Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Cancel Culture Adalah Budaya Ngawur Favorit Netizen yang Bakal Susah Dihilangkan

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
8 Juni 2020
A A
cancel culture adalah budaya buruk jahat publik shamming awkarin ahmad dhani ad hominem adalah mojok.co

cancel culture adalah budaya buruk jahat publik shamming awkarin ahmad dhani ad hominem adalah mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kata Awkarin, cancel culture adalah kebiasaan parah. Membuang begitu saja orang yang melakukan kesalahan dan melupakan dia selamanya itu nggak bener. Ah masa?

Secara sederhana, cancel culture adalah budaya ‘membuang’ seseorang dari citra baiknya di mata publik. Ketika figur publik berargumen dan dianggap nggak sesuai, melakukan kesalahan memalukan, dan berbagai hal lain yang mengundang emosi, maka publik bisa melakukan cancel terhadapnya.

Cancel culture berakibat buruk pada objek yang di-cancel. Mulai dari sepi job sampai rasa malu ke ubun-ubun. Belum lagi hujatan dan makian dari netizen Indonesia yang setara dengan pedas level 5. Panaaas! Nggak jarang, mental seseorang bisa down cuma karena anggapan publik yang berubah terhadapnya.

Apa yang terjadi pada rumah tangga Ahmad Dhani bertahun-tahun silam bisa jadi contoh legenda cancelation yang bagi sebagian orang masih berlangsung hingga sekarang. Orang-orang nggak peduli berapa judul lagu ciptaan Ahmad Dhani yang pernah menghibur mereka. Bahkan sosok Mulan Jameela aja kena imbasnya. Kalian bakal terkejut betapa emak-emak bergosip tentangnya di media sosial dan masih ngatain doi pelakor sampai sekarang.

Baru-baru ini Awkarin ngetwit soal cancel culture yang sebenarnya dia juga pernah mengalami jadi objek cancelation itu sendiri. Lagu ‘Bad’ yang dia rilis bareng YoungLex sudah membuatnya ‘dibuang’ netizen sejak awal. Terkenal sebagai seleb media sosial yang penuh sensasi sampai akhirnya beberapa misi sosial telah membersihkan nama Awkarin. Walau begitu, kebiasaan cancel-cancel seleb masih ada dan betah banget nangkring di media sosial. Nggak terkecuali Awkarin yang bisa kembali jadi objek cancel meski sudah pernah dimaafkan.

Cancel culture ini parah banget ya kalo diliat-liat. Salah sekali, cancelled. Emang ini orang-orang pada gak pernah memaklumi dan memaafkan orang ya di hidupnya dan sekali salah langsung dibuang gitu? :/

— karin novilda (@awkarin) June 7, 2020

Agak rumit ngomongin cancel culture di Indonesia karena netizennya memang terlalu bar-bar dan bertindak sporadis suatu waktu. Saya sendiri pernah melakukan tindakan itu terhadap beberapa film yang saya rasa mencederai dunia perfilman Indonesia, azeeek (pakai nada Kekeyi). Mulai saat itu saya nggak mau nonton apa pun yang diproduksi oleh suatu PH -yang punya artis itulah- karena dari awal filmnya nggak pernah bagus. Heran banget. Saya juga jadi nggak mau lihat film-film yang aktornya biasa nongol di PH itu.

Kebencian pun menggerogoti. Tanpa sadar saya sedang praktik cancel culture, padahal bisa jadi suatu hari PH tersebut lebih niat bikin film. Tipis banget bedanya cancel sama kritik.

‘Membuang’ seseorang ketika mereka melakukan kesalahan memang hal yang begitu menyenangkan. Ada SJW XX yang ngomongin soal Papua dan nggak tepat, langsung, cancel. Ada selebtwit menanggapi kasus XX dan opininya sangat bodoh, langsung, cancel. Kadang walau sudah minta maaf dan menyadari kalau apa yang mereka katakan itu salah, tetap saja di masa depan opininya dianggap masih bodoh. Padahal bisa jadi si seleb udah baca buku satu lusin sebelum ngetwit.

Tanpa kalian sadari budaya ngawur begitu bisa bikin kita terbiasa untuk menyalahkan dan menghakimi orang bodoh tanpa fokus pada konteks ‘mencerdaskan’ yang dari awal kalian ingin perjuangkan. Kambing hitam mudah dicari, tapi perbaikan moral siapa yang peduli. Kasus pelecehan seksual yang sering dibikin thread di Twitter selalu fokus pada menghakimi pelaku dan menggembor-gemborkan betapa cabul sosoknya. Memang benar kadang perlu.

Tapi saking asyiknya bikin pelaku ‘babak belur’ kita melupakan korban dan kasusnya yang lebih menuntut banyak perhatian untuk diseriusi. Jika memang sudah layak ditindaklanjuti secara hukum, kenapa masih menguliti kehidupan pelaku hingga ke sum-sum tulangnya?

Perlu diakui cancel culture adalah cara pandang subjektif dengan melihat kesalahan pada seseorang. Perdebatan saintifik sekalipun bakal berujung ad hominem ketika orang-orangnya sudah terjangkit cancel culture. Karena fokus kalian sudah beralih dari objek ke subjeknya.

Budaya macam ini walau ngawur dari segala level dan aspek tapi susah banget dihilangkan karena memang begitu menyenangkan. Ketika perbuatan seleb dan orang terkenal lainnya sudah kelewatan, publik bakal langsung benci, cari teman, lalu ganyang ramai-ramai. Mirip sama kebiasaan ngeroyokin maling sampai mampus.

Budaya ini makin tumbuh subur karena media sosial adalah wadah ideal untuk menampung kebencian dan membagikannya dengan orang-orang. Sikap-sikap macam begini paling pas ditanggapi dengan meme “Iri bilang bos!” yang gambarnya Upin ngajak gelut.

Iklan

Kebencian yang juga dirasakan oleh orang lain adalah sebuah konfirmasi yang bikin tindakan kolektif untuk meng-cancel seseorang makin menyenangkan dilakukan. Hadeeeh, gotong royong kok dalam kenbencian.

BACA JUGA Menebak Karakter Orang berdasarkan Media Online yang Mereka Baca atau artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 8 Juni 2020 oleh

Tags: cancel culturedunia hiburanmedia sosial
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial MOJOK.CO
Kilas

Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial

9 September 2023
Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads. MOJOK.CO
Kilas

Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads

7 Juli 2023
pemilih pemula mojok.co
Kotak Suara

Survei CSIS: Pemilih Pemula Manfaatkan Medsos sebagai Sumber Informasi

6 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.