ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

“Tilik” Adalah Film yang Biasa Saja dan Justru Karena Itu Orang-Orang Menyukainya

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
21 Agustus 2020
0
A A
tilik
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Tilik tak ubahnya seperti film biografi singkat atas karakter kita.

Setelah banyak orang memposting review dan tanggapannya di sosial media, pada akhirnya,  film pendek “Tilik” itu saya tonton juga. Istri saya yang memaksa saya terus-terusan agar saya menontonnya.

“Mas, cepetan nonton, itu film bagus banget, lho,” begitu pinta istri saya berkali-kali sebelum akhirnya saya turuti.

Puluhan testimoni dari kawan-kawan saya yang mereka tulis di dinding Facebook tentu saja tidak menipu. Tilik benar-benar bagus. Ia benar-benar memblejeti realitas kehidupan senyata-nyatanya tentang praktik “rasan-rasan” yang memang ada dan tumbuh subur sebagai salah satu laku yang mempererat —sekaligus memisahkan— hubungan sesrawungan masyarakat.

Tilik benar-benar film yang sangat tidak film, semata karena akting para pemainnya benar-benar tak tampak seperti akting. Ia tak ubahnya seperti ibu-ibu kampung biasa yang benar-benar sedang dalam perjalanan ke rumah sakit untuk tilik tetangganya yang sakit dengan menumpang truk bak terbuka tanpa ada kameramen dan kru film yang ikut serta bersama mereka.

“Tilik” seharusnya menjadi film yang biasa saja. Ia tak memberikan sesuatu yang baru. Ia menampilkan hal-hal yang sudah kita kenal sebelumnya.

Maksud saya, bukankah sosok seperti Bu Tejo itu adalah sosok yang kita pasti pernah menjumpainya? Bukankah memang kita ini ditakdirkan untuk terlahir di masyarakat yang senantiasa rasan-rasan?

Saya meyakini, bahwa hampir kebanyakan kita, hidup di dunia yang penuh dengan rasan-rasan. Penuh dengan gosip. Ia serupa suplemen makanan yang setiap hari kita santap, baik dengan sengaja maupun tidak.

Adalah biasa bagi kita mendapatkan suplai kabar burung yang amat banyak tentang apa saja yang kebenarannya belum tentu terbukti dari kawan atau tetangga kita yang disampaikan dengan sedemikian rupa. Kabar burung yang kerap didahului dengan kalimat pembuka “Jangan bilang-bilang ya, ini rahasia” namun kemudian menyebar dengan sangat kolosal.

Ketika saya “bertemu” dengan Bu Tejo dan kawan-kawannya itu, saya merasa sedang menyaksikan kehidupan yang biasanya. Kehidupan nyata yang kebetulan dialihwahanakan ke dalam film.

Dalam kehidupan saya, saya sudah kadung menemukan Bu Tejo dalam diri kawan-kawan saya, dalam diri adik saya, dalam diri ibu saya, dalam diri istri saya, bahkan, dalam diri saya sendiri. Dan saya pikir, hal ini tentu bukan hanya terjadi pada saya.

Dengan segala ke-biasa-an tersebut, lantas kenapa begitu banyak orang yang tampak merasa sangat takjub pada “Tilik” wabilkhusus pada sosok Bu Tejo?

Dugaan saya satu: Sebab orang-orang begitu suka saat karakternya diwakilkan oleh sesuatu.

Kita semua mafhum bahwa orang patah hati akan merasa sentimentil saat mendengarkan lagu tentang patah hati. Orang yang jatuh cinta akan bahagia saat mendengarkan lagu tentang jatuh cinta. Pun orang yang gelisah akan merasa puas saat mendengarkan lagu tentang kegelisahan.

Dalam film “Tilik”, orang-orang yang hobi rasan-rasan atau malah sering menjadi bahan rasan-rasan, bersuka-cita merayakan kemunculan Bu Tejo, sosok yang di dalam dirinya terdapat spirit rasan-rasan.

Mark Zuckerberg yang gigih dan kreatif itu pernah dibikinkan film biografi berjudul “The Social Network”, Stephen Hawking yang cerdasnya keterlalauan itu dibikinkan film biografi berjudul “The Theory of Everything”, Freddy Mercury yang legendaris itu dibikinkan film biogri berjudul “Bohemian Rhapsody”.

Nah, kita yang hobi rasan-rasan ini pada akhirnya juga kebagian buat dibikinkan film biografi, dengan judul “Tilik”, dengan tokoh utama Bu Tejo.

Dan sekarang tugas kita adalah bersuka-cita merayakannya.

Terakhir diperbarui pada 21 Agustus 2020 oleh

Tags: bu tejofilm pendektilik
Iklan
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Film Safe Haven.MOJOK.CO
Seni

Tutorial Masuk Surga ala “Kang Mus” dalam Safe Haven, Film Pendek Berdurasi Singkat tapi Ngilunya Melekat

29 April 2025
Siti Fauziah Film ‘Tilik’: Kok Bisa Karakter Bu Tejo Dianggap Menurunkan Nilai Perempuan?
Movi

Siti Fauziah Film ‘Tilik’: Kok Bisa Karakter Bu Tejo Dianggap Menurunkan Nilai Perempuan?

1 Februari 2025
teamrog main film pendek for those who dare" Mojok.co
Kilas

TeamROG Main Film Pendek ‘For Those Who Dare’

21 Oktober 2022
ilustrasi Cara Membuat Darah Palsu dan Tai Mengambang untuk Properti Film mojok.co
Pojokan

Cara Membuat Darah Palsu dan Tai Mengambang untuk Properti Film

2 Desember 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Menilik Profesi Penari dan Abdi Dalem Keraton Jogja

Menilik Profesi Penari dan Abdi Dalem Keraton Jogja

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tertipu lowongan kerja (loker) palsu di Kalideres, Jakarta Barat MOJOK.CO

Tergiur Loker Gaji Besar di Kalideres Jakarta Barat, Uang Jutaan Ludes buat Jaminan Berakhir Terlantar di Ruko Kosong

19 Mei 2025
Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merantau ke Jakarta.MOJOK.CO

Nekat Merantau ke Jakarta Bermodal Ijazah S1 Malah Berakhir Apes, Tinggal di Kos Sempit dan Berakhir Jadi Tukang Parkir Blok M

19 Mei 2025
Modal uang Rp3 ribu bisa naik kereta api dari Surabaya hingga Jakarta MOJOK.CO

Pengalaman Nekat dan Penuh Siasat Naik Kereta Api, Modal Rp3 Ribu buat ke Berbagai Kota Tanpa Diusir

21 Mei 2025
Pengalaman konyol pertama kali nginep di sebuah hotel di Malang MOJOK.CO

Pertama Kali Nginep di Hotel: Berlagak Kaya Berujung Malu karena Kegoblokan, Bingung Cara Buka Pintu Kamar

21 Mei 2025
Kotak Pandora Politik Terbuka: Gus Romy Ungkap Krisis di PPP

Kotak Pandora Politik Terbuka: Gus Romy Ungkap Krisis di PPP

20 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.