Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Nggak Usah Terbeli oleh Romantisasi Jogja. Asline Biasa Wae, Lur

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
6 Januari 2020
0
A A
tempat wisata dan kuliner jogja romantisme jogja kla project klitih tempat wisata MOJOK.CO

tempat wisata dan kuliner jogja romantisme jogja kla project klitih tempat wisata MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Setelah menjajal hidup di beberapa kota termasuk Jogja, saya jadi menyadari kuatnya framing media tentang Jogja sebagai kota paling romantis. Padahal aslinya biasa aja. Ini pasti gara-gara lagunya KLA Project.

Percayalah mulai dari kunjungan pertama ke Yogyakarta saat TK hingga sekarang tinggal di kota ini, saya nggak pernah sekalipun termotivasi untuk foto di bawah plang Jalan Malioboro. Bukan ngatain yang udah foto-foto itu norak ya, saya cuma nggak paham esensinya karena itu hanyalah sebuah plang jalan biasa. Sekalipun di Jaipur, mungkin saya nggak ingin selfie begitu.

Tapi inilah magisnya Jogja dengan segala romantisasinya yang berlebihan. Sekalinya kawan-kawan saya yang dari Jawa Timur tahu kini saya tinggal di Jogja, mereka bakal iri. Padahal saya tuh nggak mungkin setiap hari chill di Kopi Klothok atau kelayapan ke Pasar Beringharjo. Mereka selalu menganggap Yogyakarta adalah kota terbaik untuk dirindukan dan nyaman untuk ditinggali. Padahal Jogja itu nek ditunggoni ra sugeh-sugeh karena besaran UMR yang bikin keselek.

Saya menduga semua ini terjadi karena ulah KLA Project. Lagu berjudul “Yogyakarta” seakan bilang betapa Jogja tetap akan memberikan kebahagiaan walau sedang patah hati. Jogja akan mengobatimu yang sedang ambyar.

Preeet!

Saya kasih tahu, saya pernah patah hati di Jogja, rasanya masih nyesek dan berasa sampai sekarang tuh. Kami dulu pernah jalan-jalan sepanjang Sayidan dan kalau lewat situ lagi saya nggak pengin blas mengenang dia. Mlz. Intinya, sekalipun kalian sedang di Wonogiri, kalau bisa berdamai dengan patah hati, suasananya juga nggak akan kalah gemas kok. Sambil menikmati mi ayam mengenang si dia yang kepedesan, misalnya.

Beberapa orang mungkin mulai mengumpat dan menuduh saya sengaja mematikan potensi wisata Jogja dengan menulis artikel ini. Ga gitu yha. Yujo ki tetaplah sebuah kota yang menyenangkan untuk dikunjungi. Dikunjungi loh. Tapi kalau memutuskan untuk tinggal dan hidup di Jogja tentu tetap harus mempertimbangkan beberapa hal secara matang. Harga tanah di sini mahal, kos juga banyak yang kosongan. Kalau kalian orang Jakarta yang terbiasa ngadem di mal, saya nggak yakin akan betah dengan mal-mal Jogja yang nggak jualan bubble tea kekinian.

Sampai saya akhirnya menemukan unggahan ini.

KULIAHO NENG BINUS WAE PO LSPR. WES KOE RA COCOK NENG UGM pic.twitter.com/kiguMiKfmg

— mahasiswa yujiem (@mahasiswaYUJIEM) December 27, 2019

Aslinya Jogja juga nggak butuh kamu, Mas, Mbak. Dan memang Joga apa adanya begini. Jadi jangan mematok ekspektasi ketinggian perihal kota yang juga banyak teror klitihnya ini. Nggak semua orang bakal mampu menaklukan kota ini. Pertarungan di sini juga sengit. UNY vs UGM secara mental sudah jadi rival walau cuma ejek-ejekan sambil ngopi di warung burjo.

Jujur saja setelah tinggal di sini, saya selalu ragu buat pulang larut kalau sudah lewat jam 12 malam. Saya harus memastikan jalur yang saya lalui nggak punya sejarah tawuran antarsuporter sepak bola. Saya juga harus yakin betul nggak ada klitih berkeliaran di jalan, yang mana hal ini mustahil diprediksi. Beda saat saya kuliah di Malang. Terpaksa pulang malam karena lembur mengurus event sampai mengantar kawan ke stasiun dini hari mah gas aja.

Yah begitulah. Urip cen perkoro sawang sinawang.

BACA JUGA Jogja Berhati Mantan atau esai AJENG RIZKA lainnya.

Terakhir diperbarui pada 6 Januari 2020 oleh

Tags: Mahasiswa Jogjawisata jogjaYogyakarta
Iklan
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Festival Literasi Jogja 2025 di Yogyakarta: Contoh kegiatan literasi yang mengajak masyarakat berpikir aras tinggi MOJOK.CO
Aktual

Festival Literasi Jogja 2025 Ajak Masyarakat Berpikir Aras Tinggi di Tengah Tantangan Literasi Indonesia di Tingkat Dunia

9 Juli 2025
3 Strategi Menikmati Kopi Klotok, Ujung Tombak Wisata Jogja (Hammam Izzudin:Mojok.co)
Pojokan

Kopi Klotok Jogja Bikin Malas Warga Lokal, tapi Dicintai Wisatawan meski Harus Antre Panjang sambil Berdiri Sampai 1 Jam

6 Juli 2025
Pemerintah Kota Yogyakarta tambah Tempat Khusus Merokok demi wujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Malioboro MOJOK.CO
Kilas

Jangan Lagi Merokok Sembarangan di Malioboro karena Tersedia Banyak Tempat Khusus Merokok, Ada Spot Enjoy untuk Nikmati Suasana Jalan

3 Juli 2025
Niat Cuma Untuk Sampingan, Ternyata Telur Puyuh Malah Bikin Hidup Lebih Nyaman
Movi

Niat Cuma Untuk Sampingan, Ternyata Usaha Puyuh Malah Bikin Hidup Lebih Nyaman

2 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pemerintah Kota Semarang. MOJOK.CO

Dana Operasional Rp25 Juta Per RT, Angin Segar untuk Masyarakat Kota Semarang

17 Juli 2025
Pupuk Organik Buatan Sendiri Jadi Andalan di Tengah Krisis Bertani

Pupuk Organik Buatan Sendiri Jadi Andalan di Tengah Krisis Bertani

15 Juli 2025
Pertama kali makan di warung makan warteg. Katrok saat ditanya menu hingga penyesalan setelah makan MOJOK.CO

Pertama Kali Makan di Warteg: Mendadak Goblok saat Ditanya “Mau Makan Apa?”, Kenyang tapi Menyesal, hingga Tebus Nasib Miris Masa Kecil

13 Juli 2025
Fadli Zon: Narasi Orde Baru dalam Bayang-Bayang Reformasi

Fadli Zon: Narasi Orde Baru dalam Bayang-Bayang Reformasi

12 Juli 2025
Anggota PSHT Iri dengan Perguruan Tapak Suci yang Dianakemaskan Muhammadiyah karena Merasa Dikucilkan di UMM. MOJOK.CO

PSHT Tetap di Hati meski Belajar di Lingkungan Muhammadiyah yang Punya Tapak Suci

16 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.