ADVERTISEMENT
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Kebohongan Ratna Sarumpaet Jadi Bukti Kalau Gengsi Itu Sangat Berbahaya

Kris Mheilda oleh Kris Mheilda
3 Oktober 2018
0
A A
ratna sarumpaet
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Awalnya saya mengenal Ibu Ratna Sarumpaet adalah seorang seniman yang bergelut di bidang teater dan ibu dari artis idola saya Atiqa Hasiholan. Eh, ternyata selain bergelut di dunia teater Bu Ratna juga seorang aktivis, walau belakangan sepertinya beliau mau balik lagi ke dunia teater dengan aktingnya yang menawan—tapi gagal.

Semua bermula ketika Bu Ratna Sarumpaet mengaku ke beberapa politisi bahwa dirinya telah dianiaya oleh orang tak dikenal usai mendatangi konferensi di Bandung. Di benak saya awalnya, “Wah, berbahaya sekali kalau perempuan jadi aktivis, bisa rentan dianiaya begitu ya?” Menurut pengakuannya Bu Ratna mengalami penganiayaan sudah sedari tanggal 21 September lalu.

Pada awalnya nih saya masih positive thinking sama Ibu Ratna Sarumpaet, mungkin karena beliau adalah seorang public figure makanya beliau menunda lapor karena takut bikin heboh di media.

Tapi kisah itu malah diceritakan ke beberapa politisi. Beberapa di antaranya Fadli Zon, Amien Rais, dan Prabowo Subianto. Netizen heboh. Beberapa langsung menuduh bahwa ini adalah aksi “balas dendam” karena Bu Ratna terlalu vokal mengritik pemerintahan Jokowi. Beberapa yang lain memilih menunggu, karena ada banyak ketidaksinkronan dari pengakuan Bu Ratna—yang disampaikan beberapa politisi ke publik.

Herannya, ketika semua media mem-blow up kasus ini, berikut dengan komentar-komentar para politisi—sehingga membuat kasus ini jadi terkesan politis, Bu Ratna yang saya kenal begitu vokal tersebut malah semakin misterius keberadaannya. Sampai kemudian Bu Ratna mengaku bahwa dirinya berbohong pada konferensi pers.
Aduh, kenapa lho Ibu harus berbohong?

Seketika pandangan saya tentang Bu Ratna Sarumpaet jadi runtuh, ternyata Bu Ratna tidak sekeren yang saya kira. Awalnya saya miris sekali melihat penganiayaan terhadap Ibu Ratna dan ingin membelanya, tak peduli Bu Ratna ada di kubu mana dan dekat dengan siapa.

Baca Juga:

Soal Alasan Demokrat ke Prabowo, Pengamat: SBY Belum Berdamai dengan Megawati MOJOK.CO

Soal Alasan Demokrat ke Prabowo, Pengamat: SBY Belum Berdamai dengan Megawati

19 September 2023
Demokrat Dukung Prabowo, Berikut Ini Peta Poros Koalisi Parpol di Pemilu 2024. MOJOK.CO

Peta Poros Koalisi Parpol di Pemilu 2024 Setelah Demokrat Dukung Prabowo

18 September 2023

Setelah dipikir-pikir lagi tindakan Ibu Ratna yang mengejutkan ini menimbulkan beberapa trauma nggak sih? Jujur ya saya sekarang merasa seperti kena prank dari seorang public figure. Dan hasilnya lucu sih lucu sampai bikin pengen ngomong: Apaan sih, Bu? Nggak lucu kale?

Ya gimana, seorang public figure yang terkenal diikuti banyak orang kok ya bohong dan malah mengaku sebagai produsen hoax. Huvt.

Kalau ada yang paling kesal dengan kejadian ini, ya tentu saja pihak kepolisian. Sudah dituduh tidak netral belakangan ini, lalu ditekan oleh beberapa politisi untuk mengusut kasus yang ternyata prank ala Bu Ratna ini. Lalu sampai serius usut kasus ini dari ujung ke ujung, eh ternyata cuma kena social-experiment.

Meski begitu, sebagai sesama perempuan, saya paham apa yang dirasakan Bu Ratna. Barangkali Bu Ratna sedang bingung saat itu. Pulang ke rumah dengan muka yang lebam-lebam ya pasti membuat anak-anak di rumah bertanya-tanya. Memang itu akan membuat anak-anak bertanya-tanya, tapi yang saya herankan kenapa beliau harus berbohong? Berbohong dipukuli pula, bukannya itu malah membuat anak-anaknya tambah panik?

Mungkin kebohongan yang diciptakan oleh Ibu Ratna karena gengsi. Gengsi kalau harus mengakui habis sedot lemak tapi malah jadi lebam-lebam. Jadi seperti program gagal gitu, sebagai perempuan saya juga pernah mengalami seperti itu. Karena salah facial hidung saya jadi lebam juga ditanya sama teman-teman saya bilang itu gara-gara kejeduk. Jadi kasusnya nggak karena facial, kalau mengaku karena facial pasti di-bully sudah sama teman-teman.

Karena masalah fisik seringkali jadi bahan bully-an. Bisa jadi Bu Ratna malu kalau ditanya kenapa mukanya bengkak begitu, lalu jawab jujur, “Habis operasi plastik.” Bisa jadi dalam pikiran Bu Ratna, lebih baik menjaga harga dirinya sebagai perempuan kalau bilang, “Habis dipukulin.” Kesan heroik muncul, meski jelas hal ini juga tidak bisa dibenarkan begitu saja.

Sebagai perempuan, tubuh menjadi penting untuk dirawat. Mungkin Bu Ratna merasakan hal seperti itu, melindungi diri dari bully-an dengan kebohongan. Takut kalau-kalau dirinya ditertawakan oleh anaknya sendiri atau kenalan-kenalannya lalu dibilang aneh-aneh.

Hal seperti itu (baca: operasi plastik) sakit lho itu buat perempuan karena bisa dibilang tidak percaya diri sama penampilannya sendiri. Apalagi jika ada peluang hal “memalukan” seperti itu bisa dibalik jadi sesuatu yang hebat karena dianggap sebagai perempuan yang kuat dan tahan banting—karena habis dipukuli. Biar kayak Wonder Woman gitu bikin drama kalau dia dipukuli kan jadi terlihat kalau Bu Ratna jadi kuat.

Bisa jadi hal ini tidak akan jadi persoalan besar kalau Bu Ratna hanya berbohong ke keluarganya sendiri dan berkata; “Nggak usah diomongin ke siapa-siapa ya?” Meski itu jelas kebohongan, tapi sifatnya yang privat tidak akan jadi masalah yang besar seperti sekarang. Celakanya, Bu Ratna malah cerita ke para politisi yang sedang sibuk-sibuknya membangun citra sekaligus meruntuhkan citra lawan politiknya.

Jika Fadli Zon bisa menahan diri barang sebentar untuk tidak mengumbar persoalan ini ke publik, sambil mengecek kebenaran kabar ini. Masalah yang malah menghancurkan citra kubu oposisi ini tidak akan terjadi, dan jelas tulisan yang sedang kamu baca ini tidak akan pernah ada.

Kasus hoax Bu Ratna Sarumpaet ini jadi bukti kalau gengsi adalah hal yang sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Terakhir diperbarui pada 3 Oktober 2018 oleh

Tags: Fadli Zonhoaxkronologi bom surabayapenganiayaan ratna sarumpaetpraboworatna sarumpaetratna sarumpaet bohongterbukti hoax
Kris Mheilda

Kris Mheilda

Kadang Minggir, kadang Gunungkidul

Artikel Terkait

Soal Alasan Demokrat ke Prabowo, Pengamat: SBY Belum Berdamai dengan Megawati MOJOK.CO
Kilas

Soal Alasan Demokrat ke Prabowo, Pengamat: SBY Belum Berdamai dengan Megawati

19 September 2023
Demokrat Dukung Prabowo, Berikut Ini Peta Poros Koalisi Parpol di Pemilu 2024. MOJOK.CO
Kilas

Peta Poros Koalisi Parpol di Pemilu 2024 Setelah Demokrat Dukung Prabowo

18 September 2023
Kemungkinan Prabowo Gandeng Yenny Wahid, Pakar UGM: Bisa Unggul Suara NU di Jatim
Kilas

Kemungkinan Prabowo Gandeng Yenny Wahid, Pakar UGM: Unggul Suara NU di Jatim

17 September 2023
BUDIMAN SUDJATMIKO DAPAT APA DARI PRABOWO?
Movi

Budiman Sudjatmiko Dapat Apa dari Prabowo?

1 September 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
KEPALA SUKU-MOJOK

Ketika Wak Kadirun Marah

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

4 Kisah Pilu di Balik Gegap Gempita Sumbu Filosofi Jogja Jadi Warisan Budaya Dunia MOJOK.CO

4 Kisah Pilu di Balik Gegap Gempita Sumbu Filosofi Jogja Jadi Warisan Budaya Dunia

26 September 2023
Mengunjungi Lubang Buaya Jogja di Condongcatur, Tempat Dua Jenazah Tentara Ditemukan MOJOK.CO

Mengunjungi Lubang Buaya Jogja di Condongcatur, Tempat Dua Jenazah Tentara Ditemukan

27 September 2023
4 Alasan Mengapa Wacana Dua Poros, Prabowo vs Anies Baswedan di Pilpres 2024 Sulit Terlaksana MOJOK.CO

4 Alasan Mengapa Wacana Dua Poros di Pilpres 2024 Sulit Terlaksana

22 September 2023
Monumen Sanapati Kotabaru, Pengingat Peran Penting Persandian MOJOK.CO

Monumen Sanapati Kotabaru dan Kisah Persandian Menyelamatkan Kemerdekaan Indonesia

25 September 2023
Sejarah Jalur Pantura, Ada Sejak Mataram Islam yang Tumbalkan Nyawa Ribuan Pribumi di Masa Belanda MOJOK.CO

Sejarah Jalur Pantura, Ada Sejak Mataram Islam yang Tumbalkan Nyawa Ribuan Pribumi di Masa Belanda

24 September 2023
Wisatawan Keluhkan Minimnya Toilet Umum di Malioboro: Kurang Nyaman dan Tidak Ramah Perempuan MOJOK.CO

Wisatawan Keluhkan Minimnya Toilet Umum di Malioboro: Kurang Nyaman dan Nggak Ramah Perempuan

22 September 2023
Fungsi pancasila.MOJOK.CO

3 Fungsi Pokok Pancasila untuk Kehidupan Bangsa

28 September 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Persona
    • Seni
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Memori
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
    • Transportasi
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In