Saya Mau Kok Dipimpin Prabowo yang Suka Ngomong Kasar - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Saya Mau Kok Dipimpin Prabowo yang Suka Ngomong Kasar

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
10 April 2019
0
A A
Prabowo ngamuk MOJOK.CO
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Pak Prabowo suka memaki dan ngomong kasar? Ya nggak papa toh. Itu tandanya beliau orang yang cerdas, fleksibel, paham masalah, dan bisa jadi teman yang baik.

Saya sendiri suka ngomong kasar. Namun, dalam konteks dan situasi yang tepat. Makian, ketika digunakan dalam konteks dan situasi yang tepat, bisa jadi bumbu pertemanan yang asik. Obrolan menjadi cair dan pertemanan terasa semakin dekat. Saling memaki (misuh, dalam Bahasa Jawa) ketika bercanda dengan teman juga bisa menjadi pertanda strata pertemanan.

Kalau makiannya masih menggunakan kata “jancok” atau “gundulmu” itu menggambarkan teman, dekat, tapi jarang ketemu. Kalau lebih akrab dan sering ketemu, misalnya ketika asik main PES atau FIFA, biasa terdengar makian, “Asu koe, Daf!” atau “Jingan koe, Ga!” atau “Babi koe, Don!”. Makian itu untuk mengekspresikan kekesalan karena dicurangi ketika main game. Namun, konteksnya bercanda.

Terdengar kasar, tapi itu wujud rasa sayang kepada teman. Menunjukkan tidak ada sekat di antara kita. Oleh sebab itu, ketika Prabowo sering menggunakan kata atau istilah yang kasar, marah-marah di atas mimbar, saya sih malah suka.

Yang dilakukan Prabowo itu kan cuma ekspresi. Ya kalau rumahmu dikepung panser seperti rumahnya Pak Habibie dulu karena mengkritik kebiasaan Prabowo, ya itu berarti kamu yang kelewatan. Pak Prabowo masak kelewatan. Ya nggak bisa. Cuma saya dan kamu yang bisa, beliau nggak mungkin. Camkan itu, Sugi!

Baru-baru ini, dalam rentetan kampanye ketika hari coblosan semakin dekat, Pak Prabowo sering menggunakan ungkapan yang sungguh menarik. Beliau marah-marah. Saya tahu, kalau soal marah-marah sih biasa saja. Namun, kalau dibumbui dengan omongan kasar di depan ribuan massa, nah itu baru menarik.

Baca Juga:

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!

17 Maret 2023
capres dari ugm

Empat Kandidat Capres Berasal dari UGM, Siapa Saja Mereka?

28 Februari 2023

Yang menarik bagi saya adalah diksi, pilihan kata yang digunakan oleh Prabowo. Beliau mencoba mengombinasikan antara intimidasi dan ice breaking. Seperti misalnya ketika menanggapi “kabar miring” soal kampanye akbar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta tempo hari.

Jadi, banyak “elite” dan pemberitaan di luar sana yang menyebut kalau massa yang datang di kampanye akbar itu hanya 15 ribu orang saja. Nah, ketika kampanye di Pelataran Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, Prabowo terbawa “suasana”.

Saking emosinya, bahkan beliau sampai menggunakan sebuah makian, yang bukannya menyeramkan, malah terdengar lucu. Jadi, Ketum Gerindra itu bilang begini: “Elite semua bohong, yang bilang di GBK 15 ribu orang matanya di dengkul!”

“Matanya di dengkul!” Sebuah makian yang justru terdengar lucu. Ini jenis makian yang satu cluster dengan “Mbahmu kiper!” dan “Dengkulmu mlocot!” yang kalau dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia menjadi jauh dari kata seram: “Nenekmu penjaga gawang!” dan “Lututmu terkelupas!”. Ini usaha yang perlu kamu hargai. Beliau tetap ingin terdengar tegas dan berani, tapi tetap unyu. Ini sulit, lho.

Tapi saya sih nggak heran kalau Prabowo bisa sekreatif ini. Lha wong gurunya Ki Amien Rais. Seorang politikus andal, senior, dan pandai bermain kata-kata. Err, maksud saya menciptakan istilah yang quote-able. Tak perlu saya jelaskan, misalnya, ketika Ki Amien Rais bisa tahu doa malaikat yang meminta Jokowi kalah.

Untuk mengimbangi makian yang unyu dan squishy-able itu, Pak Prabowo menggunakan kata “bajingan”. Begini kalimatnya:

“Banyak antek-antek asing itu di Jakarta, bajingan itu. Eh, maaf, maaf, nggak boleh bicara kasar… Ini karena Wong Kito Galo ini. Tapi kalian mau dengar yang kasar apa yang benar? Kalau kalian mau dengar yang benar, memang bajingan mereka.”

Perhatikan, ini Pak Prabowo ingin menegaskan bahwa kebenaran itu memang pahit. Kalau memang bajingan, ya katakan bajingan. Nggak perlu ditutupi, nggak perlu pakai topeng. Lagian siapa sih para elite ini? Elite yang biasanya rapat, tapi bolos dan nggak menyelesaikan target RUU? BTW, Pak Prabowo termasuk elite nggak ya?

Ya nggak dong, Pak Prabs kan sedang memosisikan dirinya sebagai populist. Apa itu populist? Populist adalah orang, biasanya politikus, yang berusaha menarik simpati warga dengan menekankan keprihatikan karena sudah diabaikan oleh para elite yang sudah mapan. Pak Prabowo mapan? Ya enggak, dong. Lha wong bayar gaji karyawan saja nggak biasa, kan itu berarti beliau belum mapan. Ehh, betul nggak sih berita itu? Tolong saya dicerahkan.

Ngomong kasar dan suka memaki itu bukan sesuatu yang buruk. Makian adalah indikator kecerdasan seseorang. Sebuah penelitian yang dilansir oleh washingtonpost.com menemukan bahwa orang yang suka memaki adalah orang yang cerdas. Kok bisa begitu?

Pertama, makian berkaitan dengan kayanya perbendaharaan kata seseorang. Kedua, paham betul dengan konteks lawan bicara. Ketiga, menunjukkan kepercayaan diri seseorang. Keempat, menunjukkan bahwa kamu orang yang fleksibel. Kelima, sadar dengan kondisi emosi diri sendiri. Keenam, lebih mudah menemukan solusi sebuah masalah.

Bagi politikus, makian menjadi sebuah kata yang tabu untuk diucapkan. Setidaknya itulah anggapan masyarakat luas. Sebagai tokoh masyarakat, citra diri menjadi terlalu penting. Yang sopan, yang santun, dianggap sebagai politikus yang lebih baik. Padahal di belakang korupsi berjamaah. Padahal katakan tidak, ternyata kok korupsi.

Oleh sebab itu, saya mau saja dipimpin Prabowo. Dipimpin ya. Dipimpin kan nggak selalu harus jadi presiden. Ketua Kelas, Ketua RW, atau jadi Pak Dukuh kayaknya cocok juga buat Pak Prabs kalau kalah (lagi) di Pilpres.

Dipimpin Pak Dukuh yang tegas dan fleksibel kayaknya enak. Kalau ngobrol di warung kopi, sambil ngudud, kaki dinaikkan satu ke kursi, bisa sambil bertukar makian dengan manja.

“Wah Pak Dukuh, buajingan betul itu si Sugi. Disuruh ikut kerja bakti banyak alasan.”

“Ya sudah, biarin saja. Mungkin dengkulnya mlocot.”

Mesraa~

Terakhir diperbarui pada 10 April 2019 oleh

Tags: jokowiPilpres 2019prabowoprabowo gebrak meja
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!
Movi

Bukti Jokowi Punya Aura Pembangunan Infrastruktur!

17 Maret 2023
capres dari ugm
Kotak Suara

Empat Kandidat Capres Berasal dari UGM, Siapa Saja Mereka?

28 Februari 2023
deklarasi anies oleh pks
Kotak Suara

PKS Resmi Mendeklarasikan Anies Baswedan Jadi Capres, Bagaimana Elektabilitasnya? 

25 Februari 2023
belanja iklan politisi
Kotak Suara

Yuk, Intip Daftar Capres Paling Sering Ngiklan di Medsos, Siapa yang Paling Gede?

20 Februari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Ibu Suka Marah Membuat Sumpek Tinggal di Rumah

Surat buat Penganiaya Audrey

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Prabowo ngamuk MOJOK.CO

Saya Mau Kok Dipimpin Prabowo yang Suka Ngomong Kasar

10 April 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023
jurusan kedokteran mojok.co

Selektivitas 7 Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia 

16 Maret 2023

Terbaru

manfaat puasa mojok.co

Pakar UGM: Berpuasa Baik untuk Kesehatan Mental

23 Maret 2023
rohana kudus pahlawan perempuan

Rohana Kudus: Bermula dari ‘Homeschooling’, Jadi Gemar Bikin Sekolah, Lanjut Jadi Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

23 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
surat pelaku mutilasi mojok.co

Isi Lengkap Surat Pelaku Mutilasi di Sleman Sebelum Tertangkap

23 Maret 2023
massa mengambang jelang pemilu

Jelang Pemilu, Apa itu Massa Mengambang yang Jadi Rebutan Parpol?

22 Maret 2023
Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

Wage Rudolf: Rasisme Jogja dan Kumandang Indonesia Raya

22 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In