing-masing, sesuai dengan konteks lokal dan kelembagaan: perempuan, buruh, ekologi, pertanian, pemberantasan buta huruf, ekonomi mikro, pemberdayaan masyarakat adat, penyadaran sejarah, dll. Banyak sekali.

Seseorang atau sebuah lembaga tidak bisa memaksa atau menyalahkan isu yang diambil oleh orang atau lembaga lain.

Demikian juga dalam berbagai strategi advokasi. Ada beragam cara. Semua sesuai dengan konteks, level, dan proses yang telah dijalani. Ada kiat-kiat bernegosiasi dengan situasi. Tidak perlu dikafir-kafirkan, eh, disalah-salahkan.

Yang paling tahu strategi yang tengah dijalani sebuah lembaga adalah lembaga itu sendiri. Tidak usah sok tahu. Sebab risiko dan apapun yang bakal terjadi, dialah yang akan menanggungnya.

Main fitnah, suka desas-desus, hobi ngerumpi

Karena punya pemahaman bahwa lembaga lain adalah salah dan lembaganya yang paling benar, maka metode propaganda yang dilakukan biasanya lewat fitnah, desas-desus, dan rumpian kosong.

Hobi sekali ngomongin kejelekan lembaga lain. Konsisten sekali memfitnah teman sendiri. Adol jare kulak jare. Mendengar dari orang, tidak diverifikasi, diolah sendiri, digoreng, diedarkan ke mana-mana sebagai sajian gosip.

Padahal di dalam strategi besar sebuah perang, ada adagium: perkecil musuhmu, perbanyak kawanmu. Lembaga yang berpotensi untuk diajak berkolaborasi mestinya diapresiasi. Bersinergi.

Kalau ada masalah: didatangi. Tabayun. Kalau ada waktu senggang: bersilaturahmi. Bukannya malah dijelek-jelekkan dan difitnah. Kalau seperti itu yang terjadi, maka yang terjadi justru: memperkecil kawan, memperbanyak lawan.

Bodoh pakai kuadrat.

Selalu meninggalkan sampah persoalan

Dengan tabiat politik seperti itu, maka wajar jika di mana-mana orang atau lembaga yang punya watak “kiri kekimcil-kimcilan”, akan selalu menyisakan persoalan. Pohon yang kuat tumbuh di atas tanah yang subur.

Lembaga yang baik dibangun dengan pondasi moral yang kokoh. Maka sebetulnya mudah melihat, menerka, memindai, lembaga atau orang yang punya sifat seperti itu.

Bagaimana rekaman jejaknya di masa lalu. Siapa saja yang jadi korban. Pernah menipu siapa saja. Sampah apa saja yang ditinggalkan. Dan lain-lain. Truk sampah akan mudah meninggalkan jejak. Mudah mengenalinya. Gampang mencium baunya.

Tidak akan besar

Lha ya bagaimana bisa berkembang besar kalau perilakunya seperti itu. Sehingga apa yang mereka lakukan seperti percobaan membangun rumah pasir. Dibangun, ambruk. Dibangun lagi, ambruk lagi. Ya pasti ambruk.

Letak dan caranya sudah keliru sejak awal. Mereka merekrut orang-orang baru karena orang-orang lama sudah ditendanginya. Orang-orang baru itu pun kelak akan ditendangnya. Satu-satunya cara agar bisa besar adalah masuk ke sarang lebah dan kalajengking.

Besar suara daripada daya

Karena dayanya lemah, salah satu hal yang paling mudah untuk memompa eksistensinya adalah bersuara besar. Pokoknya teriak. Lantang. Sampai serak. Lalu lemas. Besok kalau suara sudah pulih, teriak lagi, bersuara lagi, lantang. Lemas. Begitu seterusnya.

Lalu orang-orang yang sering mendengar teriakan itu, akan saling berbisik dan melantunkan doa. Supaya cepat insyaf. Kalau tidak insyaf juga ya cukup ditertawakan. Atau ditoleh sesekali untuk hiburan. Dijadikan ‘hiburan’ di kala senggang.


Catatan: Kimcil di artikel ini punya makna remaja yang banyak tingkah, suka pamer sesuatu, dan cerewet. Istilah ini tidak merujuk pada jenis kelamin dan profesi tertentu.

BACA JUGA 5 Ciri Anak Baru di Kaum Kiri alias Kiri Snobs atau tulisan Puthut EA lainnya.

Terakhir diperbarui pada 25 September 2025 oleh

Tags: Gerakan Kirikimcilkiri kekimcil-kimcilanMahasiswapergerakan
Iklan
Puthut EA

Puthut EA

Kepala Suku Mojok. Anak kesayangan Tuhan.

Artikel Terkait

Penyesalan ikuti kata kating/senior kampus yang aktif organisasi mahasiswa. Ngopa-ngopi dan diskusi, lulus tak punya skill MOJOK.CO
Kampus

Muak sama Kating Kampus yang Suka Ajak Ngopa-ngopi, Cuma Bisa Omong Besar tapi Skill Kosong!

24 September 2025
beasiswa kuliah. MOJOK.CO
Ragam

Kuliah Modal Beasiswa, tapi Malah “Durhaka” ke Orang Tua: Dulu Dibanggakan, Kini Menyakitkan

17 September 2025
3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang Mojok.co
Pojokan

3 Keunggulan Tinggal di Kos Campur yang Jarang Disadari Banyak Orang

8 September 2025
Apes berteman dengan mahasiswa manipulatif. Mahasiswa dengan biaya hidup Rp500 ribu seminggu malah poroti yang sakunya Rp800 ribu perbulan MOJOK.CO
Ragam

Apes Berteman sama Mahasiswa Manipulatif: Biaya Hidup Rp800 Ribu Perbulan malah Diporoti yang Sakunya Rp500 Ribu Harus Habis Seminggu

5 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Suzuki Satria Pro: Bukti Suzuki Selalu Berhasil Bikin Produk Gagal MOJOK.CO

Suzuki Satria Pro Si Buruk Rupa: Bukti Suzuki Tidak Pernah Gagal Menciptakan Produk Gagal dan Entah Kenapa Mereka Masih Bangga dengan Kegagalan

12 November 2025
Fitbar Mojok.co

Lari Sambil Nikmati Kopi dan Pastry, Fitbar Hadirkan Shake Out Run Pertama di Indonesia

15 November 2025
Safari Nur Hannafi (22) (merah), kapten tim futsal UNY MOJOK.CO

Gemuruh, Mentalitas, hingga Kaki Pincang di “Musim Nol” Campus League 2025

11 November 2025
JILF 2025 Mojok.co

JILF 2025 Angkat Isu Sastra dan Kemanusiaan

15 November 2025
Jadi ojol di Malang disuruh nyekar ke Makam Londo Sukun. MOJOK.CO

Driver Ojol di Malang Pertama Kali Dapat Pesanan Bersihin Makam dan Nyekar di Pusara Orang Kristen, Doa Pakai Al-Fatihah

16 November 2025
Biennale Jogja 18 Mojok.co

Blusukan di Biennale Jogja, Sensasi Menikmati Karya Seni di Desa

11 November 2025
Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.