Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Sulitnya Kita Mengimani Omongan Pejabat

Audian Laili oleh Audian Laili
17 Oktober 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pejabat publik dipilih berdasarkan kepercayaan publik. Kalau kita sudah sulit percaya pada omongan pejabat, lantas bagaimana?

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya menahan Bupati Bekasi, Neneng Hassanah Yasin. Ia ditetapkan sebagai tersangka suap dalam pengurusan perizinan proyek pembangunan Meikarta di Kabupaten Bekasi.

Sebelumnya, Neneng sempat bersikap seakan tidak terlibat dalam kasus tersebut. Ketika anak buahnya tertangkap Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK, ia mengaku tidak tahu menahu dengan kasus yang membelit anak buahnya tersebut.

Ketika itu, ia mengatakan kaget, tidak tahu siapa saja anak buahnya yang tertangkap dan kasus apa yang sedang membelit anak buahnya tersebut, Bahkan sebelumnya, Neneng mengaku sejak awal tahun ini meminta anaknya untuk berhati-hati jangan sampai terlibat urusan dengan KPK.

Meski telah mengatakan, “Saya demi Allah nggak tahu.” Ataupun, “Kaget lah pastinya. Prihatin pasti.” Serta ungkapan lainnya yang berusaha meyakinkan publik bahwa ia benar-benar tidak terlibat. Namun tidak lama kemudian ia tertangkap juga.

Ternyata pernyataan Neneng tersebut hanya sebatas lips service. Dia sedang berusaha menutupi bahwa perkara yang sedang dihadapi oleh anak buahnya juga berkaitan dengan dirinya sendiri. Mungkin hal itu adalah cara dia untuk menenangkan dirinya sendiri. Sambil memikirkan apakah ada jalan supaya dirinya tidak disangkut-pautkan.

Hmmm, kira-kira bagaimana ya perasaannya ketika sedang berbohong itu. Di hatinya ngerasa nggrenjel-nggrenjel gitu, nggak? Atau justru biasa saja karena telah terbiasa berbohong?

Frasa lips service memiliki makna omong kosong. Namun jika omong kosong memiliki nilai rasa yang lebih netral, lips service justru lebih memiliki kesan lebih kasar dan vulgar. Tidak percaya? Coba rasakan, coba rasakan~

Sebenarnya memberikan pernyataan yang hanya sebatas lips service seperti itu tidak hanya dilakukan oleh Neneng. Hal ini menjadi perilaku yang sudah jamak dilakukan oleh para pejabat kita. Bisa dengan berusaha memberikan ‘data’ yang dibuat-buat untuk membuat tenang masyarakat. Berusaha memberikan keterangan bahwa wilayah kepemimpinannya aman berada di wilayah kekuasaannya. Serta apa yang mereka lakukan adalah demi kesejahteraan masyarakatnya.

Ataupun memberikan opini yang terlihat well untuk sebuah proyek atau program kerja yang akan menghabiskan banyak anggaran. Dengan mengungkapkan seolah-olah program kerja tersebut akan membahagiakan semua pihak. Namun ya gitu, kita tidak tahu apa yang terjadi di baliknya.

Belum lagi tentang janji-janji masa kampanye mereka yang sangat sering tidak terealisasi dengan baik. Sangat sering hanya berakhir pada janji. Atau dilaksanakan namun kisruh dan proyek mangkrak.

Coba ingat-ingat seberapa sering kita tahu mereka melakukan hal itu? Atau kita tidak mengingatnya karena hal itu terlalu sering terjadi? Ataukah sebenarnya di balik sana, mereka sedang adu kreativitas dalam menipu masyarakatnya? Eh.

Tentu saja jika lips service ini terlalu sering terjadi, kita menjadi sulit untuk percaya dengan apa yang mereka utarakan. Lantas, kita tidak dapat benar-benar menaruh simpati dengan gagasan mereka. Kita menganggap, ada maksud tersembunyi dari gagasan itu. Ada kepentingan pribadi di dalamnya.

Prinsipnya begini, dalam sebuah jabatan publik juga melekat kepercayaan publik. Dan sebuah kepercayaan publik itu tidak dapat diselewengkan untuk kepentingannya sendiri. Untuk tetap mendapatkan kepercayaan publik, maka pejabat perlu mengimani etika publik.

Iklan

Jika tidak, mereka akan mudah merugikan pihak lain termasuk merugikan negara. Selain itu juga mudah untuk tidak peduli terhadap korban, serta diskriminatif dalam memperlakukan warga negara. Ketika itu yang terjadi, maka keadilan hanya sebatas lips service semata.

Kita memang tidak bisa percaya mentah-mentah omongan para pejabat. Kita perlu untuk tabayyun pada argumentasi dimensi yang mereka ungkapkan itu.

Meski  kita sudah berusaha tabayyun, namun jika si lambe manis para pemimpin publik ini terus-menerus tidak dibarengi dengan aksi nyata, lama-kelamaan pasti membuat tingkat kepercayaan publik pun akan menurun. Pasalnya, seperti yang disebutkan di atas, dibutuhkan kepercayaan publik agar kita benar-benar dapat mempercayakan tugas-tugas negara kepada seseorang yang memang dianggap mampu untuk memimpin.

Salah satu contoh yang simpel saja, diantara dua calon presiden yang ada saat ini, kita memutuskan untuk memilih salah satunya karena kita memiliki kepercayaan bahwa ia dapat memimpin Indonesia.

Sebenarnya yang kita butuhkan lebih pada sosoknya. Karena kita pun tahu jika para calon ini tidak akan berhasil menyelesaikan semua permasalahan negara ini sendiri. Mereka bukan superhero. Maka mereka memiliki menteri di bidangnya masing-masing, yang akan membantu tugasnya itu.

Namun jika para pemimpin kita terlalu sering sebatas lips service saja. Bagaimana kita bisa mempercayai bahwa akan ada sosok yang memang pantas. Alih-alih kita justru akan menganggap mereka semua saja.

Seperti seorang perempuan ketika sudah disakiti oleh laki-laki. Lantas, ia akan menyamaratakan semua lelaki dan menganggap, “Ah, semua lelaki sama saja.” Ya, otak kita akan lebih mudah menggeneralisasi sesuatu ketika kita mengalami pengalaman yang menyakitkan dan mengecewakan diri kita.

Lalu jika hal ini terus terjadi, pada siapa kita akan percaya. Bagaimana sebuah negara bisa berjalan dengan aman dan nyaman jika masyarakatnya saja tidak menaruh kepercayaan pada para wakil-wakil yang memimpinnya.

Bagaimana jika tidak adanya kepercayaan itu, kemudian masyarakatnya membuat sistem-sistem sendiri. Membuat aturan-aturan sendiri, yang mengabaikan peraturan yang dibuat oleh negara yang menaunginya.

Terakhir diperbarui pada 17 Oktober 2018 oleh

Tags: Bupati BekasiKepercayaan PublikLips ServiceMeikartaPejabat Publik
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

jenazah corona
Pojokan

Kok Ya Situ Tega Pungli untuk Pemakaman Jenazah Covid-19?

6 September 2021
Pojokan

Pakai Nama Tina Toon sebagai Sandi Rahasia, Bupati Bekasi Mungkin Ingat Masa-Masa SD

16 Oktober 2018
bupati bekasi tersangka
Pojokan

Bupati Bekasi Tersangka, Kisah Beratnya Sebuah Nama “Yasin”

16 Oktober 2018
Moknyus

Nasdem: Program OK OCE Sekadar Lips Service

9 September 2018
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.