Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Milenial Terancam Nggak Punya Rumah dan Dana Pensiun, Yakin Mau Tetap Rebahan Aja?

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
25 Januari 2020
0
A A
MIlenial Terancam Nggak Punya Rumah dan Dana Pensiun, Yakin Mau Rebahan Aja? mojok.co

MIlenial Terancam Nggak Punya Rumah dan Dana Pensiun, Yakin Mau Rebahan Aja? mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kecuali kalian anak sultan yang bahkan nggak kerja aja bisa party sana-sini, kalian yang milenial harus mulai khawatir akan masa depan. Jangan cuma rebahan. 

Saya baru saja selesai membaca laporan Huffington Post tentang alasan kenapa milenial AS saat ini akan punya masa depan yang supersurem dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Laporan itu menyebutkan kalau milenial AS selain berhadapan dengan masalah kerusakan lingkungan, mereka juga terbebani dengan student loan (utang biaya sekolah yang cicilannya bisa seumur hidup), upah minimum yang kecil, hingga kenyataan bahwa mereka kemungkinan tidak akan bisa membeli rumah sendiri.

Dalam keadaan seperti itu, milenial AS kemungkinan besar harus menunda pernikahan dan punya anak. Atau sekalian memutuskan untuk hidup sendirian saja. Ya gimana, menanggung hidup sendiri aja susah, apalagi menanggung hidup orang lain. Orang Amerika kayaknya nggak mengenal hidup dengan modal cinta hhe hhe.

Setelah membaca laporan Huffington Post ini, saya agak ngeri juga sebenarnya. Mau nggak mau, saya ikut kepikiran soal masa depan.

Tahun ini, umur saya 24 tahun. Sudah bekerja 2 tahun tapi kok ya saya lihat saldo tabungan saya tidak jauh berbeda dengan jumlah uang saya di tanggal tua. Alias… nyaris kosong. Kalau hidup saya gini-gini aja, dengan tabungan sekian, dan gaji per bulan saya, saya baru sadar kalau kemungkinan besar saya nggak bisa beli rumah juga.

Kalau saya pikir-pikir, sebenarnya saya merasa can relate dengan masalah milenial di Amerika. Saya jadi penasaran apa milenial lain di Indonesia juga memikirkan hal yang sama, ya? Maksud saya, masalah-masalah seperti upah dan rumah nyaris tidak pernah dibicarakan sama sekali. Lah orang di keseharian, yang dibicarakan cuma keinginan untuk rebahan. Ya, kan?

Oh iya, satu lagi. Rebahan, dan pengalaman jadi sobat ambyar karena suka fall in love with people we can’t have. Hiks.

Saya jadi curiga, jangan-jangan masalah milenial di Indonesia sebenarnya cuma satu, mereka nggak ngerasa punya masalah…?

Jangan-jangan memang demikian. Banyak milenial nggak sadar kalau mereka sedang berjalan ke arah masa depan yang lebih suram. Kenapa suram?

Pekerjaan semakin sulit didapatkan. Dan itu bahkan terjadi untuk orang-orang yang berpendidikan. Buktinya sudah banyak di lapangan. Coba pikir deh, sekarang, gelar sarjana rasanya udah nggak ada harganya. Karena sekarang sudah banyak yang punya, nilainya jadi turun setara dengan punya ijazah SMA.

Akhirnya, keinginan untuk mengerjakan pekerjaan impian harus terkubur begitu saja karena saking tingginya persaingan. Mau nggak mau, milenial dipaksa kerja apa saja yang penting bisa dapat uang.

Kalau udah kayak gitu, biaya kuliah mahal yang mereka keluarkan, dibayar dengan nggak sepadan dengan pendapatan yang dapatkan.

Belum lagi kalau mereka jadi pekerja di perusahaan yang sistem kerjanya kontrak atau alih daya (outsourcing). Kerja bertahun-tahun di sana, boro-boro bisa dapat pesangon atau pensiunan kalau resign. Jaminan kesehatan aja harus mereka tanggung sendiri!

Mana upah minimum selalu stagnan padahal kebutuhan selalu naik karena inflasi. Dulu sih enak, sebelum inflasi, dengan jumlah uang yang sama, upah minimum bisa cukup untuk dipakai berkeluarga. Lah sekarang, boro-boro. Dengan gaji segitu, jangankan bisa nabung. Nggak nombok buat sehari-hari aja udah untung.

Lalu hidup akan semakin nelangsa karena milenial hanya bisa melihat iklan harga properti yang terus naik setiap hari. Karena nggak kebeli, mau tidak mau harus hidup dengan orang tua dalam jangka waktu lama.

Well, hidup dengan orang tua sampai tua mungkin tidak terdengar terlalu buruk. Tapi bagaimana jika selama mereka “numpang” hidup di sana, mereka terus menerus disalahkan atas ketidakmampuan membeli rumah karena kalian dianggap tidak memilih pekerjaan dengan baik, tidak pernah menabung, dan kebanyakan beli kopi dan boba di masa muda? Hemm? Apa nggak mumet ndase.

Karena nyadar diri, mereka memutuskan untuk tidak berkomitmen dengan orang lain. Lalu hidup kesepian. Lalu menyalahkan diri sendiri. Lalu depresi. Lalu mat….

Aduh sedih sekali, saya sampai mau nangis sendiri nulisnya karena bisa membayangkan saya berakhir dengan cara yang sama.

Di sini saya bukan mau nakut-nakutin karena kenyataannya, ini realitas yang bisa jadi atau malah sangat mungkin terjadi.

Saya tidak menyalahkan kalian yang cuma pengin rebahan. Tapi mbok ya ayo mikir buat jangka panjang tentang apa yang akan kalian lakukan.

Kecuali kalian anak sultan atau anak pejabat yang punya banyak privilese yang bahkan nggak kerja aja bisa party sana sini, kalian harus mulai khawatir akan masa depan. Harus mulai numbuhin kesadaran kelas!

Karena apa yang terjadi di masa depan ini, sebenarnya bisa saja dibenahi dari sekarang. Khususnya masalah struktural yang sebenarnya berhubungan dengan keputusan politik yang terjadi saat ini. Aturan mengenai ketenagakerjaan, misalnya. Meskipun saat ini kita (((merasa belum))) terdampak, di masa depan, misal dipecat dari pekerjaan yang sudah settle sekarang, bukan kah mau tidak mau kita harus mengikuti aturan yang tidak adil itu?

Saya pikir penting juga untuk kita menyuarakan aspirasi di ruang-ruang publik. Juga berpartisipasi dalam politik (bukan, bukan berarti harus nyaleg atau ikut partai ya) maksudnya, kita harus mendorong kebijakan yang memihak, dan menolak kebijakan yang merugikan. Jangan rebahan aja….

BACA JUGA Kenapa Banyak Orang Dewasa Milenial Suka Bertindak Kekanak-kanakan? atau artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 6 Februari 2020 oleh

Tags: dana pensiunmilenial
Iklan
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

Benarkah Freelance Lebih Menjanjikan Buat Gen Z dan Milenial di 2025?.MOJOK.CO
Ragam

Benarkah Freelance Lebih Menjanjikan Buat Gen Z dan Milenial di 2025?

16 Januari 2025
Acara TV Dunia Lain.MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Nggak Akan Relate Sama Seramnya ‘Dunia Lain’, Malah Kini Cuma Jadi Olok-Olok karena Cringe

10 Januari 2025
Dana Pensiun dan Mulut Manis Sri Mulyani Si Sales Bank Dunia MOJOK.CO
Esai

Dana Pensiun dan Mulut Manis Sri Mulyani Si Sales Bank Dunia: Urusan Rakyat Selalu Belakangan

31 Agustus 2022
Air Fryer Belum Tentu Lebih Sehat daripada Wajan Penggorengan Biasa
Konter

Air Fryer Belum Tentu Lebih Sehat daripada Wajan Penggorengan Biasa

26 Januari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

mahasiswa KKN.MOJOK.CO

Warga Desa Sebenarnya Kasihan dengan Mahasiswa KKN: Duit Tipis, Hidup Susah, tapi Dituntut untuk “Mengentaskan Kemiskinan”

11 Juli 2025
Cangkringan, Kecamatan Paling Cantik di Sleman (Foto oleh Mohammad Sadam Husaen)

Ketika Klub Sepeda Bahagia Cycling Comedy Membelah Cangkringan Sleman, Kecamatan Paling Cantik yang Membuat Kecamatan Lain Minder

10 Juli 2025
mahasiswa muak dengan KKN Kebangsaan. MOJOK.CO

Peliknya Program KKN Kebangsaan yang Dianggap Nggak Memberikan Solusi, Malah bikin Beban untuk Warga

9 Juli 2025
FIFGROUP Dorong Pemberdayaan UMKM Lewat FIFestival Kuliner 2025

FIFGROUP Dorong Pemberdayaan UMKM Lewat FIFestival Kuliner 2025

8 Juli 2025
Honda Vario 125 Pilihan Orang Waras, Tua tapi Kuat MOJOK.CO

Honda Vario 125 Pilihan Orang Waras, Warisan Rangka Tua yang Nggak Menyedihkan Seperti Warisan Rangka ESAF Honda

10 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.